Share

Bab 7

Author: Asmrhmirr
last update Last Updated: 2021-03-28 11:53:06

Hari ini Airin tampak sangat bersemangat, entah kenapa. Ia bahkan sampai lupa berpamitan pada kedua orangtuanya dan abangnya. 

"Airin!" teriak Arkan sambil berusaha menarik tangan Airin. 

"Apa sih bang?" Airin sangat kesal, kenapa sih pagi-pagi abangnya selalu saja mengganggu. 

Arkan tidak menjawab, ia terdiam cukup lama hingga membuat Airin benar-benar kesal. 

"Apaan bang? Ish buang-buang waktu Airin aja tau gak?! Kalau mau nyari Diva, noh dirumahnya sono. Airin ga tau." Airin belum mendengar jawaban apapun dari Arkan ia langsung pergi begitu saja dan menuju mobil. 

"Galak amat sih." ucap Arkan membatin. 

"Airin mana?" tanya Papahnya yang baru saja selesai sarapan. 

"Udah berangkat dluan Pah, diantarin sama Pak supir tadi. Yaudah Arkan pamit juga yah, buru-buru mau ke kampus." setelah pamitan Arkan segera menuju ke garasi untuk mengambil motor sportnya dan berangkat ke kampus. Ini merupakan tahun pertama Arkan. Yah, dia masih semester 1. 

Papahnya Airin adalah orang yang cukup berpengaruh di kantor, yah kenapa tidak dia adalah putra pemilik perusahaan dan tentu saja semua urusan kantor adalah tanggung jawab Papahnya. Maka tak jarang kalau Papahnya Airin jarang ada dirumah karna setiap minggu ia selalu saja ada kegiatan di luar kota. 

Lain halnya dengan Mamahnya Airin, beliau punya toko kue yang terletak tepat di depan rumah Airin, dan pelanggannya cukup banyak. Airin dan Arkan termasuk orang yang sangat berkecukupan, yah bisa dibilang seperti itu bund!. 

*********

Diperjalanan menuju sekolah, Airin terlihat cemas. Yah, ia ingin belajar les tapi malu jika mengatakannya pada kedua orangtuanya apalagi kalau sampai bang Arkan tau, pasti nanti Airin diejek. 

Dengan pertimbangan yang sangat matang, Airin memutuskan untuk menelpon Papahnya dan mengutarakan maksudnya untuk dicarikan tempat less private matematika. 

"Hallo Pah." sapa Airin gugup. Ia benar-benar malu jika harus menyampaikan keinginannya.

"Iya sayang kenapa?" 

"Pah, Airin pengen deh dicariin tempat les matematika yang bagus. Airin mau belajar." jujur Airin sangat gugup. 

"Terus tenis kamu gimana sayang? Kamu tau kan Papah ga mau kamu mengikuti les dua sekaligus Papah maunya kamu fokus sama satu aja. Jadi gini deh, sekarang kamu milih, mau ikut les matematika atau tenis?

"Ih Papah ga bisa gitu dong! Airin mau dua-duanya Pah, gamau milih." sebenarnya Airin tidak begitu peduli dengan matematika tapi ini kan usahanya untuk mendapatkan Alvin. Dan Airin juga tidak mau kehilangan kesempatan untuk belajar tenis. Ia benar-benar bingung.

"Gimana sayang?"

"Emm... Gak jadi deh Pah. Airin belajar tenis aja. Kalau matematika bisa belajar di sekolah kan." yah benar saja. Airin tidak mungkin menghentikan hal yang sudah sangat ia sukai itu yakni tenis. Olahraga yang berhasil membuatnya jatuh hati. 

"Yasudah. Selamat belajar yah sayang. Papah sayang kamu."

"Iya. Airin juga sayang sama Papah. Yaudah Airin tutup dlu yah telponnya. Bye-bye Pah." Airin hanya bisa pasrah saja. Lantas bagaimana caranya bisa mendekati Alvin? Sedangkan matematika saja ia tidak bisaa. Tidak Airin sudah frustasi karna ini. 

"Apa gua minta Diva aja yang njarin yah? Gak-gak nanti gue malah diejek lagi. Aduh..  gimana dong?" Airin mengusap wajahnya kasar, "Pak! Bapak bisa matematika gak? Ajarin Airin dong." ucap Airin pada sopirnya. 

"Enggak non. Saya gak bisa matematika." 

"Kenapa coba bapak ga bisa matematika. Harusnya bisa dong." Airin memang sudah gila. Bisa-bisanya ia minta diajari sama supirnya. 

"Kan bapak ga lulus SD non. Gimana mau ajarin non Airin." nah sampai lupa. Supirnya ini tidak lulus SD. 

"Oiya Airin lupa!" ucap Airin sambil menepuk jidatnya. 

*******

Sesampainya di sekolah, dengan buru-buru Airin menuju ke kelasnya untuk bertemu dengan Diva. Yah, kali ini ia hrus minta tolong pada Diva. Siapa lagi coba?

Saat Airin melewati koridor tanpa ia sadari ada seorang laki-laki yang turut berjalan di belakang nya. 

Brukkk

Tiba-tiba seseorang dari arah belakang menabrak tubuh mungil Airin sehingga jatuh. Sial, harinya sangat buruk.

"Sorry gue ga sengaja." ucap pria tersebut sembari membantu Airin berdiri. "Lo gapapa?" tanyanya.

"Alvin?" Airin terkesiap. Jadi pria yang menabraknya barusan adalah Alvin. Kebetulan sekali mereka bertemu.

"Eh elo Rin. Sorry yah gua ga sengaja tadi. Bneran deh." ucap Alvin lagi sambil membantu Airin membersihkan roknya. 

"Iya gapapa kok." sial jantung Airin sepertinya tidak ingin berdamai. Sedari tadi berdegup kencang membuat Airin jadi salah tingkah. Bagaimana jika Alvin mengetahui kalau Airin saat ini sudah benar-benar blushing karnanya. 

"Lo gapapa kan? Itu muka lo merah gitu. Mau gua bantu ke uks?" tanya Alvin lagi.

"Sial!" umpat Airin dalam hati. "Nggak kok. Gue beneran gapapa. Emang muka gue semerah itu yah?" Airin kemudian menelungkupkan tangannya pada wajahnya. Ia malu. 

"Oh yaudah kalau gapapa mah. Mau bareng?" ajak Alvin lagi. Hari ini benar-benar hari yang paling spesial. Alvin kenapa tiba-tiba jadi sweet seperti ini sih?! 

Airin hanya menggangguk setuju. Ia tidak mungkin melewatkan kesempatan ini begitu saja. Airin dan Alvin berjalan beriringan. Mereka larut dalam pikiran masing-masing dan tidak ada satu pun diantara mereka yang berniat bersuara. Dan tak terasa mereka telah sampai di pintu kelas masing-masing. 

"Udah sampe. Yaudah, gua masuk dlu ya Rin. Sampai ketemu lagi." ucap Alvin sembari tersenyum manis. Lalu segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Perasaan Airin tidak karuan. Ia benar-benar salting dibuat oleh Alvin.

"Lo bareng Alvin?" tanya Diva heran.

"Eh. Iya. Tadi sempet ketemu disana. Lo tuh kebiasaan tau gak, kalau dateng ga ucap salam atau apa gitu." omel Airin. Diva tidak menanggapi ucapan Airin. Ia diam sambil menatap pintu kelas Alvin. 

"Kok mereka berdua bisa barengan sih? Maksudnya Alvin apaansi kayak gini. Bukannya kemarin udah gue jelasin? Kok dia ga ngerti-ngerti sih." ucap Diva membatin. Airin bingung dengan perubahan sikap Diva. Seperti ada hal yang menggangu pikirannya. Tapi Airin tidak tau apa itu. 

"Lo gapapa kan? Kok ngelamun gitu? Lo ada masalah?" Airin cemas. Ia takut sahabatnya ada masalah dan enggan menceritakan padanya. Diva kan selalu seperti itu. 

"Enggak kok. Yaudah masuk yuk" Diva masuk ke kelas dluan. Airin semakin yakin ada sesuatu yang terjadi tapi Diva tidak mau memberitahu pada Airin. Entah masalah apa yang saat ini Diva mencoba untuk tutupi. Yang pasti Airin akan cari tau hal itu walaupun Diva nantinya tidak akan suka. Diva selalu begini. Ia tidak terbuka pada Airin. Sedangkan Airin? Segala sesuatu yang menyangkut hidupnya selalu ia ceritakan pada Diva. Tapi entah mengapa Diva justru sebaliknya. Ia seperti tidak percaya pada Airin. 

****

Airin adalah sosok gadis yang baik dan juga peduli terhadap apapun. Ia juga terbilang gadis yang tidak banyak menuntut macam-macam. Ia juga baik pada siapapun. 

Tapi Diva, yah walaupun mereka bersahabat sejak kecil tapi hal itu sama sekali tidak merubah kepribadian Diva yang tertutup. Segala sesuatu ia tidak pernah ceritaa pada Airin. Diva seperti sulit percaya pada Airin. 

Related chapters

  • Ujung Koridor   Bab 8

    Sedari tadi Airin tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Alvin. Pria itu benar-benar tampan. Alvin yang menyadari akan hal itu berbalik arah dan menangkap manik mata Airin. Tatapan mereka bertemu. Tapi Airin langsung memutuskan sambungan matanya. Ia salting."Lo yakin mau deketin Airin cuma buat Diva cemburu Vin?" tanya Dion. Ia sebenarnya tidak setuju akan hal itu karna itu pasti akan menyakiti hati Airin."Yah iya, cara itu satu-satunya yang bisa buat Diva cemburu." jawab Alvin santai."Lo gak pikirin perasaan Airin sedikit pun Vin? Lo tau gimana sakitnya dia kalau tau semua ini lo lakuin buat sahabatnya?" Rian mulai berbicara. Ia sangat kesal pada sahabatnya yang satu ini. Demi mendapatkan satu perempuan ia harus menyakiti perasaan perempuan lain."Ya jangan sampai Airin tau lah!" ucap Alvin memperingatkan, "Gabakal terjadi apapun kalau kalian ga ngomong sama dia." tambahnya lagi."Lo gila sih." Rian seperti sudah sangat kesal.

    Last Updated : 2021-03-28
  • Ujung Koridor   Bab 9

    Hari ini hari yang sangat baik bagi Airin. Ia pulang diantar Alvin, dan juga ia diberi buku novel oleh Alvin. Perempuan mana yang tidak senang coba jika diperlakukan seperti ini."Yaudah, aku pulang dulu yah." ucap Alvin lembut."Iya,... Kamu... Kamu hati-hati dijalan yah Vin." Alvin hanya mengangguk pelan lalu menurunkan kaca penutup helmnya dan pergi."Cieee...""Hah? Bang Arkan? Bang Arkan ngapain disini?" ucap Airin panik."Kenapa emang? Ini kan rumah gua juga. Tadi lu dianterin siapa?" tanya Arkan pada Airin. Airin langsung mncubit lengan Arkan keras. Arkan selalu saja mengganggu."Temen Airin. Emang kenapa sih? Bang Arkan kepo deh!" Airin segera masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan ucapan Arkan."Denger dulu ey. Gua ngadu nih." Airin berdecak kesal. Kenapa sih ia selalu saja seenaknya seperti ini."Apaansi bang ihh?" Airin benar-benar kesal."Yaudah iya maaf. Masuk dah kamar istir

    Last Updated : 2021-03-28
  • Ujung Koridor   Bab 10

    Setelah Airin keluar dari kelas, ia memutuskan untuk duduk di bangku yang berada di lorong korodir. Ia duduk sambil memperhatikan kakinya yang sedari tadi ia goyang-goyangkan. Ia terlihat benar-benar gusar. Ia masih memikirkan Diva, apa tadi ia sudah sangat keterlaluan? Tidak. Ini sudah benar bukan? Airin berhak marah. Kenapa tidak boleh?!"Apa gue udah keterlaluan yah tadi sama Diva? Tapi ini udah bener kan? Gue berhak marah untuk hal ini. Au ah gua pusing!" Airin mengusap wajahnya kasar. Yah walaupun ia kesal tapi tidak seharusnya ia bicara kasar pada Diva toh Diva habis jatuh makanya Alvin nganterin 'kan? Tapi kenapa harus pegangan tangan sihhhh?!"Kamu marah?" suara itu sangat Airin kenal. Suaranya yang berat sudah bisa Airin ketahui kalau itu adalah Alvin. Ia melirik Alvin sekilas lalu mengalihkan tatapannya."Kamu ngapain kesini?" tanya Airin ketus."Ya terserah aku dong. Kan ini tempat umum, semua siswa boleh kesini termasuk aku. Maaf

    Last Updated : 2021-03-29
  • Ujung Koridor   Bab 11

    Airin tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Pagar-pagar menjulang tinggi. Dengan cepat Airin turun dari motornya dan memencet bel.Ting!Ting!Sudah hampir 5 menit Airin menunggu sambil memencet bel tapi belum juga ada yang membuka pagar.Tingg!!"Sebentar!" pekik salah seorang dari dalam sana. Airin menunggu sambil sesekali melirik ke dalam rumah dari balik pagar."Cari siapa?" tanya laki-laki itu.Melihat tubuh laki-laki yang tidak memakai baju itu sontak Airin berteriak histeris."Aaaaaaaa!" pekik Airin sambil reflek menutup matanya."Airin kamu ngapain disini?" tanya Alvin heran."Itu... Make baju dlu gih." suruh Airin cepat. Mau tidak mau Alvin harus menurut ia kemudian menarik tangan Airin masuk lalu segera mengambil bajunya yang berada di bangku lalu memakainya."Kamu kok-... Kok bisa tau rumah aku sih?" tanya Alvin sambil berusaha memakai bajunya."Dih geer. Aku

    Last Updated : 2021-03-31
  • Ujung Koridor   Bab 12

    Hari ini Airin bangun terlambat. Ini semua salah Abangnya, ia mengajak Airin untuk menemaninya menonton film horor. Jika Airin menolak, Abangnya akan mengadu pada Ayah dan Ibunya kalau Airin punya pacar, padahal kan tidak. Jadi mau tidak mau Airin harus setuju untuk menemani Abangnya itu."Eh lu kok masih santai banget make sepatunya?" ledek Arkan. Airin hanya diam dan tidak berniat menanggapi ucapan Arkan."Airin udah sabar yah ngehadepin bang Arkan, tapi kenapa sih suka banget berulah? Suka banget gangguin Airin. Ihh, liat aja pasti Airin dihukum nanti dan ini semua karna bang Arkan." omel Airin sambil memasang sepatunya. Sedangkan Arkan? Ia hanya cekikikan."Siapa suruh jadi cwek tapi kebo." timpal Arkan lagi."Diem!" Airin bangkit dari kursi dan menatap sinis pada Arkan. Jujur Airin ingin sekali menjambak rambut Arkan tapi karna ia buru-buru jadi niatnya ia urungkan.****Saat tiba disekolah, benar saja pagarnya telah t

    Last Updated : 2021-04-01
  • Ujung Koridor   Bab 13

    Malam ini angin berhembus sangat kencang membuat siapapun akan merasa kedinginan. Tapi tidak dengan Airin, sedari tadi ia duduk santai di balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat sangat sibuk, tapi yang sebenarnya tidak. Ia justru sekarang sedang men-stalking Alvin. Ia tidak bosan menatap foto Alvin di Instagram pribadinya.Airin mengehela nafas panjang, "Alvin bener-bener ganteng banget yah. Pasti banyak yang suka sama dia, toh dia most wanted di sekolah." ucap Airin."Gantengan gue!" sahut Arkan tiba-tiba hingga membuat Airin terkejut. Arkan kemudian dengan santai duduk di pagar pembatas balkon Airin. Apa dia tidak takut jatuh??"Sejak kapan Bang Arkan dateng? Pasti dari tadi nguping yah!" tuding Airin."Jelas." sahutnya lagi dengan santai."Jangan banyak tingkah. Ntar jatuh terus mati, yang jadi abang Airin siapaa?!" ucap Airin memperingatkan sembari menarik tangan Arkan agar turun dari pagar pembatas balkon.

    Last Updated : 2021-04-02
  • Ujung Koridor   Bab 14

    "Jika mereka bertanya padaku apakah aku menyesal, jawabanku adalah tidak. Berhasil ataupun gagal, aku bangga hidup diatas keputusan yang kubuat sendiri." - Fiersa Besari -******Airin POVHidup diatas keputusan yang telah kita buat sendiri adalah suatu hal yang sangat membanggakan bagiku. Aku berhak mengambil keputusan untuk hidupku karna yang menjalaninya tentu aku, orang lain tidak punya hak atasku sekali pun itu kedua orang tuaku.Saat ini aku dan Bang Arkan duduk berhadapan di meja makan. Hari ini aku yang memasak, jujur aku ragu tentang makananku tapi tak apa. Jika Bang Arkan mengkritik masakan yang kubuat itu bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku."Kamu...masak?" tanya Bang Arkan sembari menatapku. Tatapan yang sangat sulit untuk diartikan."Em iya. Makan aja dulu." jawabku gugup. Tanpa ragu Bang Arkan mulai mengambil nas

    Last Updated : 2021-04-02
  • Ujung Koridor   Bab 15

    Sudah hampir setengah jam Airin menunggu angkutan umum tapi tak kunjung datang. Hari ini Airin berniat untuk berangkat dengan menaiki angkot karna Arkan harus berangkat lebih awal, Airin juga tidak keberatan dengan hal itu. Tapi sudah hampir setengah jam Airin menunggu angkot belum juga ada yang lewat. Padahal ini sudah lumayan siang.TingTingTing"Nungguin siapa dek?" ledek Alvin."Lo ngapain sih kesini? Mau ketemu gue?" sahut Airin cepat."Dih geer banget lo! Gua lewat sini juga gak sengaja." timpal Alvin. Airin hanya mencebikkan bibirnya kesal."Yaudah naik sini, gua anterin deh. Eh berangkat bareng." ucap Alvin sambil menepuk-nepuk jok motornya. Airin hanya memutar bola matanya malas."Lo kenapa sih mau bantuin gue? Atau jangan-jangan lo udah suka yah sama gue?!" jawab Airin asal.Buru-buru Alvin turun dari motornya dan berdiri di hadapan Airin, "Kalau lo gamau ikut gue, yaudah g

    Last Updated : 2021-04-08

Latest chapter

  • Ujung Koridor   Bab 16

    Diva kemudian berjalan mendekat kearah mereka berempat. Dengan segera ia duduk di samping Alvin."Vin, Pak Bambang nyuruh kita belajar bareng. Lo mau kan?" tanya Diva lembut."Iya, kenapa enggak? Ntar abis pulang sekolah kita ketemu di perpustakaan ya?" ucap Alvin sembari menyeruput minumannya. Diva terlihat puas dengan jawaban Alvin. Yah, mereka berdua bisa punya waktu berduaan tanpa Airin.Airin hanya tersenyum sambil menatap Diva. Ia bahkan tidak cemburu. Lagipula mereka belajar bersama. Dan lagipula lagi, Airin bukan siapa-siapanya Alvin jadi ia tidak berhak untuk cemburu."Rin, lo sakit?" tanya Rian yang berusaha mencairkan suasana."Enggak kok." ucap Airin sambil menggelengkan kepala."Muka lo pucet." timpal Dion."Ya semalem cuma kurang tidur aja, mungkin karna itu." Diva hanya terdiam. Kedua sahabat Alvin ternyata benar-benar peduli pada Airin. Sedangkan padanya? Tidak sama sekali."V

  • Ujung Koridor   Bab 15

    Sudah hampir setengah jam Airin menunggu angkutan umum tapi tak kunjung datang. Hari ini Airin berniat untuk berangkat dengan menaiki angkot karna Arkan harus berangkat lebih awal, Airin juga tidak keberatan dengan hal itu. Tapi sudah hampir setengah jam Airin menunggu angkot belum juga ada yang lewat. Padahal ini sudah lumayan siang.TingTingTing"Nungguin siapa dek?" ledek Alvin."Lo ngapain sih kesini? Mau ketemu gue?" sahut Airin cepat."Dih geer banget lo! Gua lewat sini juga gak sengaja." timpal Alvin. Airin hanya mencebikkan bibirnya kesal."Yaudah naik sini, gua anterin deh. Eh berangkat bareng." ucap Alvin sambil menepuk-nepuk jok motornya. Airin hanya memutar bola matanya malas."Lo kenapa sih mau bantuin gue? Atau jangan-jangan lo udah suka yah sama gue?!" jawab Airin asal.Buru-buru Alvin turun dari motornya dan berdiri di hadapan Airin, "Kalau lo gamau ikut gue, yaudah g

  • Ujung Koridor   Bab 14

    "Jika mereka bertanya padaku apakah aku menyesal, jawabanku adalah tidak. Berhasil ataupun gagal, aku bangga hidup diatas keputusan yang kubuat sendiri." - Fiersa Besari -******Airin POVHidup diatas keputusan yang telah kita buat sendiri adalah suatu hal yang sangat membanggakan bagiku. Aku berhak mengambil keputusan untuk hidupku karna yang menjalaninya tentu aku, orang lain tidak punya hak atasku sekali pun itu kedua orang tuaku.Saat ini aku dan Bang Arkan duduk berhadapan di meja makan. Hari ini aku yang memasak, jujur aku ragu tentang makananku tapi tak apa. Jika Bang Arkan mengkritik masakan yang kubuat itu bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagiku."Kamu...masak?" tanya Bang Arkan sembari menatapku. Tatapan yang sangat sulit untuk diartikan."Em iya. Makan aja dulu." jawabku gugup. Tanpa ragu Bang Arkan mulai mengambil nas

  • Ujung Koridor   Bab 13

    Malam ini angin berhembus sangat kencang membuat siapapun akan merasa kedinginan. Tapi tidak dengan Airin, sedari tadi ia duduk santai di balkon kamarnya sambil memainkan ponselnya. Ia terlihat sangat sibuk, tapi yang sebenarnya tidak. Ia justru sekarang sedang men-stalking Alvin. Ia tidak bosan menatap foto Alvin di Instagram pribadinya.Airin mengehela nafas panjang, "Alvin bener-bener ganteng banget yah. Pasti banyak yang suka sama dia, toh dia most wanted di sekolah." ucap Airin."Gantengan gue!" sahut Arkan tiba-tiba hingga membuat Airin terkejut. Arkan kemudian dengan santai duduk di pagar pembatas balkon Airin. Apa dia tidak takut jatuh??"Sejak kapan Bang Arkan dateng? Pasti dari tadi nguping yah!" tuding Airin."Jelas." sahutnya lagi dengan santai."Jangan banyak tingkah. Ntar jatuh terus mati, yang jadi abang Airin siapaa?!" ucap Airin memperingatkan sembari menarik tangan Arkan agar turun dari pagar pembatas balkon.

  • Ujung Koridor   Bab 12

    Hari ini Airin bangun terlambat. Ini semua salah Abangnya, ia mengajak Airin untuk menemaninya menonton film horor. Jika Airin menolak, Abangnya akan mengadu pada Ayah dan Ibunya kalau Airin punya pacar, padahal kan tidak. Jadi mau tidak mau Airin harus setuju untuk menemani Abangnya itu."Eh lu kok masih santai banget make sepatunya?" ledek Arkan. Airin hanya diam dan tidak berniat menanggapi ucapan Arkan."Airin udah sabar yah ngehadepin bang Arkan, tapi kenapa sih suka banget berulah? Suka banget gangguin Airin. Ihh, liat aja pasti Airin dihukum nanti dan ini semua karna bang Arkan." omel Airin sambil memasang sepatunya. Sedangkan Arkan? Ia hanya cekikikan."Siapa suruh jadi cwek tapi kebo." timpal Arkan lagi."Diem!" Airin bangkit dari kursi dan menatap sinis pada Arkan. Jujur Airin ingin sekali menjambak rambut Arkan tapi karna ia buru-buru jadi niatnya ia urungkan.****Saat tiba disekolah, benar saja pagarnya telah t

  • Ujung Koridor   Bab 11

    Airin tiba di sebuah rumah yang cukup besar. Pagar-pagar menjulang tinggi. Dengan cepat Airin turun dari motornya dan memencet bel.Ting!Ting!Sudah hampir 5 menit Airin menunggu sambil memencet bel tapi belum juga ada yang membuka pagar.Tingg!!"Sebentar!" pekik salah seorang dari dalam sana. Airin menunggu sambil sesekali melirik ke dalam rumah dari balik pagar."Cari siapa?" tanya laki-laki itu.Melihat tubuh laki-laki yang tidak memakai baju itu sontak Airin berteriak histeris."Aaaaaaaa!" pekik Airin sambil reflek menutup matanya."Airin kamu ngapain disini?" tanya Alvin heran."Itu... Make baju dlu gih." suruh Airin cepat. Mau tidak mau Alvin harus menurut ia kemudian menarik tangan Airin masuk lalu segera mengambil bajunya yang berada di bangku lalu memakainya."Kamu kok-... Kok bisa tau rumah aku sih?" tanya Alvin sambil berusaha memakai bajunya."Dih geer. Aku

  • Ujung Koridor   Bab 10

    Setelah Airin keluar dari kelas, ia memutuskan untuk duduk di bangku yang berada di lorong korodir. Ia duduk sambil memperhatikan kakinya yang sedari tadi ia goyang-goyangkan. Ia terlihat benar-benar gusar. Ia masih memikirkan Diva, apa tadi ia sudah sangat keterlaluan? Tidak. Ini sudah benar bukan? Airin berhak marah. Kenapa tidak boleh?!"Apa gue udah keterlaluan yah tadi sama Diva? Tapi ini udah bener kan? Gue berhak marah untuk hal ini. Au ah gua pusing!" Airin mengusap wajahnya kasar. Yah walaupun ia kesal tapi tidak seharusnya ia bicara kasar pada Diva toh Diva habis jatuh makanya Alvin nganterin 'kan? Tapi kenapa harus pegangan tangan sihhhh?!"Kamu marah?" suara itu sangat Airin kenal. Suaranya yang berat sudah bisa Airin ketahui kalau itu adalah Alvin. Ia melirik Alvin sekilas lalu mengalihkan tatapannya."Kamu ngapain kesini?" tanya Airin ketus."Ya terserah aku dong. Kan ini tempat umum, semua siswa boleh kesini termasuk aku. Maaf

  • Ujung Koridor   Bab 9

    Hari ini hari yang sangat baik bagi Airin. Ia pulang diantar Alvin, dan juga ia diberi buku novel oleh Alvin. Perempuan mana yang tidak senang coba jika diperlakukan seperti ini."Yaudah, aku pulang dulu yah." ucap Alvin lembut."Iya,... Kamu... Kamu hati-hati dijalan yah Vin." Alvin hanya mengangguk pelan lalu menurunkan kaca penutup helmnya dan pergi."Cieee...""Hah? Bang Arkan? Bang Arkan ngapain disini?" ucap Airin panik."Kenapa emang? Ini kan rumah gua juga. Tadi lu dianterin siapa?" tanya Arkan pada Airin. Airin langsung mncubit lengan Arkan keras. Arkan selalu saja mengganggu."Temen Airin. Emang kenapa sih? Bang Arkan kepo deh!" Airin segera masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan ucapan Arkan."Denger dulu ey. Gua ngadu nih." Airin berdecak kesal. Kenapa sih ia selalu saja seenaknya seperti ini."Apaansi bang ihh?" Airin benar-benar kesal."Yaudah iya maaf. Masuk dah kamar istir

  • Ujung Koridor   Bab 8

    Sedari tadi Airin tidak pernah mengalihkan pandangannya dari wajah Alvin. Pria itu benar-benar tampan. Alvin yang menyadari akan hal itu berbalik arah dan menangkap manik mata Airin. Tatapan mereka bertemu. Tapi Airin langsung memutuskan sambungan matanya. Ia salting."Lo yakin mau deketin Airin cuma buat Diva cemburu Vin?" tanya Dion. Ia sebenarnya tidak setuju akan hal itu karna itu pasti akan menyakiti hati Airin."Yah iya, cara itu satu-satunya yang bisa buat Diva cemburu." jawab Alvin santai."Lo gak pikirin perasaan Airin sedikit pun Vin? Lo tau gimana sakitnya dia kalau tau semua ini lo lakuin buat sahabatnya?" Rian mulai berbicara. Ia sangat kesal pada sahabatnya yang satu ini. Demi mendapatkan satu perempuan ia harus menyakiti perasaan perempuan lain."Ya jangan sampai Airin tau lah!" ucap Alvin memperingatkan, "Gabakal terjadi apapun kalau kalian ga ngomong sama dia." tambahnya lagi."Lo gila sih." Rian seperti sudah sangat kesal.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status