Maudi ingat sekali, dulu, tiga atau empat tahun yang lalu komplek RTnya mendapat sebuah berita pergosipan yang besar.
Keadaan dimana ketika si ratu nyinyir akhirnya malah menjadi seseorang yang dinyinyiri, biang gossip malah justru menjadi bahan yang digosipi.Tentang pernikahan Satria dan pacarnya yang kabar desas-sesusnya sudah hamil terlebih dahulu, diisukan juga kalau mereka hidup di bawah satu atap yang sama tanpa ikatan pernikahan. Lalu sang wanita berakhir hamil. Maudi mendengarnya dari ibu, dan terbukti dengan pulangnya Satria membawa satu perempuan yang tengah hamil muda.Karena rumah mereka bersebelahan persis, dan bisa dibilang kalau kamar Maudi berada paling dekat dengan ruang tamu rumah Bu Sarah, Maudi bisa mendengar apa yang keluarga itu diskusikan walaupun ia tak punya niat menguping sama sekali.Maudi dengar, keluarga mbak Bintang murka akan kehamilan anak perempuannya, dan mbak Bintang diusir dari rumah. Sewaktu resepsi pernikahan pun tidak ada kSetelah berpikir semalaman Maudi akhirnya memutuskan sesuatu. Ia tidak akan pulang dan kembali ke rumah dengan tangan kosong, Maudi memilih untuk menetap di Jakarta dan menjadi pengasuh Calum sementara ia menunggu panggilan kerja dari perusahaan lain.Dan untuk mewujudkan hal itu, satu hal pertama yang Maudi harus lakukan adalah meminta perampunan, menjadi kembali bicara dengan Satria, minimal sekali Maudi harus membuat Satria memaafakannya. Setelah kemarin Maudi membiarkan Satria mendiaminya karena Maudi tau orang marah perlu waktu untuk menenangkan diri dan juga berpikir.Dan sepertinya satu malam cukup kan?Satria sudah pasti akan mau berbicara lagi dengan Maudi kan?Maudi berdiri di depan kamar Calum, pintunya setengah terbuka, setahu Maudi, Satria belum keluar dari kamar sejak siang, setelah mengantarkan Calum ke kamar Maudi tadi jam Sembilan.Maudi asumsikan kalau Satria sedang bekerja, lelaki itu bilang sendiri kalau ia akan sibuk meski sedang d
--Terakhir yang Maudi ingat, sudah beberapa hari tepatnya setelah Satria memberi koreski pada tulisan yang Maudi buat. Mungkin tidak banyak yang tau, namun jika memang benar-benar niat Maudi bisa melakukan dan membuat sesuatu dengan baik. Seperti pengalamannya kali ini, cerita yang ia buat ini merupakan pertama kalinya Maudi menulis dan merangkai sebuah cerita.Dan berhubung ia niat juga Maudi pun langsung mengkoreksi apa yang kurang dari tulisannya saat Satria selesai mengoreksi waktu itu.Selain selesai koreksi, Maudi juga berhasil menulis empat part tambahan hanya dalam beberapa hari.Maka begitulah, disini Maudi sekarang. Berdiri percaya diri dengan dagu terangkat, menunggu lelaki yang duduk di sofa itu selesai membaca penggalan naskah yang ia buat.“Udah begini doang?”Wajah Maudi yang semula jemawa, kini berubah menjadi datar. ‘Doang’ katanya? Ini orang tidak tau ya? Bahkan setelah Maudi dengar-dengar dari beberapa orang
Semenjak Satria dirumahkan Maudi jadi lebih banyak menganggur dari pada punya pekerjaan, ia lebih sering berdiam diri di kamarnya, mencoba menulis atau kadang cuma rebahan sembari menonton anime dan drama, Maudi jarang sekali ikut nimbrung kalau Satria dan Calum sedang bersama-sama.Namun jika kemarin hampir satu harian penuh Maudi diam di kamar dan hanya dipanggil kalau Satria sedang sibuk atau hendak pergi keluar. Hari ini Maudi lebih banyak berada di luar rumah. Bukan luar rumah dalam artian yang jauh, namun di luar rumah secara harafiah. Satu meter dari teras, berjongkok sembari mengarahkan gunting memotong daun dari bunga-bunga dalam pot.Kemarin sore Bintang menghubungi Maudi, dia meminta tolong Maudi untuk menjagakan bunga-bunganya selama ibu Calum itu pergi.Dan untuk informasi saja, Maudi memang tidak pernah menaruh peduli pada bunga-bunga yang selama ini hanya diihatnya, sudah hampir dua minggu, bukan? Berkat bantuan gerimis dan hujan bunga-bunga koleksi Bin
Maudi terdiam lama, mulutnya bahkan sampai membuat celah kecil saking terkejutnya ia mendengar apa yang Satria katakan.Ini orang kenapa ngomongnya kayak orang paling terluka sedunia sih! Celetuk Maudi dalam hati.Maudi kan cuma berniat meringankan pekerjaan Satria, dia tidak ingin merepotkan. Dan kenapa Satria malah terlihat marah dan menuduh Maudi gampangan, mudah percaya dengan orang tidak dikenal. Ya Maudi memang belum tau editor onlinenya itu siapa, namun yang jelas lebih baik konsul kepada orang yang belum pernah ditemui dan secara text daripada menerima koreksi secara langsung kan?Maudi sudah bilang sebelumnya, ia rikuh karena orang itu adalah Satria. Dan bukankah harusnya Satria senang Maudi tak akan lagi menyusahkannya? Satria punya banyak pekerjaan, harusnya pria itu dengan senang hati mengiyakan saran Maudi. Bukan malah terlihat tak terima. Kan jadi aneh. Maudi tidak mengerti kenapa Satria harus marah.Maudi mengedip cepat, setelah sadar kalau s
Hari ini Maudi bangun lebih pagi daripada hari sebelumnya. Bukan tanpa alasan, Calum mendatangi kamar tidur Maudi dan bilang kalau dia lapar, padahal biasanya kalau ada Satria pasti Calum menempel dan akan meminta tolong pada ayahnya itu. Maudi pun hanya bisa bangun dan memberikan apa yang Calum mau.Setelah memberi Calum makan, anak tiga tahun yang gembul itu menunggu Maudi di kamar, menunggu Maudi selesai mandi dan mencuci baju, diam sekali sembari menonton kartun bus biru dari tabletnya. Seusai Maudi selesai dengan pekerjaannya, ia pun kembali ke kamar, menemani Calum menonton karena Calum sendiri belum mau dimandikan.Yah, jadi begitulah.Calum menonton kartun, sementara Maudi mengambil ponselnya sendiri untuk menonton video tutorial dan video memasak.Tidak ada yang istimewa. Semuanya berjalan seperi ini saja. Calum, Satria, dan Rumah. Maudi tak ingin bilang kalau hidup di sini membosankan, tetapi mungkin Jakarta akan lebih indah kalau ia diperbolehkan pergi
Hidup itu roda yang berputar, bumi bukan hanya tentang terang namun juga pasal hujan. Mungkin kalimat itu yang pantas untuk menggambarkan apa yang sedang dirasakan Maudi saat ini. Pagi tadi, ia begitu bersemangat dan bahagia setelah Satria memberinya ijin untuk pulang, dan sekarang Maudi harus sedikit menelan pil pahit karena apa yang ia kerjakan bermalam-malam lamanya tidak membuahkan hasil.Benar. Baru saja, sekitar tiga menit yang lalu Jihan, editor online Maudi mengirimkan pesan kalau naskah yang Maudi buat tidak diterima untuk bisa dipulikasi. Alasannya, karena konflik yang kurang menggigit.Memang benar apa kata Satria. Kalau membuat karakter cerita, jangan tanggung-tanggung, brengsek ya brengsek sekalian, baik ya baik sekalian. Sedangkan karakter yang Maudi buat sifatnya sedikit ambigu, tidak sekuat layaknya tokoh utama. Meski menurut Maudi sendiri cerita yang ia buat sudah cukup bagus dan layak untuk dibaca, namun tentu saja platform kepenulisan berbayar memb
One fine day, sepertinya kata itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan hari Maudi detik ini. Bahkan saat matahari sudah beranjak ke atas kepala Maudi masih mau bergulat di dapur dengan ayam dan tepung. Kalau biasanya, jangankan memasak, pergi ke kamar mandi saja malas minta ampun.Maudi sudah bilang kan sebelumnya? Kalau ia sudah melihat resep memasak ayam dari yutub dan tanpa pikir panjang, hanya dengan satu kali menonton, sekarang Maudi akan langsung praktek.Dan tentunya Maudi tidak sendiri. Ia bersama tuan muda cool yang sudah selesai bermain lego dan mengeluh bosan, sebosan itu katanya, tapi sekarang hanya duduk di kursi dan melihat bagaimana Maudi memasak.Maudi mengeluarkan satu baskom ayam yang sudah dimarinasi satu jam yang lalu dari kulkas. Meletakannya di meja, lalu mengambil wadah lain, memberinya tepung bumbu untuk baluran ayam. Dan kemudian tinggal membaluri ayam dengan tepung tersebut. Setelah itu tinggal goreng.Selesai? Belum lah!
Pagi sudah datang.Hari ini jadwal Maudi untuk pulang, bersemangat? Tentu. Maudi sangat bersemangat untuk pulang, ia merindukan kampong halamannya, ia juga merindukan ibu dan rindu dengan kakak-kakaknya. Pulang merupakan hal yang belum pernah Maudi inginkan sebelumnya, karena ia selalu berada di rumah, dan saat pertama kali merantau, pulang juga merupakan hal terakhir yang ingin Maudi lakukan selama masa perantauannya.Semua orang tau niat awal Maudi pergi dari rumah adalah melarikan diri, gadis bahkan yang tidak punya mimpi ini modal nekat dengan satu tas berisi baju ganti dan pergi ke Jakarta. Dan gadis yang semula berat untuk pergi ini entah kenapa malah jadi antusias melarikan diri, meski sejujurnya ada sedikit perasaan tak enak yang merayap di dinding hati Maudi.Bagaimana Calum nanti? Sebenarnya jika dipikir lurus, keadaan Calum bisa sangat terjamin karena anak itu bersama Satria. Namun entah kenapa, Maudi masih merasa berat harus meninggalkan Calum. Barangkali
Kehidupan pernikahan persis dengan apa yang pernah Maudi bayangkan. Tidak perlu bertanya jauh-jauh, Maudi sudah bisa memahami hanya dengan mendengar keluh kesah teman-teman yang lebih dulu menikah.Dan sekarang. Giliran Maudi yang mengalami itu.Jangan kira dalam cerita romansa yang ada cuma adegan mesra-mesra. Nyatanya kehidupan nyata lebih mencolok dari picisan kata cinta.Indah? Tentu ada indahnya juga, namanya juga hidup. Maudi bahkan berani bilang kalau ia tak pernah sebahagia ini sebelumnya.Ngomong-ngomong, Maudi sudah menjadi seorang ibu.Maksudnya, ibu sungguhan. Mengandung dan melahirkan. Enam bulan lalu Maudi melahirkan seorang putri cantik dari perutnya. Adiknya Calum.Tak lama setelah menikah, Maudi langsung hamil, maka dari itu tidak ada masa pacaran setelah menikah. Yang ada cuma morning sickness, emosional rollercoaster, ngidam dan kaki yang bengkak.Satria begitu memanjakan Maudi. Apalagi saat hamil. Rasanya Maudi seperti kembali jadi anak k
Musim di Indonesia sudah tidak lagi menentu. Kendati masih sama hanya hujan dan gersang tetapi kedatangan dua musim itu tak lagi pada jadwal yang diketahui bumi.Seingat Maudi tadi siang, waktu resepsi pernikahannya digelar, suhu bumi yang ia pijak tak jauh berbeda dengan panasnya gurun sahara. Tidak ada yang menyangka saat malam tiba justru dingin serta rintik hujan melanda.Protes? Oh jangan salah, Maudi bukan sedang protes. Ia hanya ingin bicara bahwa jangan pernah percaya apa kata ramalan cuaca.Hujan ini bagus.Bagus, sangat bagus malah.Ada yang lupa? Ini malam pengantin Maudi dan Satria.Malam pertama dan hujan, apa ada yang lebih bagus daripada itu?Mungkin ada.Berkumpul bersama teman saat hujan di hari pernikahan mungkin terasa amat menyenangkan bagi pengantin laki-laki. Terbukti dengan Maudi yang masih tertidur sendiri meski jam di dinding sudah menunju angka dua belas. Sudah tengah malam! Padahal suasana sedang mendukung tetapi dia malah asik nong
Percaya pada takdir.Mungkin hanya itu yang bisa Maudi sampaikan setelah menjalani kisah yang panjang ini.Karena berdasarkan pengalaman. Mau seberapa jauh langkah berjalan, arahnya takdir yang menentukan.Berniat pergi ke Utara, malah sampai di selatan. Berlari menuju timur, tiba-tiba sudah ada di barat.Tetapi apapun itu hasilnya, yang Maudi tau, takdir membawa hasil paling baik dari yang pernah dibayangkan.Seperti sekarang ini.Dua tahun merupakan waktu yang cukup lama.Usia Maudi bertambah begitu saja, sekarang sudah dua tujuh, semakin dewasa dalam pikiran dan seluruh aspek hidup.Dua tahun ini, banyak yang berubah dari Maudi. Dalam sifat maupun kepercayaan terhadap sesuatu. Juga naik turun hubungan percintaan dengan Satria.Maudi diberi waktu untuk melakukan hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Pergi jalan-jalan ke berbagai tempat, memikirkan soal cita-cita dan tujuan hidup, mempunyai teman baru, tak jarang Sera menyeret Maudi untuk
Jujur itu aman. Tetapi beberapa hal memang lebih baik disimpan sebagai rahasia selamanya daripada membuka sebuah kejujuran pias.Dulu sekali, ketika Maudi belum tau bahwa Calum bukanlah anak biologis Satria, Maudi tidak jauh berbeda dari orang kebanyakan, ia tidak bisa untuk tidak menghakimi, lebih-lebih menganggap hidup manusia sejenis Satria terlampau bodoh dan sia-sia.Hal sejenis itu terlampau normal dan tak bisa dihindari untuk ukuran manusia yang pikirannya belum terbuka.Saat itu Maudi terlalu nyaman dengan dirinya sendiri, hanya menatap dunia dari arah pandangnya sendiri, belum mengerti kalau dunia bukan cuma tentang dia, dan dunia punya pandangan lain selain dari pandangan matanya.Dan hal itu terlampau wajar.Karena saat itu Maudi tidak tau, dan saat itu Maudi tidak ingin tau.Tetapi sekarang? Cerita sudah lain jalan. Mata Maudi yang semula hanya mantap satu arah lurus ke depan sekarang sudah mendapat penerangan. Maudi tau bahwa ia tidak boleh
Sudah dua orang mengatakan kalimat yang persis sama itu pada Maudi. Yang pertama adalah Bintang dan yang kedua itu Sera.Dan Maudi yakin ia tidak sebodoh itu kalau sampai harus mendengar kalimat tersebut untuk ketiga kalinya. Maudi juga paham bagaimana perasaan yang disebut cinta itu bekerja. Meski awam Maudi mengerti betapa perasaan tidak bisa dibohongi.'Jangan tolak Satria kalau kamu memang suka', Maudi sudah menolaknya, karena awalnya Maudi pikir jatuh cinta itu pilihan. Waktu itu saat hidup masih amat rumit Maudi berpikir kalau menerima perasaan Satria hanya akan menambah masalah di hidupnya jadi daripada begitu Maudi memilih untuk tidak.Maudi belum mengerti kalau hati tidak bisa didikte. Perlu waktu yang cukup lama bagi Maudi untuk paham bahwasanya mau sekuat apa kita menghindar kalau memang sudah ada perasaan, kalau hati sudah menentukan arah, maka sudah, mau pergi menghindar ke mana pun, mau bilang tidak seribu kali pun, jawabannya tetap sam.Dan Maudi baru
Maudi langsung melesat kabur sebelum pembicaraan mengenai 'pacar' Satria bersama ibu semakin jauh, tentunya setelah menghadapi krisis kepercayaan yang dahsyat, berkat kemampuan kompor Mario, ibu makin yakin kalau anak gadisnya yang terkenal nolep ini adalah tersangka dalam bahan gossip belakangan.Dan tentunya, Maudi tidak bisa lagi untuk mengelak, dia nol sekali kalau sedang panik, apa lagi jika dipojokkan, membuka mulut pun Maudi tergagap saking gugupnya. Jadi daripada dihakimi oleh ibu dan membuat kebahagiaan di dalam hidup Mario menikat, lebih baik Maudi kabur saja.Maudi tau ia tidak bisa sepenuhnya kabur, karena mereka masih satu rumah, dan mau dibilang bagaimana pun juga, permasalahan cinta Maudi, yang mana bersama Satia, merupakan hal serius yang harus dibicarakan. Jadi daripada kabur, mungkin lebih tepat mengatakan kalau Maudi menenangkan diri sejenak sebelum menerima tekanan yang lebih besar.Karena Maudi yakin, berubahnya sikap Bu Sarah belakangan, berubahnya
Ingat apa yang terakhir kali terjadi?Maudi mengalami hal yang menurutnya mencurigakan. Oh yes, tentu, apa lagi kalau bukan soal Bu Sarah dan anak perempuannya.Nyinyir soal apa lagi, Mod?Jangan berperasangka buruk duluan, pasti ada hal janggal kenapa Maudi menganggap mereka mencurigakan, bukan?Benar. Karena belakangan, Bu Sarah yang suka mengomentari apapun yang Maudi lakukan, Bu Sarah yang selalu menganggap semua hal yang dilakukan Maudi salah, tiba-tiba saja dia berubah menjadi lebih kalem.Begitu baik, sampai-sampai Maudi curiga.Ada apa ini?Belum lagi soal Sera. Dia juga sama anehnya. Kemarin waktu malam minggu, Maudi mengobrol dengan Rean saat lelaki itu menunggu Sera selesai berdanan, dan Sera melihatnya. Tetapi dia tidak memulai perdebatan seperti biasa, dia tidak menuduh Maudi mau merebut kekasihnya, dia tidak nyindir-nyindir Maudi dengan kalimat kecut dan itu luar biasa bagi Maudi.Kenapa mereka ini? Kenapa insyafnya barengan.
Sepertinya Maudi memang sudah gila.Hm benar, topik bicara kali ini masih sama dengan topik bicara yang kemarin. Sibuknya pikiran Maudi pun masih berputar pada hal yang sama.Memang benar kata orang, kalau jatuh cinta, kalau patah hati, dan kalau sedang bingung karena perasaan merah muda itu pastinya semua hal yang semula normal menjadi berantakan.Sebelumnya Maudi tidak pernah, menanyakan kemana dan apa alasan seseorang pergi, ia juga tidak pernah mengintip dari balik jendela kala seseorang dari lingkungannya meninggalkan rumah, tolong catat baik tidak pernah sekalipun, bahkan saat kakak Maudi pergi dari rumah Maudi tidak pernah merasa berat dalam hati.Tetapi apa ini. Maudi sampai kebingungan parah, ia seperti bukan dirinya sendiri.Mulai dari saat malam itu, saat Satria bilang bahwa dia akan segera kembali ke Jakarta, Maudi tidak yakin kenapa dirinya sedikit keberatan mendengar kabar itu. Padahal jelas, Maudi tidak ada hak sedikitpun untuk merasa demikian
Maudi pernah mendengar tentang pengalaman seseorang pasal 'firasat wanita tidak pernah salah'. Ya, benar. Biasanya firasat tersebut identik dengan baik buruknya sifat sang lelaki, dan juga firasat tentang bagaimana hati seseorang berubah.Tetapi kali ini, sepertinya firasat Maudi sebagai seorang perempuan dapat diakui. Bukan, Maudi tidak mendapat berita mengejutkan seperti; Satria cuma nyepik kamu, dia nggak serius dan cuma buat bercanda aja.Bukan seperti ini. Firasatnya kali ini merupakan firasat soal bisnis lelaki itu.Maudi sendiri terkejut.Ia tak tau harus berpikir yang mana terlebih dahulu, senang karena berasil menjadi seorang cenayang atau ikut sedih Satria dikibuli teman bisnisnya.Padahal wajah teman Satria tidak ada raut kriminalnya. Inilah orang selalu bersikeras jangan memandang seseorang dari fisik luarnya saja."Ditunda?" pekik Maudi tak percaya.Niat awal cuma menanyakan soal pekerjaan yang Satria tawarkan waktu itu, karena ibu ter