Airin pulang kerumah dengan perasaan kecewa. Ia membuka pintu rumah dengan wajah muram, tidak seperti biasanya. Arkan yang tengah asik menonton Tv segera melirik wajah Airin. Ia tau kalau saat ini suasana hati Airin buruk dan ia tidak ingin mencari masalah.
"Dah makan?" tanya Arkan basa-basi. Airin hanya menjawabnya dengan menggeleng lalu ia segera duduk di sofa samping Arkan dan mulai mengacak-acak rambutnya sendiri.
"Gimana sayang? Kamu lolos apa nggak?" tanya Ibunya tiba-tiba. Airin tidak menjawab, ia memilih untuk diam dan segera bangkit untuk menuju kamarnya.
"Tadi Arkan dapet info dari Diva kalau katanya Airin gak lolos masuk turnamen mah. Makanya mukanya masam gitu." ucap Arkan pada Ibunya. Ibunya hanya menatap punggung Airin yang sedang menaiki tangga itu menuju kamarnya.
"Airin pasti kecewa banget, kamu jangan gangguin dia yah. Awas aja. Minggir dulu sana, mamah pengen nonton suara hati istri." Mamahnya buru-buru menggeser badan Arkan agar sedikit menjauh dan mengambil alih remote untuk menonton sinetron yang sangat ia sukai itu. Arkan hanya menatap mamahnya saja lalu menyandarkan tubuhnya ke sofa. Mau tidak mau, suka tidak suka Arkan harus menuruti keinginan mamahnya itu jika tidak ia akan ngambek lagi dan minta di beliin martabak Pak Joko yang berada di dekat terminal. Jauh banget dari rumah, makanya ia tidak berani macam-macam.
Disisi lain Airin tengah duduk di kasur miliknya sambil memutar-mutar ponsel yang ada di tangannya. Ia kemudian bangkit dan memutuskan untuk mandi agar lebih segar. Setelah selesai mandi, ia memilih untuk menonton pertandingan tenis lagi. Pertandingan dimana ia kalah telak. Ia merasa kecewa dengan dirinya sendiri. Padahal perbedaannya hanya satu saja.
Tok tok tok
Ceklek
Pintu kamar Airin terbuka, memperlihatkan Papahnya yang masih memakai setelan jas. Tumben hari ini pulang cepat.
"Papah." lirih Airin.
"Udah gausah difikirin yah. Anak Papah udah hebat banget bisa ikut pertandingan kemarin. Papah yakin, Airin bakal bisa ikut turnamen yang lebih besar lagi. Gausah sedih sayang yah." ucap Ayahnya sembari mendekap tubuh Airin. Sesekali ia mengecup pucuk kepala Airin. Setiap kali Airin dipeluk Papahnya, ia merasa semua kesedihan, kemarahan, dan kekecewaan nya akan hilang.
"Airin kecewa Pah, Airin padahal udah latihan sangat keras tapi masih gagal juga." adu Airin. Papahnya hanya terdiam sembari mengusap punggung Airin.
"Gausah sedih gitu dong." ucap Ayahnya, "Karna hari ini Papah pulang cepat jadi Papah mau ngajakin Airin makan. Sekalian ketemu sama klien Papah. Airin mau gak?" tawar Papahnya. Ia berniat untuk mengajak Airin agar ia lupa kejadian yang membuatnya sedih. Papahnya memang Papah paling pengertian sedunia.
Airin hanya menggeleng pelan, "Airin mau dirumah aja Pah. Airin males keluar rumah. Airin mau nemenin Mamah nonton suara hati istri." ketika mengucapkan kata suara hati istri Airin sedikit menekankan. Ia menggoda Papahnya.
"Cewek-cewek suka banget nonton kayak begituan. Aturan mah nonton berita terbaru. Ini malah nonton suara hati istri, tar malah gak percaya sama suami atau Papah sendiri." ucap Papahnya. Mendengar hal itu Airin hanya tertawa renyah. Setidaknya bebannya sedikit berkurang, yah walaupun ia masih sedih karna kali ini tidak dapat lolos.
"Yaudah sana mandi. Papah kan nanti mau ketemu klien." suruh Airin. Papahnya hanya terkekeh lalu segera mengecup puncak kepala Airin dan keluar dari kamarnya. Airin memang sangat di manja maka tak heran jika Abangnya itu yakni Arkan memanggil Airin dengan sebutan anak mami.
Hp Airin tiba-tiba berbunyi, sepertinya ada yang mengiriminya pesan. Buru-buru Airin bangkit dan mengambil ponsel miliknya yang terletak di meja belajar.
Dion Agraha
Rin, ntar malem lo latihan gak? Iyalah.Gue ikut yah, soalnya Alvin mau belajar
Belajar apa?Ya tenis lah. Mana ada orang belajar
matematika di lapangan tenis. Ah iya-iya.Seketika senyum merekah di sudut bibir Airin. Buru-buru ia bangkit dan segera mempersiapkan semua barang-barang yang akan di gunakan nanti saat pergi latihan. Padahal sekarang baru jam 17.00 sedangkan latihannya jam 8 nanti malam. Buru-buru amat neng
"Gue ajak Diva gak yah?? Aduh Diva kan paling males diajak ke tempat gituan. Masa gue sendiri sihhhh? Ah, Diva kan bisa dipaksa. Nah iya-iya." Airin langsung menelpon Diva dan memohon agar Diva mau ikut. Diva mana bisa menolak. Selain ia peduli pada Airin ia tentu juga tidak ingin membuat Airin kecewa. Ia tampak sangat bersemangat, tanpa susah-susah mendekat Alvin langsung mendekat sendiri.
Tok tok tok
Ceklek
Saat pintu kamar Airin terbuka, disana ada Arkan. Airin tau apa yang saat ini ada diotak abangnya itu.
"Apa?" tanya Airin ketus.
"Jangan jutek-jutek jadi cwek. Nanti ga punya jodoh loh." jawab abangnya basa-basi. Airin hanya memutar bola matanya malas.
"Iss udah, langsung ke intinya aja bang. Apaan?" desak Airin.
"Iya-iya. Nanti Diva ngin.."
"Iya. Airin udah jawab tuh. Bang Arkan silahkan kembali ke kamar. Airin sibuk! Bang Arkan ga boleh jahilin Airin. Udah sana." potong Airin cepat lalu segera bangkit dan mendorong abangnya untuk keluar dari kamarnya.
Airin terlihat sangat sibuk. Ia benar-benar menyiapkan semuanya dengan sempurna. Ini semua demi menarik perhatian pria yang ia sukai itu. Jika Airin benar-benar suka pada seseorang, sekeras apapun orang itu menolak ia tetap akan berjuang dan bertahan sampai orang itu juga bilang kalau ia sayang juga sama Airin. Ia tidak pernah main-main.******
Tepat pada pukul 19.54 Wib Airin dan Diva berangkat ke tempat latihan. Mereka berdua pikir disana belum ada Alvin, Dion dan Rian tapi ternyata mereka berdua salah. Alvin, Dion dan Rian sudah ada disana duduk sambil memainkan ponselnya masing-masing.
"Eh, kalian udah dateng? Kita pikir bakalan datengnya jam 8 an." tegur Dion saat melihat Airin dan Diva memasuki area lapangan.
"Rin, lo tepat waktu banget kali ini. Ga kayak biasanya." sahut Rian. For your information Rian adalah teman latihan Airin, jadi ia tau betul Airin suka telat datang.
"Dih, emang gue pernah telat apa." ucap Airin membela diri. Belum sempat Rian menjawab ia langsung mendapat tatapan tajam dari Airin sehingga ia tidak berani melanjutkan bicaranya.
Alvin pun bangkit dari kursinya, ia menatap Diva lekat-lekat lalu setelah itu mengalihkan pandangannya pada Airin. Tatapan Alvin terlihat sangat beda pada keduanya. Ketika Alvin menatap Diva ia benar-benar menatapnya lekat-lekat tapi berbeda dengan Airin, ia hanya dilirik saja lalu mengedarkan pandangannya ketempat lain. Mungkinkah Diva dan Alvin ada hubungan spesial???
"Gausah banyak omong. Cepet ajarin gue tenis." ucap Alvin datar. Sontak Diva mendengar nya dengan tidak percaya. Alvin mau latihan teniss??? Kenapa?
"Kan ada Rian. Kenapa harus minta tolong sama Airin?" sahut Diva cepat. Airin buru-buru menyenggol lengan Diva.
"Bukan urusan lo." jawab Alvin santai. Alvin langsung beralih dan menjauh, ia membuka jaketnya dan menyisakan kaus putih yang menutupi bagian dada bidangnya.
Airin pun dengan segera melepaskan tasnya dan cardigan miliknya lalu membuntuti Alvin di arah belakang. Airin tampak sangat bahagia karna sedekat ini dengan Alvin.
*****
Next partJangan lupa like, komen, dan sapskribe yah gess.Eh iya jangan lupa fllw Instagram author dong.Jan pelit-pelit atuh sayang. Ig : asmrhmirrStay tuneAlvin pun bangkit dari kursinya, ia menatap Diva lekat-lekat lalu setelah itu mengalihkan pandangannya pada Airin. Tatapan Alvin terlihat sangat beda pada keduanya. Ketika Alvin menatap Diva ia benar-benar menatapnya lekat-lekat tapi berbeda dengan Airin, ia hanya dilirik saja lalu mengedarkan pandangannya ketempat lain. Mungkinkah Diva dan Alvin ada hubungan spesial???"Gausah banyak omong. Cepet ajarin gue tenis." ucap Alvin datar. Sontak Diva mendengar nya dengan tidak percaya. Alvin mau latihan teniss??? Kenapa?"Kan ada Rian. Kenapa harus minta tolong sama Airin?" sahut Diva cepat. Airin buru-buru menyenggol lengan Diva."Bukan urusan lo." jawab Alvin santai. Alvin langsung beralih dan menjauh, ia membuka jaketnya dan menyisakan kaus putih yang menutupi bagian dada bidangnya.Airin pun dengan segera melepaskan tasnya dan cardigan miliknya lalu membuntuti Alvin di arah belakang. Airin tampak sangat bahagia karna sedekat ini dengan Alvin.
"Mau ngomongin apa?" tanya pria itu. Diva terdiam cukup lama. Pria ini tidak berubah, ia selalu saja mendesak seseorang. Sedangkan Diva? Ia tentu bingung harus menjawab apa. Bagaimana bisa ia mengatakan tujuan aslinya mengajaknya bertemu"Gue mau bahas soal Airin!" sahut Diva setelah terdiam cukup lama. Pria itu tidak menjawab, ia bingung harus menjawab apa."Kenapa harus bahas dia? Dan lagian lo bisa langsung ngomong disini aja kan?" pria itu bingung, kenapa Diva mau membicarakan hal yang menurutnya tidak penting."Gue ga bisa. Gue ada urusan!" tolak Diva cepat,"Kalau lo mau, lo langsung datang aja nanti. Gua tunggu lo disana." tambah Diva. Diva tidak ingin mendengar penolakan dan dengan cepat ia berlalu dan meninggalkan kelas itu lalu menyusul Airin di kantin. Diva yakin Airin belum selesai dengan kegiatan sarapannya itu.Saat melihat Airin yang tengah asik makan ia menggelengkan kepalanya, tingkah Airin memang terbilang seperti anak TK ya
Hari ini Airin tampak sangat bersemangat, entah kenapa. Ia bahkan sampai lupa berpamitan pada kedua orangtuanya dan abangnya."Airin!" teriak Arkan sambil berusaha menarik tangan Airin."Apa sih bang?" Airin sangat kesal, kenapa sih pagi-pagi abangnya selalu saja mengganggu.Arkan tidak menjawab, ia terdiam cukup lama hingga membuat Airin benar-benar kesal."Apaan bang? Ish buang-buang waktu Airin aja tau gak?! Kalau mau nyari Diva, noh dirumahnya sono. Airin ga tau." Airin belum mendengar jawaban apapun dari Arkan ia langsung pergi begitu saja dan menuju mobil."Galak amat sih." ucap Arkan membatin."Airin mana?" tanya Papahnya yang baru saja selesai sarapan."Udah berangkat dluan Pah, diantarin sama Pak supir tadi. Yaudah Arkan pamit juga yah, buru-buru mau ke kampus." setelah pamitan Arkan segera menuju ke garasi untuk mengambil motor sportnya dan berangkat ke kampus. Ini merupakan tahun pertama A
Sedari tadi Airin tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Alvin. Pria itu benar-benar tampan. Alvin yang menyadari akan hal itu berbalik arah dan menangkap manik mata Airin. Tatapan mereka bertemu. Tapi Airin langsung memutuskan sambungan matanya. Ia salting."Lo yakin mau deketin Airin cuma buat Diva cemburu Vin?" tanya Dion. Ia sebenarnya tidak setuju akan hal itu karna itu pasti akan menyakiti hati Airin."Yah iya, cara itu satu-satunya yang bisa buat Diva cemburu." jawab Alvin santai."Lo gak pikirin perasaan Airin sedikit pun Vin? Lo tau gimana sakitnya dia kalau tau semua ini lo lakuin buat sahabatnya?" Rian mulai berbicara. Ia sangat kesal pada sahabatnya yang satu ini. Demi mendapatkan satu perempuan ia harus menyakiti perasaan perempuan lain."Ya jangan sampai Airin tau lah!" ucap Alvin memperingatkan, "Gabakal terjadi apapun kalau kalian ga ngomong sama dia." tambahnya lagi."Lo gila sih." Rian seperti sudah sangat kesal.
Hari ini hari yang sangat baik bagi Airin. Ia pulang diantar Alvin, dan juga ia diberi buku novel oleh Alvin. Perempuan mana yang tidak senang coba jika diperlakukan seperti ini."Yaudah, aku pulang dulu yah." ucap Alvin lembut."Iya,... Kamu... Kamu hati-hati dijalan yah Vin." Alvin hanya mengangguk pelan lalu menurunkan kaca penutup helmnya dan pergi."Cieee...""Hah? Bang Arkan? Bang Arkan ngapain disini?" ucap Airin panik."Kenapa emang? Ini kan rumah gua juga. Tadi lu dianterin siapa?" tanya Arkan pada Airin. Airin langsung mncubit lengan Arkan keras. Arkan selalu saja mengganggu."Temen Airin. Emang kenapa sih? Bang Arkan kepo deh!" Airin segera masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan ucapan Arkan."Denger dulu ey. Gua ngadu nih." Airin berdecak kesal. Kenapa sih ia selalu saja seenaknya seperti ini."Apaansi bang ihh?" Airin benar-benar kesal."Yaudah iya maaf. Masuk dah kamar istir
Setelah Airin keluar dari kelas, ia memutuskan untuk duduk di bangku yang berada di lorong korodir. Ia duduk sambil memperhatikan kakinya yang sedari tadi ia goyang-goyangkan. Ia terlihat benar-benar gusar. Ia masih memikirkan Diva, apa tadi ia sudah sangat keterlaluan? Tidak. Ini sudah benar bukan? Airin berhak marah. Kenapa tidak boleh?!"Apa gue udah keterlaluan yah tadi sama Diva? Tapi ini udah bener kan? Gue berhak marah untuk hal ini. Au ah gua pusing!" Airin mengusap wajahnya kasar. Yah walaupun ia kesal tapi tidak seharusnya ia bicara kasar pada Diva toh Diva habis jatuh makanya Alvin nganterin 'kan? Tapi kenapa harus pegangan tangan sihhhh?!"Kamu marah?" suara itu sangat Airin kenal. Suaranya yang berat sudah bisa Airin ketahui kalau itu adalah Alvin. Ia melirik Alvin sekilas lalu mengalihkan tatapannya."Kamu ngapain kesini?" tanya Airin ketus."Ya terserah aku dong. Kan ini tempat umum, semua siswa boleh kesini termasuk aku. Maaf
Airin tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Pagar-pagar menjulang tinggi. Dengan cepat Airin turun dari motornya dan memencet bel.Ting!Ting!Sudah hampir 5 menit Airin menunggu sambil memencet bel tapi belum juga ada yang membuka pagar.Tingg!!"Sebentar!" pekik salah seorang dari dalam sana. Airin menunggu sambil sesekali melirik ke dalam rumah dari balik pagar."Cari siapa?" tanya laki-laki itu.Melihat tubuh laki-laki yang tidak memakai baju itu sontak Airin berteriak histeris."Aaaaaaaa!" pekik Airin sambil reflek menutup matanya."Airin kamu ngapain disini?" tanya Alvin heran."Itu... Make baju dlu gih." suruh Airin cepat. Mau tidak mau Alvin harus menurut ia kemudian menarik tangan Airin masuk lalu segera mengambil bajunya yang berada di bangku lalu memakainya."Kamu kok-... Kok bisa tau rumah aku sih?" tanya Alvin sambil berusaha memakai bajunya."Dih geer. Aku
Hari ini Airin bangun terlambat. Ini semua salah Abangnya, ia mengajak Airin untuk menemaninya menonton film horor. Jika Airin menolak, Abangnya akan mengadu pada Ayah dan Ibunya kalau Airin punya pacar, padahal kan tidak. Jadi mau tidak mau Airin harus setuju untuk menemani Abangnya itu."Eh lu kok masih santai banget make sepatunya?" ledek Arkan. Airin hanya diam dan tidak berniat menanggapi ucapan Arkan."Airin udah sabar yah ngehadepin bang Arkan, tapi kenapa sih suka banget berulah? Suka banget gangguin Airin. Ihh, liat aja pasti Airin dihukum nanti dan ini semua karna bang Arkan." omel Airin sambil memasang sepatunya. Sedangkan Arkan? Ia hanya cekikikan."Siapa suruh jadi cwek tapi kebo." timpal Arkan lagi."Diem!" Airin bangkit dari kursi dan menatap sinis pada Arkan. Jujur Airin ingin sekali menjambak rambut Arkan tapi karna ia buru-buru jadi niatnya ia urungkan.****Saat tiba disekolah, benar saja pagarnya telah t
Diva kemudian berjalan mendekat kearah mereka berempat. Dengan segera ia duduk di samping Alvin."Vin, Pak Bambang nyuruh kita belajar bareng. Lo mau kan?" tanya Diva lembut."Iya, kenapa enggak? Ntar abis pulang sekolah kita ketemu di perpustakaan ya?" ucap Alvin sembari menyeruput minumannya. Diva terlihat puas dengan jawaban Alvin. Yah, mereka berdua bisa punya waktu berduaan tanpa Airin.Airin hanya tersenyum sambil menatap Diva. Ia bahkan tidak cemburu. Lagipula mereka belajar bersama. Dan lagipula lagi, Airin bukan siapa-siapanya Alvin jadi ia tidak berhak untuk cemburu."Rin, lo sakit?" tanya Rian yang berusaha mencairkan suasana."Enggak kok." ucap Airin sambil menggelengkan kepala."Muka lo pucet." timpal Dion."Ya semalem cuma kurang tidur aja, mungkin karna itu." Diva hanya terdiam. Kedua sahabat Alvin ternyata benar-benar peduli pada Airin. Sedangkan padanya? Tidak sama sekali."V
Sudah hampir setengah jam Airin menunggu angkutan umum tapi tak kunjung datang. Hari ini Airin berniat untuk berangkat dengan menaiki angkot karna Arkan harus berangkat lebih awal, Airin juga tidak keberatan dengan hal itu. Tapi sudah hampir setengah jam Airin menunggu angkot belum juga ada yang lewat. Padahal ini sudah lumayan siang.TingTingTing"Nungguin siapa dek?" ledek Alvin."Lo ngapain sih kesini? Mau ketemu gue?" sahut Airin cepat."Dih geer banget lo! Gua lewat sini juga gak sengaja." timpal Alvin. Airin hanya mencebikkan bibirnya kesal."Yaudah naik sini, gua anterin deh. Eh berangkat bareng." ucap Alvin sambil menepuk-nepuk jok motornya. Airin hanya memutar bola matanya malas."Lo kenapa sih mau bantuin gue? Atau jangan-jangan lo udah suka yah sama gue?!" jawab Airin asal.Buru-buru Alvin turun dari motornya dan berdiri di hadapan Airin, "Kalau lo gamau ikut gue, yaudah g
"Jika mereka bertanya padaku apakah aku menyesal, jawabanku adalah tidak. Berhasil ataupun gagal, aku bangga hidup diatas keputusan yang kubuat sendiri." - Fiersa Besari -******Airin POVHidup diatas keputusan yang telah kita buat sendiri adalah suatu hal yang sangat membanggakan bagiku. Aku berhak mengambil keputusan untuk hidupku karna yang menjalaninya tentu aku, orang lain tidak punya hak atasku sekali pun itu kedua orang tuaku.Saat ini aku dan Bang Arkan duduk berhadapan di meja makan. Hari ini aku yang memasak, jujur aku ragu tentang makananku tapi tak apa. Jika Bang Arkan mengkritik masakan yang kubuat itu bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku."Kamu...masak?" tanya Bang Arkan sembari menatapku. Tatapan yang sangat sulit untuk diartikan."Em iya. Makan aja dulu." jawabku gugup. Tanpa ragu Bang Arkan mulai mengambil nas
Malam ini angin berhembus sangat kencang membuat siapapun akan merasa kedinginan. Tapi tidak dengan Airin, sedari tadi ia duduk santai di balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat sangat sibuk, tapi yang sebenarnya tidak. Ia justru sekarang sedang men-stalking Alvin. Ia tidak bosan menatap foto Alvin di Instagram pribadinya.Airin mengehela nafas panjang, "Alvin bener-bener ganteng banget yah. Pasti banyak yang suka sama dia, toh dia most wanted di sekolah." ucap Airin."Gantengan gue!" sahut Arkan tiba-tiba hingga membuat Airin terkejut. Arkan kemudian dengan santai duduk di pagar pembatas balkon Airin. Apa dia tidak takut jatuh??"Sejak kapan Bang Arkan dateng? Pasti dari tadi nguping yah!" tuding Airin."Jelas." sahutnya lagi dengan santai."Jangan banyak tingkah. Ntar jatuh terus mati, yang jadi abang Airin siapaa?!" ucap Airin memperingatkan sembari menarik tangan Arkan agar turun dari pagar pembatas balkon.
Hari ini Airin bangun terlambat. Ini semua salah Abangnya, ia mengajak Airin untuk menemaninya menonton film horor. Jika Airin menolak, Abangnya akan mengadu pada Ayah dan Ibunya kalau Airin punya pacar, padahal kan tidak. Jadi mau tidak mau Airin harus setuju untuk menemani Abangnya itu."Eh lu kok masih santai banget make sepatunya?" ledek Arkan. Airin hanya diam dan tidak berniat menanggapi ucapan Arkan."Airin udah sabar yah ngehadepin bang Arkan, tapi kenapa sih suka banget berulah? Suka banget gangguin Airin. Ihh, liat aja pasti Airin dihukum nanti dan ini semua karna bang Arkan." omel Airin sambil memasang sepatunya. Sedangkan Arkan? Ia hanya cekikikan."Siapa suruh jadi cwek tapi kebo." timpal Arkan lagi."Diem!" Airin bangkit dari kursi dan menatap sinis pada Arkan. Jujur Airin ingin sekali menjambak rambut Arkan tapi karna ia buru-buru jadi niatnya ia urungkan.****Saat tiba disekolah, benar saja pagarnya telah t
Airin tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Pagar-pagar menjulang tinggi. Dengan cepat Airin turun dari motornya dan memencet bel.Ting!Ting!Sudah hampir 5 menit Airin menunggu sambil memencet bel tapi belum juga ada yang membuka pagar.Tingg!!"Sebentar!" pekik salah seorang dari dalam sana. Airin menunggu sambil sesekali melirik ke dalam rumah dari balik pagar."Cari siapa?" tanya laki-laki itu.Melihat tubuh laki-laki yang tidak memakai baju itu sontak Airin berteriak histeris."Aaaaaaaa!" pekik Airin sambil reflek menutup matanya."Airin kamu ngapain disini?" tanya Alvin heran."Itu... Make baju dlu gih." suruh Airin cepat. Mau tidak mau Alvin harus menurut ia kemudian menarik tangan Airin masuk lalu segera mengambil bajunya yang berada di bangku lalu memakainya."Kamu kok-... Kok bisa tau rumah aku sih?" tanya Alvin sambil berusaha memakai bajunya."Dih geer. Aku
Setelah Airin keluar dari kelas, ia memutuskan untuk duduk di bangku yang berada di lorong korodir. Ia duduk sambil memperhatikan kakinya yang sedari tadi ia goyang-goyangkan. Ia terlihat benar-benar gusar. Ia masih memikirkan Diva, apa tadi ia sudah sangat keterlaluan? Tidak. Ini sudah benar bukan? Airin berhak marah. Kenapa tidak boleh?!"Apa gue udah keterlaluan yah tadi sama Diva? Tapi ini udah bener kan? Gue berhak marah untuk hal ini. Au ah gua pusing!" Airin mengusap wajahnya kasar. Yah walaupun ia kesal tapi tidak seharusnya ia bicara kasar pada Diva toh Diva habis jatuh makanya Alvin nganterin 'kan? Tapi kenapa harus pegangan tangan sihhhh?!"Kamu marah?" suara itu sangat Airin kenal. Suaranya yang berat sudah bisa Airin ketahui kalau itu adalah Alvin. Ia melirik Alvin sekilas lalu mengalihkan tatapannya."Kamu ngapain kesini?" tanya Airin ketus."Ya terserah aku dong. Kan ini tempat umum, semua siswa boleh kesini termasuk aku. Maaf
Hari ini hari yang sangat baik bagi Airin. Ia pulang diantar Alvin, dan juga ia diberi buku novel oleh Alvin. Perempuan mana yang tidak senang coba jika diperlakukan seperti ini."Yaudah, aku pulang dulu yah." ucap Alvin lembut."Iya,... Kamu... Kamu hati-hati dijalan yah Vin." Alvin hanya mengangguk pelan lalu menurunkan kaca penutup helmnya dan pergi."Cieee...""Hah? Bang Arkan? Bang Arkan ngapain disini?" ucap Airin panik."Kenapa emang? Ini kan rumah gua juga. Tadi lu dianterin siapa?" tanya Arkan pada Airin. Airin langsung mncubit lengan Arkan keras. Arkan selalu saja mengganggu."Temen Airin. Emang kenapa sih? Bang Arkan kepo deh!" Airin segera masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan ucapan Arkan."Denger dulu ey. Gua ngadu nih." Airin berdecak kesal. Kenapa sih ia selalu saja seenaknya seperti ini."Apaansi bang ihh?" Airin benar-benar kesal."Yaudah iya maaf. Masuk dah kamar istir
Sedari tadi Airin tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Alvin. Pria itu benar-benar tampan. Alvin yang menyadari akan hal itu berbalik arah dan menangkap manik mata Airin. Tatapan mereka bertemu. Tapi Airin langsung memutuskan sambungan matanya. Ia salting."Lo yakin mau deketin Airin cuma buat Diva cemburu Vin?" tanya Dion. Ia sebenarnya tidak setuju akan hal itu karna itu pasti akan menyakiti hati Airin."Yah iya, cara itu satu-satunya yang bisa buat Diva cemburu." jawab Alvin santai."Lo gak pikirin perasaan Airin sedikit pun Vin? Lo tau gimana sakitnya dia kalau tau semua ini lo lakuin buat sahabatnya?" Rian mulai berbicara. Ia sangat kesal pada sahabatnya yang satu ini. Demi mendapatkan satu perempuan ia harus menyakiti perasaan perempuan lain."Ya jangan sampai Airin tau lah!" ucap Alvin memperingatkan, "Gabakal terjadi apapun kalau kalian ga ngomong sama dia." tambahnya lagi."Lo gila sih." Rian seperti sudah sangat kesal.