Akhirnya pun Maudi menurut, ia sudah memikirkan ini sepanjang malam, bahkan setelah sesi curhatnya dengan Calum selesai Maudi masih setia berpikir, kemudian ia bertanya lagi pada Eva, dan menurut teman realistis Maudi ‘Kamu tuh nggak lagi di posisi yang bisa milih-milih, coba aja dulu, apalagi Mas Satria mau jadi mentor, kalo pun nggak berhasil nantinya kamu tetep dapet ilmu Mod, coba aja dulu.’ Katanya begitu.
Dan Maudi pun sedikit banyak setuju dengan pendapat temannya, meskipun perlu banyak waktu untuk sadar. Keuntungan yang bisa Maudi ambil kalau ia mau dibimbing Satria tentu amat banyak, namun lagi-lagi keraguan tentang bisa atau tidaknya Maudi merangkai cerita tetap menghantui.Dulu sekali, sewaktu SD, setiap habis liburan semester, pasti pada pelajaran Bahasa Indonesia murid-murid akan disuruh membuat karangan tentang hari libur mereka, dan bahkan saat SD, menulis hal yang sudah dilakukan, menulis hari liburan yang sudah dilewati terasa sangat sulit, apaHari sudah sore.Maudi sudah mengerjakan semua pekerjaannya, seperti biasa setelah bangun tidur tadi pagi ia membersihkan diri, menemani Calum bermain setelah Satria berangkat bekerja. Hari ini Maudi mengirim lamaran ke beberapa perusahaan, katanya kan, sambil menyelam minum air jadi barangkali ada yang nyantol Maudi mengirim berkas ke perusahaan-perusahaan itu.Siang pun sama, Maudi tak melakukan hal banyak, hanya memasak, karena bosan ia yang hoby melihat vlog memasak di Yutube pun berniat mempraktekan.Tentu dengan ijin, Maudi punya nomor Bintang, sudah dua kali video call juga karena Bintang ingin bicara dan melihat wajah anaknya, Maudi meminta ijin meminjam mixser dan juga oven di dapur Bintang, dan tentu saja di ijinkan.Oleh karena itu Calum bisa memakan roti bolu buatannya. Membuat bolu tidak sulit, Maudi bisa dengan mudah membuatnya, pun dengan bahan-bahannya, tidak banyak, hanya perlu waktu membuat meringue dan memanggang.Calum sudah mau mendekat
Calum sudah mandi, anak itu sudah memakai baju tidur dan bau bedak bayi, sedang duduk di depan rumah sembari menanti ayahnya pulang, Maudi menemani, ia belum mandi, nanti saja kalau ia sudah santai dan Calum sudah bersama Satria, biar habis mandi sekalian nonton anime sambil rebahan. Tak pelu dijelaskan lagi, orang-orang pasti tau nikmatnya kegiatan tersebut.Biasanya Satria pulang sekitar jam setengah lima atau lebih. Dan sekarang masih jam empat.Maudi pun tidak hanya duduk menunggu, sementara Calum bermain dengan robot dan juga mobil-mobilannya Maudi sibuk melihat-lihat tanaman yang ada di depan rumah.Sepertinya layaknya wanita kebanyakan Bintang juga menyukai hal feminism dan juga indah semacam bunga, Maudi juga suka, ia hanya tidak suka merawatnya, yang telaten itu ibu Maudi, terbukti dengan koleksi tanaman hias yang Tiar punya, semua Tiar yang urus sendiri, Maudi tidak punya tenaga atau keinginan untuk membantu ibu menyiram bunga-bunga di depan rumah namu
“Jadi ceritanya soal apa?”Malam harinya saat Maudi hendak pergi ke kamar mandi ia tanpa sengaja berpapasan dengan Satria, lelaki jangkung itu menggunakan celana pendek dan juga kaos biasa, di tangannya ada satu gelas air minum.Sepertinya Calum ditinggal di kamar. Karena sepengelihatan Maudi tadi ruang tv sedang kosong.Satria menanyakan tentang bagaimana Calum satu hari ini, seperti kemarin, lalu seakan tak boleh lupa satu hari pun dia menanyakan lagi soal pernovelan.Jangan khawatir bestie, Maudi tersenyum lebar sekali, mata sipitnya sampai kelihatan merem. Bangga dengan dirinya sendiri, karena setelah berpikir keras beberapa saat lalu Maudi berhasil membuat plot cerita.Maudi mengedip beberapa kali. Menjawab. “Anak tunggal kaya raya jatuh cinta sama upik abu yang banyak hutang.”Kisah Cinderella.Lalu Satria yang tadi meneguk air minumnya kini terlihat mengangguk mendengar jawaban Maudi, Maudi jadi berpikir lebih p
Maudi berdiri dengan tangan saling bertumpu di depan tubuh. Sedari tadi ia tak sudah-suah menunduk, sesekali melarikan diri ke lain arah, lalu kemudian menghadap depan kembali pada laki-laki yang tengan duduk di sofa sembari memangku laptop.Mata Satria dari tadi tak lepas dari lcd laptop di pangkuannya. Maudi bisa melihat kerutan dahi Satria datang sesekali, lalu alis terangkat satu seakan-akan tengan keheranan dengan tulisan yang sedang dibacanya, pun sudah terhitung dua kali Satria melirik ke arah Maudi terang-terangan.Maudi makin berdebar.Ini sudah layaknya wawancara kerja saja. Daritadi Satria meliriknya seperti seorang pengawas ujian nasional. Oke ini memang pertama kalinya Maudi menulis sebuah karangan, namun setelah ia baca sendiri tadi pagi, Maudi rasa tulisannya tidak seburuk itu hingga Satria harus memberikan respon yang membuat orang jadi was-was semacam itu.Maudi berdehem keras, sengaja, bahkan terdengar sekali kalau dehemannya dibuat-buat.
“Lusa kita putus, Lum. Mbak Mody mau pergi.”Maudi baru saja duduk di sofa setelah selesai menyapu, ia juga sudah selesai sarapan, sudah mandi juga, dan Calum memang bukan anak yang apa-apa harus ditemani, anak tiga tahun itu anteng saat Maudi menyuruhnya diam bersama para mainan, ditinggal mandi dan tidak memanggil atau menangis karena sendirian.Mungkin karena sudah terbiasa sendirian, atau mungkin memang pada dasarnya bermain mainan merupakan hal kesukaannya hingga ia tak sedikitpun melempar protes.Calum yang dari tadi sibuk bermain menoleh pada Maudi setelah mendengar perkataan tante-tante beraroma sabun itu.Calum mengerjap. Berkata. “Mau kemana?”Seminggu memang bukan masa yang lama, dan Maudi juga tidak merasa sebegitu berat hingga tak terasa seminggu yang ia dedikasikan untuk menemani Calum di rumah sudah hampir habis.Satria sudah memberinya bayaran kerjanya selama satu minggu meski Maudi belum genap bekerja semin
Sekedar informasi saja barangkali ada yang meragukan. Maudi benar-benar sehat. Ia tidak tuli atau punya gangguan THT.Dan menurut telinga yang diyakini bersih ini untuk pertama kali Maudi merasa ragu dengan apa yang didengarnya.Tidak salah?Tadi Satria bilang; Kamu mau jadi pengasuh Calum lebih lama?What? Maudi perpanjang kontrak kerja begitu? Okelah dari awal pun tidak ada kontrak, tapi beneran Satria meminta Maudi untuk jadi pengasuh Calum lagi? Padahal Maudi sudah ada niatan pulang kampung. Menghadapi realita.Maudi mengedipkan mata, ia kemudian meniringkan kepala. Sedikit keheranan sebenarnya dengan apa motif Satria mengatakan hal semacam itu.“Bukannya tadi mas bilang kalau mas dirumahkan?” tanya Maudi setelah beberapa lama, tidak langsung mengiyakan tawaran yang Satria berikan.Satria mengangguk, sambil dengan santai mengunyah mendoan. “Iya,”Nah kan.Maudi melirik Calum, anak itu sedang berfokus pada
Maudi ingat sekali, dulu, tiga atau empat tahun yang lalu komplek RTnya mendapat sebuah berita pergosipan yang besar.Keadaan dimana ketika si ratu nyinyir akhirnya malah menjadi seseorang yang dinyinyiri, biang gossip malah justru menjadi bahan yang digosipi.Tentang pernikahan Satria dan pacarnya yang kabar desas-sesusnya sudah hamil terlebih dahulu, diisukan juga kalau mereka hidup di bawah satu atap yang sama tanpa ikatan pernikahan. Lalu sang wanita berakhir hamil. Maudi mendengarnya dari ibu, dan terbukti dengan pulangnya Satria membawa satu perempuan yang tengah hamil muda.Karena rumah mereka bersebelahan persis, dan bisa dibilang kalau kamar Maudi berada paling dekat dengan ruang tamu rumah Bu Sarah, Maudi bisa mendengar apa yang keluarga itu diskusikan walaupun ia tak punya niat menguping sama sekali.Maudi dengar, keluarga mbak Bintang murka akan kehamilan anak perempuannya, dan mbak Bintang diusir dari rumah. Sewaktu resepsi pernikahan pun tidak ada k
Setelah berpikir semalaman Maudi akhirnya memutuskan sesuatu. Ia tidak akan pulang dan kembali ke rumah dengan tangan kosong, Maudi memilih untuk menetap di Jakarta dan menjadi pengasuh Calum sementara ia menunggu panggilan kerja dari perusahaan lain.Dan untuk mewujudkan hal itu, satu hal pertama yang Maudi harus lakukan adalah meminta perampunan, menjadi kembali bicara dengan Satria, minimal sekali Maudi harus membuat Satria memaafakannya. Setelah kemarin Maudi membiarkan Satria mendiaminya karena Maudi tau orang marah perlu waktu untuk menenangkan diri dan juga berpikir.Dan sepertinya satu malam cukup kan?Satria sudah pasti akan mau berbicara lagi dengan Maudi kan?Maudi berdiri di depan kamar Calum, pintunya setengah terbuka, setahu Maudi, Satria belum keluar dari kamar sejak siang, setelah mengantarkan Calum ke kamar Maudi tadi jam Sembilan.Maudi asumsikan kalau Satria sedang bekerja, lelaki itu bilang sendiri kalau ia akan sibuk meski sedang d
Kehidupan pernikahan persis dengan apa yang pernah Maudi bayangkan. Tidak perlu bertanya jauh-jauh, Maudi sudah bisa memahami hanya dengan mendengar keluh kesah teman-teman yang lebih dulu menikah.Dan sekarang. Giliran Maudi yang mengalami itu.Jangan kira dalam cerita romansa yang ada cuma adegan mesra-mesra. Nyatanya kehidupan nyata lebih mencolok dari picisan kata cinta.Indah? Tentu ada indahnya juga, namanya juga hidup. Maudi bahkan berani bilang kalau ia tak pernah sebahagia ini sebelumnya.Ngomong-ngomong, Maudi sudah menjadi seorang ibu.Maksudnya, ibu sungguhan. Mengandung dan melahirkan. Enam bulan lalu Maudi melahirkan seorang putri cantik dari perutnya. Adiknya Calum.Tak lama setelah menikah, Maudi langsung hamil, maka dari itu tidak ada masa pacaran setelah menikah. Yang ada cuma morning sickness, emosional rollercoaster, ngidam dan kaki yang bengkak.Satria begitu memanjakan Maudi. Apalagi saat hamil. Rasanya Maudi seperti kembali jadi anak k
Musim di Indonesia sudah tidak lagi menentu. Kendati masih sama hanya hujan dan gersang tetapi kedatangan dua musim itu tak lagi pada jadwal yang diketahui bumi.Seingat Maudi tadi siang, waktu resepsi pernikahannya digelar, suhu bumi yang ia pijak tak jauh berbeda dengan panasnya gurun sahara. Tidak ada yang menyangka saat malam tiba justru dingin serta rintik hujan melanda.Protes? Oh jangan salah, Maudi bukan sedang protes. Ia hanya ingin bicara bahwa jangan pernah percaya apa kata ramalan cuaca.Hujan ini bagus.Bagus, sangat bagus malah.Ada yang lupa? Ini malam pengantin Maudi dan Satria.Malam pertama dan hujan, apa ada yang lebih bagus daripada itu?Mungkin ada.Berkumpul bersama teman saat hujan di hari pernikahan mungkin terasa amat menyenangkan bagi pengantin laki-laki. Terbukti dengan Maudi yang masih tertidur sendiri meski jam di dinding sudah menunju angka dua belas. Sudah tengah malam! Padahal suasana sedang mendukung tetapi dia malah asik nong
Percaya pada takdir.Mungkin hanya itu yang bisa Maudi sampaikan setelah menjalani kisah yang panjang ini.Karena berdasarkan pengalaman. Mau seberapa jauh langkah berjalan, arahnya takdir yang menentukan.Berniat pergi ke Utara, malah sampai di selatan. Berlari menuju timur, tiba-tiba sudah ada di barat.Tetapi apapun itu hasilnya, yang Maudi tau, takdir membawa hasil paling baik dari yang pernah dibayangkan.Seperti sekarang ini.Dua tahun merupakan waktu yang cukup lama.Usia Maudi bertambah begitu saja, sekarang sudah dua tujuh, semakin dewasa dalam pikiran dan seluruh aspek hidup.Dua tahun ini, banyak yang berubah dari Maudi. Dalam sifat maupun kepercayaan terhadap sesuatu. Juga naik turun hubungan percintaan dengan Satria.Maudi diberi waktu untuk melakukan hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Pergi jalan-jalan ke berbagai tempat, memikirkan soal cita-cita dan tujuan hidup, mempunyai teman baru, tak jarang Sera menyeret Maudi untuk
Jujur itu aman. Tetapi beberapa hal memang lebih baik disimpan sebagai rahasia selamanya daripada membuka sebuah kejujuran pias.Dulu sekali, ketika Maudi belum tau bahwa Calum bukanlah anak biologis Satria, Maudi tidak jauh berbeda dari orang kebanyakan, ia tidak bisa untuk tidak menghakimi, lebih-lebih menganggap hidup manusia sejenis Satria terlampau bodoh dan sia-sia.Hal sejenis itu terlampau normal dan tak bisa dihindari untuk ukuran manusia yang pikirannya belum terbuka.Saat itu Maudi terlalu nyaman dengan dirinya sendiri, hanya menatap dunia dari arah pandangnya sendiri, belum mengerti kalau dunia bukan cuma tentang dia, dan dunia punya pandangan lain selain dari pandangan matanya.Dan hal itu terlampau wajar.Karena saat itu Maudi tidak tau, dan saat itu Maudi tidak ingin tau.Tetapi sekarang? Cerita sudah lain jalan. Mata Maudi yang semula hanya mantap satu arah lurus ke depan sekarang sudah mendapat penerangan. Maudi tau bahwa ia tidak boleh
Sudah dua orang mengatakan kalimat yang persis sama itu pada Maudi. Yang pertama adalah Bintang dan yang kedua itu Sera.Dan Maudi yakin ia tidak sebodoh itu kalau sampai harus mendengar kalimat tersebut untuk ketiga kalinya. Maudi juga paham bagaimana perasaan yang disebut cinta itu bekerja. Meski awam Maudi mengerti betapa perasaan tidak bisa dibohongi.'Jangan tolak Satria kalau kamu memang suka', Maudi sudah menolaknya, karena awalnya Maudi pikir jatuh cinta itu pilihan. Waktu itu saat hidup masih amat rumit Maudi berpikir kalau menerima perasaan Satria hanya akan menambah masalah di hidupnya jadi daripada begitu Maudi memilih untuk tidak.Maudi belum mengerti kalau hati tidak bisa didikte. Perlu waktu yang cukup lama bagi Maudi untuk paham bahwasanya mau sekuat apa kita menghindar kalau memang sudah ada perasaan, kalau hati sudah menentukan arah, maka sudah, mau pergi menghindar ke mana pun, mau bilang tidak seribu kali pun, jawabannya tetap sam.Dan Maudi baru
Maudi langsung melesat kabur sebelum pembicaraan mengenai 'pacar' Satria bersama ibu semakin jauh, tentunya setelah menghadapi krisis kepercayaan yang dahsyat, berkat kemampuan kompor Mario, ibu makin yakin kalau anak gadisnya yang terkenal nolep ini adalah tersangka dalam bahan gossip belakangan.Dan tentunya, Maudi tidak bisa lagi untuk mengelak, dia nol sekali kalau sedang panik, apa lagi jika dipojokkan, membuka mulut pun Maudi tergagap saking gugupnya. Jadi daripada dihakimi oleh ibu dan membuat kebahagiaan di dalam hidup Mario menikat, lebih baik Maudi kabur saja.Maudi tau ia tidak bisa sepenuhnya kabur, karena mereka masih satu rumah, dan mau dibilang bagaimana pun juga, permasalahan cinta Maudi, yang mana bersama Satia, merupakan hal serius yang harus dibicarakan. Jadi daripada kabur, mungkin lebih tepat mengatakan kalau Maudi menenangkan diri sejenak sebelum menerima tekanan yang lebih besar.Karena Maudi yakin, berubahnya sikap Bu Sarah belakangan, berubahnya
Ingat apa yang terakhir kali terjadi?Maudi mengalami hal yang menurutnya mencurigakan. Oh yes, tentu, apa lagi kalau bukan soal Bu Sarah dan anak perempuannya.Nyinyir soal apa lagi, Mod?Jangan berperasangka buruk duluan, pasti ada hal janggal kenapa Maudi menganggap mereka mencurigakan, bukan?Benar. Karena belakangan, Bu Sarah yang suka mengomentari apapun yang Maudi lakukan, Bu Sarah yang selalu menganggap semua hal yang dilakukan Maudi salah, tiba-tiba saja dia berubah menjadi lebih kalem.Begitu baik, sampai-sampai Maudi curiga.Ada apa ini?Belum lagi soal Sera. Dia juga sama anehnya. Kemarin waktu malam minggu, Maudi mengobrol dengan Rean saat lelaki itu menunggu Sera selesai berdanan, dan Sera melihatnya. Tetapi dia tidak memulai perdebatan seperti biasa, dia tidak menuduh Maudi mau merebut kekasihnya, dia tidak nyindir-nyindir Maudi dengan kalimat kecut dan itu luar biasa bagi Maudi.Kenapa mereka ini? Kenapa insyafnya barengan.
Sepertinya Maudi memang sudah gila.Hm benar, topik bicara kali ini masih sama dengan topik bicara yang kemarin. Sibuknya pikiran Maudi pun masih berputar pada hal yang sama.Memang benar kata orang, kalau jatuh cinta, kalau patah hati, dan kalau sedang bingung karena perasaan merah muda itu pastinya semua hal yang semula normal menjadi berantakan.Sebelumnya Maudi tidak pernah, menanyakan kemana dan apa alasan seseorang pergi, ia juga tidak pernah mengintip dari balik jendela kala seseorang dari lingkungannya meninggalkan rumah, tolong catat baik tidak pernah sekalipun, bahkan saat kakak Maudi pergi dari rumah Maudi tidak pernah merasa berat dalam hati.Tetapi apa ini. Maudi sampai kebingungan parah, ia seperti bukan dirinya sendiri.Mulai dari saat malam itu, saat Satria bilang bahwa dia akan segera kembali ke Jakarta, Maudi tidak yakin kenapa dirinya sedikit keberatan mendengar kabar itu. Padahal jelas, Maudi tidak ada hak sedikitpun untuk merasa demikian
Maudi pernah mendengar tentang pengalaman seseorang pasal 'firasat wanita tidak pernah salah'. Ya, benar. Biasanya firasat tersebut identik dengan baik buruknya sifat sang lelaki, dan juga firasat tentang bagaimana hati seseorang berubah.Tetapi kali ini, sepertinya firasat Maudi sebagai seorang perempuan dapat diakui. Bukan, Maudi tidak mendapat berita mengejutkan seperti; Satria cuma nyepik kamu, dia nggak serius dan cuma buat bercanda aja.Bukan seperti ini. Firasatnya kali ini merupakan firasat soal bisnis lelaki itu.Maudi sendiri terkejut.Ia tak tau harus berpikir yang mana terlebih dahulu, senang karena berasil menjadi seorang cenayang atau ikut sedih Satria dikibuli teman bisnisnya.Padahal wajah teman Satria tidak ada raut kriminalnya. Inilah orang selalu bersikeras jangan memandang seseorang dari fisik luarnya saja."Ditunda?" pekik Maudi tak percaya.Niat awal cuma menanyakan soal pekerjaan yang Satria tawarkan waktu itu, karena ibu ter