"Mau ngomongin apa?" tanya pria itu. Diva terdiam cukup lama. Pria ini tidak berubah, ia selalu saja mendesak seseorang. Sedangkan Diva? Ia tentu bingung harus menjawab apa. Bagaimana bisa ia mengatakan tujuan aslinya mengajaknya bertemu
"Gue mau bahas soal Airin!" sahut Diva setelah terdiam cukup lama. Pria itu tidak menjawab, ia bingung harus menjawab apa.
"Kenapa harus bahas dia? Dan lagian lo bisa langsung ngomong disini aja kan?" pria itu bingung, kenapa Diva mau membicarakan hal yang menurutnya tidak penting.
"Gue ga bisa. Gue ada urusan!" tolak Diva cepat,"Kalau lo mau, lo langsung datang aja nanti. Gua tunggu lo disana." tambah Diva. Diva tidak ingin mendengar penolakan dan dengan cepat ia berlalu dan meninggalkan kelas itu lalu menyusul Airin di kantin. Diva yakin Airin belum selesai dengan kegiatan sarapannya itu.
Saat melihat Airin yang tengah asik makan ia menggelengkan kepalanya, tingkah Airin memang terbilang seperti anak TK yang sedang makan. Berantakan sekali.
"Airin." panggil Diva. Airin hanya menengadahkan wajahnya menatap Diva sekilas lalu fokus kembali memainkan ponselnya. Entah apa yang saat ini gadis itu lakukan, ia tampak sangat sibuk, " Lagi ngapain sih? Serius amat gue lihat." sahut Diva lagi.
"Gue lagi stalking Instagramnya Alvin, kali aja gua bisa dapet info-info tentang dia." jawab Airin sambil fokus mengotak-atik ponselnya itu. Diva hanya memutar bola matanya malas.
"Dapet apa aja lo?" tanya Diva lagi sambil duduk di bangku yang berada tepat di samping Airin.
"Alvin itu anaknya pinter yah, sampai banyak foto-fotonya lagi ikut olimpiade matematika gitu. Udah gitu, dia juga rapi dan bersih." Airin mulai mengamati tiap foto yang Alvin unggah di akun instagramnya itu. Followernya sudah mencapai 12 rb. Dia lumayan terkenal di sosmed. Diva hanya diam saja, ia bingung harus merespon seperti apa.
"Udah ah, buruan makannya. Jangan lama-lama kenapa." tegur Diva. Ia lelah jika terus menunggu.
"Sabarr, baru juga makan. Lu buru-buru banget sih. Emang mau ketemu gebetan ya lu?" selidik Airin. Sontak Diva menggeleng cepat, mana mungkin ia punya gebetan. "Eh iya, kalau difikir-fikir gue gada apa-apanya ketimbang Alvin. Gue ga punya prestasi apapun." ucap Airin lagi.
"Ih apaan si lu. Lu tuh pinter, terus juga baik. Dan yang paling penting juga lu tuh punya prestasi di bidang olahraga, Alvin mana bisa jadi kayak lu." timpal Diva.
"Nyenyenye." Airin kemudian bangkit dari kursi dan merapikan barang-barangnya lalu memasukkan di tas miliknya. Sebaiknya sekarang ia harus belajar lebih giat. Paling tidak, yah dia bisa masuk 3 besar dikelasnya. Ia harus bisa seperti Diva. Ia tidak boleh menyerah.
***********
Jam menunjukkan pukul 2 siang, dan bel pertanda akhir pelajaran sudah berbunyi. Semua siswa-siswi bergegas memasukkan barang-barangnya kedalam tas masing-masing dan tidak terkecuali Airin dan Diva.
"Hari ini pulang bareng Div?" tanya Airin sembari fokus memasukkan buku-bukunya kedalam tas.
"Emm, kayak gak bisa deh." tolak Diva. Airin kemudian beralih dan menatap Diva heran. Kenapa?
"Lah kenapa?" tanya Airin heran.
"Gue ada les. Lu tau kan secinta itu gue sama les." Diva berusaha mencari alasan agar ia tidak pulang bersama Airin. Ia masih ada urusan.
"Les? Setau gua hari ini lu gada les kok. Lu boong yak?" tuduh Airin. Ia memang hapal betul kapan waktu les Diva.
"Lu mana tau sih. Dah ah gua dluan yah. Tar malem gue nginep lagi. Bye-bye." Diva buru-buru keluar dari kelas. Airin tau ada sesuatu hal yang di sembunyikan tapi, Aorin tidak akan terlalu banyak bertanya. Ia cukup menunggu Diva yang memberi tahunya sendiri. Jik Diva tidak cerita berarti ini privasi bukan?
"Definisi temen gak tau diri!" umpat Airin. Yah itu hanya candaan saja kok. Bukan apa-apa.Diva tau jika Airin curiga padanya, tapi ia yakin Airin tidak aka senekad itu sampai mengulik-ulik semua informasi hanya untuk mengetahui apa rahasianya. Airin tipe orang yang tidak terlalu kepo dengan urusan orang lain.
"Gue harus buru-buru ketemu dia." ucap Diva membatin.
Dengan mengendarai ojek, Diva menuju ke taman yang menjadi tempat untuk bertemu dengan mantan kekasihnya itu. Tempat dimana menjadi saksi bisu kisah mereka yang sudah lama (alias masa-masa esempe nya ya gais)
"Lo udah nunggu lama?" tanya Diva. Laki-laki itu terlihat santai duduk di bangku. Tampaknya sekarang dia sudah banyak berubah. Ia menjadi sangat tepat waktu.
"Gausah basa-basi. Lo mau ngomongin apa soal cwek itu?" sahutnya cepat. Ia tampak sangat terburu-buru.
"Airin suka sama lo Vin. Dia suka banget sama lo. Sampai dia punya akun fake cuma buat stalking Instagram lo." Diva juga tidak ingin basa-basi jadi ia mengutarakan semua maksudnya.
"Terus?" tanya Alvin lagi.
"Gue mohon, apapun itu dan gimana pun itu lo jangan sampai deket sama dia. Gue tau lo deket sama siapapun. Tapi dia sahabat gue, gue sahabat dari kecil. Jadi pliss lo harus bisa jaga jarak sama dia." Diva tau ini egois. Tapi apa yang bisa ia lakukan, ia tidak mau jika Alvin, mantannya itu bisa jadian sama sahabatnya. Ini pasti sulit dan juga Diva tidak mau jika Airin suatu saat nanti akan sakit hati karna hal ini.
"Kenapa? Kenapa ga boleh? Lo cemburu? Lo masih sayang sama gue?" Alvin terus melayangkan banyak pertanyaan. Ia hanya ingin mendapatkan jawaban yang ia ingin dengar.
"Iya Vin. Gue masih sayang sama lo!" Diva tidak bisa berbohong lagi. Nyatanya ia masih sayang pada Alvin.
Alvin terlihat sangat senang, ia tersenyum. Ini memang jawaban yang sangat ia tunggu-tunggu. Jujur saja. Alvin juga masih sayang pada Diva. Tapi tidak sekarang ia masih harus bersabar.
Alvin berjalan dan mendekat pada Diva dan segera menarik gadis itu kedalam dekapannya. Ia benar-benar rindu dengan aroma tubuh Diva, aroma tubuh yang sampai saat ini menjadi candu baginya.
"Lo sayang kan sma gue? Gue gamau kalau Airin sampai... Vin.." raut wajah Diva kini berubah menjadi sendu. Gadis ini benar-benar takut jika sampai kehilangan Alvin lagi, lagi dan lagi.
Alvin melepaskan dekapannya, ia menatap lekat-lekat wajah Diva, "Gue ga bisa janji. Kalau sampai Airin bisa buat gue jatuh cinta gimana?" Diva terlihat tidak senang buru-buru ia mendorong Alvin.
"Gak. Ga bisa. Gue gak akan rela!" teriak Diva.
Alvin sepertinya tidak puas dengan ini. Ia akan melakukan hal yang lebih untuk melihat kecemburuan gadisnya itu. Yah hanya satu caranya dan dengan mendekati Airin. Itu cukup mudah bukan. Mulai saat ini dia yang harus mendekati Airin. Yahhh
Hari ini Airin tampak sangat bersemangat, entah kenapa. Ia bahkan sampai lupa berpamitan pada kedua orangtuanya dan abangnya."Airin!" teriak Arkan sambil berusaha menarik tangan Airin."Apa sih bang?" Airin sangat kesal, kenapa sih pagi-pagi abangnya selalu saja mengganggu.Arkan tidak menjawab, ia terdiam cukup lama hingga membuat Airin benar-benar kesal."Apaan bang? Ish buang-buang waktu Airin aja tau gak?! Kalau mau nyari Diva, noh dirumahnya sono. Airin ga tau." Airin belum mendengar jawaban apapun dari Arkan ia langsung pergi begitu saja dan menuju mobil."Galak amat sih." ucap Arkan membatin."Airin mana?" tanya Papahnya yang baru saja selesai sarapan."Udah berangkat dluan Pah, diantarin sama Pak supir tadi. Yaudah Arkan pamit juga yah, buru-buru mau ke kampus." setelah pamitan Arkan segera menuju ke garasi untuk mengambil motor sportnya dan berangkat ke kampus. Ini merupakan tahun pertama A
Sedari tadi Airin tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Alvin. Pria itu benar-benar tampan. Alvin yang menyadari akan hal itu berbalik arah dan menangkap manik mata Airin. Tatapan mereka bertemu. Tapi Airin langsung memutuskan sambungan matanya. Ia salting."Lo yakin mau deketin Airin cuma buat Diva cemburu Vin?" tanya Dion. Ia sebenarnya tidak setuju akan hal itu karna itu pasti akan menyakiti hati Airin."Yah iya, cara itu satu-satunya yang bisa buat Diva cemburu." jawab Alvin santai."Lo gak pikirin perasaan Airin sedikit pun Vin? Lo tau gimana sakitnya dia kalau tau semua ini lo lakuin buat sahabatnya?" Rian mulai berbicara. Ia sangat kesal pada sahabatnya yang satu ini. Demi mendapatkan satu perempuan ia harus menyakiti perasaan perempuan lain."Ya jangan sampai Airin tau lah!" ucap Alvin memperingatkan, "Gabakal terjadi apapun kalau kalian ga ngomong sama dia." tambahnya lagi."Lo gila sih." Rian seperti sudah sangat kesal.
Hari ini hari yang sangat baik bagi Airin. Ia pulang diantar Alvin, dan juga ia diberi buku novel oleh Alvin. Perempuan mana yang tidak senang coba jika diperlakukan seperti ini."Yaudah, aku pulang dulu yah." ucap Alvin lembut."Iya,... Kamu... Kamu hati-hati dijalan yah Vin." Alvin hanya mengangguk pelan lalu menurunkan kaca penutup helmnya dan pergi."Cieee...""Hah? Bang Arkan? Bang Arkan ngapain disini?" ucap Airin panik."Kenapa emang? Ini kan rumah gua juga. Tadi lu dianterin siapa?" tanya Arkan pada Airin. Airin langsung mncubit lengan Arkan keras. Arkan selalu saja mengganggu."Temen Airin. Emang kenapa sih? Bang Arkan kepo deh!" Airin segera masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan ucapan Arkan."Denger dulu ey. Gua ngadu nih." Airin berdecak kesal. Kenapa sih ia selalu saja seenaknya seperti ini."Apaansi bang ihh?" Airin benar-benar kesal."Yaudah iya maaf. Masuk dah kamar istir
Setelah Airin keluar dari kelas, ia memutuskan untuk duduk di bangku yang berada di lorong korodir. Ia duduk sambil memperhatikan kakinya yang sedari tadi ia goyang-goyangkan. Ia terlihat benar-benar gusar. Ia masih memikirkan Diva, apa tadi ia sudah sangat keterlaluan? Tidak. Ini sudah benar bukan? Airin berhak marah. Kenapa tidak boleh?!"Apa gue udah keterlaluan yah tadi sama Diva? Tapi ini udah bener kan? Gue berhak marah untuk hal ini. Au ah gua pusing!" Airin mengusap wajahnya kasar. Yah walaupun ia kesal tapi tidak seharusnya ia bicara kasar pada Diva toh Diva habis jatuh makanya Alvin nganterin 'kan? Tapi kenapa harus pegangan tangan sihhhh?!"Kamu marah?" suara itu sangat Airin kenal. Suaranya yang berat sudah bisa Airin ketahui kalau itu adalah Alvin. Ia melirik Alvin sekilas lalu mengalihkan tatapannya."Kamu ngapain kesini?" tanya Airin ketus."Ya terserah aku dong. Kan ini tempat umum, semua siswa boleh kesini termasuk aku. Maaf
Airin tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Pagar-pagar menjulang tinggi. Dengan cepat Airin turun dari motornya dan memencet bel.Ting!Ting!Sudah hampir 5 menit Airin menunggu sambil memencet bel tapi belum juga ada yang membuka pagar.Tingg!!"Sebentar!" pekik salah seorang dari dalam sana. Airin menunggu sambil sesekali melirik ke dalam rumah dari balik pagar."Cari siapa?" tanya laki-laki itu.Melihat tubuh laki-laki yang tidak memakai baju itu sontak Airin berteriak histeris."Aaaaaaaa!" pekik Airin sambil reflek menutup matanya."Airin kamu ngapain disini?" tanya Alvin heran."Itu... Make baju dlu gih." suruh Airin cepat. Mau tidak mau Alvin harus menurut ia kemudian menarik tangan Airin masuk lalu segera mengambil bajunya yang berada di bangku lalu memakainya."Kamu kok-... Kok bisa tau rumah aku sih?" tanya Alvin sambil berusaha memakai bajunya."Dih geer. Aku
Hari ini Airin bangun terlambat. Ini semua salah Abangnya, ia mengajak Airin untuk menemaninya menonton film horor. Jika Airin menolak, Abangnya akan mengadu pada Ayah dan Ibunya kalau Airin punya pacar, padahal kan tidak. Jadi mau tidak mau Airin harus setuju untuk menemani Abangnya itu."Eh lu kok masih santai banget make sepatunya?" ledek Arkan. Airin hanya diam dan tidak berniat menanggapi ucapan Arkan."Airin udah sabar yah ngehadepin bang Arkan, tapi kenapa sih suka banget berulah? Suka banget gangguin Airin. Ihh, liat aja pasti Airin dihukum nanti dan ini semua karna bang Arkan." omel Airin sambil memasang sepatunya. Sedangkan Arkan? Ia hanya cekikikan."Siapa suruh jadi cwek tapi kebo." timpal Arkan lagi."Diem!" Airin bangkit dari kursi dan menatap sinis pada Arkan. Jujur Airin ingin sekali menjambak rambut Arkan tapi karna ia buru-buru jadi niatnya ia urungkan.****Saat tiba disekolah, benar saja pagarnya telah t
Malam ini angin berhembus sangat kencang membuat siapapun akan merasa kedinginan. Tapi tidak dengan Airin, sedari tadi ia duduk santai di balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat sangat sibuk, tapi yang sebenarnya tidak. Ia justru sekarang sedang men-stalking Alvin. Ia tidak bosan menatap foto Alvin di Instagram pribadinya.Airin mengehela nafas panjang, "Alvin bener-bener ganteng banget yah. Pasti banyak yang suka sama dia, toh dia most wanted di sekolah." ucap Airin."Gantengan gue!" sahut Arkan tiba-tiba hingga membuat Airin terkejut. Arkan kemudian dengan santai duduk di pagar pembatas balkon Airin. Apa dia tidak takut jatuh??"Sejak kapan Bang Arkan dateng? Pasti dari tadi nguping yah!" tuding Airin."Jelas." sahutnya lagi dengan santai."Jangan banyak tingkah. Ntar jatuh terus mati, yang jadi abang Airin siapaa?!" ucap Airin memperingatkan sembari menarik tangan Arkan agar turun dari pagar pembatas balkon.
"Jika mereka bertanya padaku apakah aku menyesal, jawabanku adalah tidak. Berhasil ataupun gagal, aku bangga hidup diatas keputusan yang kubuat sendiri." - Fiersa Besari -******Airin POVHidup diatas keputusan yang telah kita buat sendiri adalah suatu hal yang sangat membanggakan bagiku. Aku berhak mengambil keputusan untuk hidupku karna yang menjalaninya tentu aku, orang lain tidak punya hak atasku sekali pun itu kedua orang tuaku.Saat ini aku dan Bang Arkan duduk berhadapan di meja makan. Hari ini aku yang memasak, jujur aku ragu tentang makananku tapi tak apa. Jika Bang Arkan mengkritik masakan yang kubuat itu bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku."Kamu...masak?" tanya Bang Arkan sembari menatapku. Tatapan yang sangat sulit untuk diartikan."Em iya. Makan aja dulu." jawabku gugup. Tanpa ragu Bang Arkan mulai mengambil nas
Diva kemudian berjalan mendekat kearah mereka berempat. Dengan segera ia duduk di samping Alvin."Vin, Pak Bambang nyuruh kita belajar bareng. Lo mau kan?" tanya Diva lembut."Iya, kenapa enggak? Ntar abis pulang sekolah kita ketemu di perpustakaan ya?" ucap Alvin sembari menyeruput minumannya. Diva terlihat puas dengan jawaban Alvin. Yah, mereka berdua bisa punya waktu berduaan tanpa Airin.Airin hanya tersenyum sambil menatap Diva. Ia bahkan tidak cemburu. Lagipula mereka belajar bersama. Dan lagipula lagi, Airin bukan siapa-siapanya Alvin jadi ia tidak berhak untuk cemburu."Rin, lo sakit?" tanya Rian yang berusaha mencairkan suasana."Enggak kok." ucap Airin sambil menggelengkan kepala."Muka lo pucet." timpal Dion."Ya semalem cuma kurang tidur aja, mungkin karna itu." Diva hanya terdiam. Kedua sahabat Alvin ternyata benar-benar peduli pada Airin. Sedangkan padanya? Tidak sama sekali."V
Sudah hampir setengah jam Airin menunggu angkutan umum tapi tak kunjung datang. Hari ini Airin berniat untuk berangkat dengan menaiki angkot karna Arkan harus berangkat lebih awal, Airin juga tidak keberatan dengan hal itu. Tapi sudah hampir setengah jam Airin menunggu angkot belum juga ada yang lewat. Padahal ini sudah lumayan siang.TingTingTing"Nungguin siapa dek?" ledek Alvin."Lo ngapain sih kesini? Mau ketemu gue?" sahut Airin cepat."Dih geer banget lo! Gua lewat sini juga gak sengaja." timpal Alvin. Airin hanya mencebikkan bibirnya kesal."Yaudah naik sini, gua anterin deh. Eh berangkat bareng." ucap Alvin sambil menepuk-nepuk jok motornya. Airin hanya memutar bola matanya malas."Lo kenapa sih mau bantuin gue? Atau jangan-jangan lo udah suka yah sama gue?!" jawab Airin asal.Buru-buru Alvin turun dari motornya dan berdiri di hadapan Airin, "Kalau lo gamau ikut gue, yaudah g
"Jika mereka bertanya padaku apakah aku menyesal, jawabanku adalah tidak. Berhasil ataupun gagal, aku bangga hidup diatas keputusan yang kubuat sendiri." - Fiersa Besari -******Airin POVHidup diatas keputusan yang telah kita buat sendiri adalah suatu hal yang sangat membanggakan bagiku. Aku berhak mengambil keputusan untuk hidupku karna yang menjalaninya tentu aku, orang lain tidak punya hak atasku sekali pun itu kedua orang tuaku.Saat ini aku dan Bang Arkan duduk berhadapan di meja makan. Hari ini aku yang memasak, jujur aku ragu tentang makananku tapi tak apa. Jika Bang Arkan mengkritik masakan yang kubuat itu bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku."Kamu...masak?" tanya Bang Arkan sembari menatapku. Tatapan yang sangat sulit untuk diartikan."Em iya. Makan aja dulu." jawabku gugup. Tanpa ragu Bang Arkan mulai mengambil nas
Malam ini angin berhembus sangat kencang membuat siapapun akan merasa kedinginan. Tapi tidak dengan Airin, sedari tadi ia duduk santai di balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat sangat sibuk, tapi yang sebenarnya tidak. Ia justru sekarang sedang men-stalking Alvin. Ia tidak bosan menatap foto Alvin di Instagram pribadinya.Airin mengehela nafas panjang, "Alvin bener-bener ganteng banget yah. Pasti banyak yang suka sama dia, toh dia most wanted di sekolah." ucap Airin."Gantengan gue!" sahut Arkan tiba-tiba hingga membuat Airin terkejut. Arkan kemudian dengan santai duduk di pagar pembatas balkon Airin. Apa dia tidak takut jatuh??"Sejak kapan Bang Arkan dateng? Pasti dari tadi nguping yah!" tuding Airin."Jelas." sahutnya lagi dengan santai."Jangan banyak tingkah. Ntar jatuh terus mati, yang jadi abang Airin siapaa?!" ucap Airin memperingatkan sembari menarik tangan Arkan agar turun dari pagar pembatas balkon.
Hari ini Airin bangun terlambat. Ini semua salah Abangnya, ia mengajak Airin untuk menemaninya menonton film horor. Jika Airin menolak, Abangnya akan mengadu pada Ayah dan Ibunya kalau Airin punya pacar, padahal kan tidak. Jadi mau tidak mau Airin harus setuju untuk menemani Abangnya itu."Eh lu kok masih santai banget make sepatunya?" ledek Arkan. Airin hanya diam dan tidak berniat menanggapi ucapan Arkan."Airin udah sabar yah ngehadepin bang Arkan, tapi kenapa sih suka banget berulah? Suka banget gangguin Airin. Ihh, liat aja pasti Airin dihukum nanti dan ini semua karna bang Arkan." omel Airin sambil memasang sepatunya. Sedangkan Arkan? Ia hanya cekikikan."Siapa suruh jadi cwek tapi kebo." timpal Arkan lagi."Diem!" Airin bangkit dari kursi dan menatap sinis pada Arkan. Jujur Airin ingin sekali menjambak rambut Arkan tapi karna ia buru-buru jadi niatnya ia urungkan.****Saat tiba disekolah, benar saja pagarnya telah t
Airin tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Pagar-pagar menjulang tinggi. Dengan cepat Airin turun dari motornya dan memencet bel.Ting!Ting!Sudah hampir 5 menit Airin menunggu sambil memencet bel tapi belum juga ada yang membuka pagar.Tingg!!"Sebentar!" pekik salah seorang dari dalam sana. Airin menunggu sambil sesekali melirik ke dalam rumah dari balik pagar."Cari siapa?" tanya laki-laki itu.Melihat tubuh laki-laki yang tidak memakai baju itu sontak Airin berteriak histeris."Aaaaaaaa!" pekik Airin sambil reflek menutup matanya."Airin kamu ngapain disini?" tanya Alvin heran."Itu... Make baju dlu gih." suruh Airin cepat. Mau tidak mau Alvin harus menurut ia kemudian menarik tangan Airin masuk lalu segera mengambil bajunya yang berada di bangku lalu memakainya."Kamu kok-... Kok bisa tau rumah aku sih?" tanya Alvin sambil berusaha memakai bajunya."Dih geer. Aku
Setelah Airin keluar dari kelas, ia memutuskan untuk duduk di bangku yang berada di lorong korodir. Ia duduk sambil memperhatikan kakinya yang sedari tadi ia goyang-goyangkan. Ia terlihat benar-benar gusar. Ia masih memikirkan Diva, apa tadi ia sudah sangat keterlaluan? Tidak. Ini sudah benar bukan? Airin berhak marah. Kenapa tidak boleh?!"Apa gue udah keterlaluan yah tadi sama Diva? Tapi ini udah bener kan? Gue berhak marah untuk hal ini. Au ah gua pusing!" Airin mengusap wajahnya kasar. Yah walaupun ia kesal tapi tidak seharusnya ia bicara kasar pada Diva toh Diva habis jatuh makanya Alvin nganterin 'kan? Tapi kenapa harus pegangan tangan sihhhh?!"Kamu marah?" suara itu sangat Airin kenal. Suaranya yang berat sudah bisa Airin ketahui kalau itu adalah Alvin. Ia melirik Alvin sekilas lalu mengalihkan tatapannya."Kamu ngapain kesini?" tanya Airin ketus."Ya terserah aku dong. Kan ini tempat umum, semua siswa boleh kesini termasuk aku. Maaf
Hari ini hari yang sangat baik bagi Airin. Ia pulang diantar Alvin, dan juga ia diberi buku novel oleh Alvin. Perempuan mana yang tidak senang coba jika diperlakukan seperti ini."Yaudah, aku pulang dulu yah." ucap Alvin lembut."Iya,... Kamu... Kamu hati-hati dijalan yah Vin." Alvin hanya mengangguk pelan lalu menurunkan kaca penutup helmnya dan pergi."Cieee...""Hah? Bang Arkan? Bang Arkan ngapain disini?" ucap Airin panik."Kenapa emang? Ini kan rumah gua juga. Tadi lu dianterin siapa?" tanya Arkan pada Airin. Airin langsung mncubit lengan Arkan keras. Arkan selalu saja mengganggu."Temen Airin. Emang kenapa sih? Bang Arkan kepo deh!" Airin segera masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan ucapan Arkan."Denger dulu ey. Gua ngadu nih." Airin berdecak kesal. Kenapa sih ia selalu saja seenaknya seperti ini."Apaansi bang ihh?" Airin benar-benar kesal."Yaudah iya maaf. Masuk dah kamar istir
Sedari tadi Airin tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Alvin. Pria itu benar-benar tampan. Alvin yang menyadari akan hal itu berbalik arah dan menangkap manik mata Airin. Tatapan mereka bertemu. Tapi Airin langsung memutuskan sambungan matanya. Ia salting."Lo yakin mau deketin Airin cuma buat Diva cemburu Vin?" tanya Dion. Ia sebenarnya tidak setuju akan hal itu karna itu pasti akan menyakiti hati Airin."Yah iya, cara itu satu-satunya yang bisa buat Diva cemburu." jawab Alvin santai."Lo gak pikirin perasaan Airin sedikit pun Vin? Lo tau gimana sakitnya dia kalau tau semua ini lo lakuin buat sahabatnya?" Rian mulai berbicara. Ia sangat kesal pada sahabatnya yang satu ini. Demi mendapatkan satu perempuan ia harus menyakiti perasaan perempuan lain."Ya jangan sampai Airin tau lah!" ucap Alvin memperingatkan, "Gabakal terjadi apapun kalau kalian ga ngomong sama dia." tambahnya lagi."Lo gila sih." Rian seperti sudah sangat kesal.