Home / Young Adult / U / Chapter 2

Share

Chapter 2

Author: AFRIL
last update Last Updated: 2022-03-25 12:12:16

Yuda POV:

Sore ini sangatlah panas.

Aku segera berlari keluar ruangan. Berlari melewati lorong-lorong kelas di Fakultas Teknik. Kemudian aku berhenti tepat di depan lift, menunggu lift terbuka untuk mengantarku ke lantai dasar.

Hari ini perkuliahan sedikit lebih lama dari biasanya. Karena aku sudah semester 6, jadi lebih banyak yang aku kerjakan. Dan sebentar lagi aku akan masuk ke semester 7, di mana akan ada banyak praktik dan juga harus mulai memikirkan judul skripsi.

Huft ....

Aku bersandar di dinding lift sambil sesekali melihat arlojiku.

"Dia pasti sudah menunggu dari tadi."

Ting!

Pintu lift terbuka. Segera kukeluar dari lift dan berlari menghampirinya. Aku melihat temanku sedang mengibas-ngibaskan tangannya ke arah wajah. Wanita berambut hitam panjang yang ia kuncir, mata besar dan pipi chubby.

Ups ... dia tidak suka dibilang chubby.

Sekali lagi aku berlari dan meminta maaf padanya karena sudah menungguku lama.

Dan ....

Ya, memang tidak terlalu banyak drama yang dia tunjukkan padaku. Dia hanya minta untuk ditraktir siomay langganannya, yaitu siomay Bang Jali. Akupun langsung menuruti permintaannya dan pergi menuju parkiran sepeda.

Sepedaku.

Sebenarnya aku terlahir dari keluarga yang sangat berkecukupan. Orangtuaku sudah memberikanku mobil untuk bisa aku pakai. Sesekali aku pernah memakainya, tapi kalau kuliah aku lebih sering menggunakan sepeda. Selain mengurangi polusi, juga bisa mengurangi kemacetan ibu kota yang luar biasa. Lagipula, jarak rumah dan kampusku tidak terlalu jauh. Kurang lebih 30 menit sudah sampai.

Dan juga aku memiliki seorang teman yang satu arah denganku. Jadi aku bisa berangkat dan pulang bersamanya.

Itu dia ....

Sepeda berjenis city bike berwarna putih gading dengan merk polygon zenith i3 terparkir rapi berdampingan dengan beberapa jenis sepeda lainnya.

Setelah itu aku mulai memacu sepeda keluar dari universitas dan pergi ke tempat siomay Bang Jali.

...

30 menit kemudian, kita akhirnya sampai di tujuan.

Seharusnya kita bisa sampai sana sekitar 15 menit saja, tetapi karena dalam perjalanan kita habiskan untuk bercanda dan saling usil, itu membuat perjalanan jadi lebih lama.

Hagh ....

Karena terlalu banyak tugas kuliah yang tadi aku kerjakan, membuat energiku terkuras habis. Akhirnya akupun memesan 3 porsi siomay sekaligus, sedangkan yang mengajakku ke sini hanya makan 1 porsi.

Setelah selesai memakan siomay terakhirku, aku hanya bisa terdiam sambil menikmati rasa kenyangku. Saat ini aku seperti tidak memiliki nyawa. Haha ....

Dan tiba-tiba temanku memulai pembicaraan, "Yuda ...." Panggilnya.

Kemudian akupun menjawabnya, "Kenapa Yura?"

"Yud, maaf ya karena aku harus bilang hal ini," ucapnya.

Aku melihat dia seperti sedang gugup, sampai dia meremas bajunya sendiri dengan kedua tangan kecilnya. "Aku ... mencintaimu, Yud," lanjut Yura dan kemudian menatapku.

Aku sangat terkejut mendengar pernyataan cinta yang keluar dari mulut Yura.

Apa?

Mencintaiku?

Apa selama ini aku salah dalam bertindak?

Apa sikapku terlalu berlebihan kepada Yura hingga menyentuh hatinya?

Ini bukan kali pertama ada seorang wanita yang menyukaiku. Dan biasanya aku bisa mengatakan dengan mudah bahwa aku tidak menyukainya, lalu kemudian si wanita itu pergi.

Tapi kali ini berbeda.

Dia adalah Yura.

Dan aku ....

Tidak ingin dia pergi dariku.

Aku terus mengigit bibir bawahku. Rasa gugup dan takut seketika menyerangku.

"Aku ...." Aku mulai membuka mulut. "Sebenarnya aku ...."

Jangan memberitahunya, Yud!

Kamu tidak boleh membohonginya, Yud!

... tidak menyukai perempuan."

...

Aku hanya bisa terdiam dan merasakan sakit di pipi sebelah kiriku. Seperti ada ribuan semut kecil yang menggigit pipiku.

Ya, Yura menamparku.

Aku hanya bisa melihat Yura pergi meninggalkanku. Pergi menjauh dariku dan kemudian menghilang.

Aku tahu ini pasti akan terjadi.

Aku mencoba untuk memahami Yura yang pergi meninggalkanku. Aku terlalu jahat karena membuatnya jadi seperti itu. Harusnya aku tidak boleh memberikan perhatian lebih kepadanya.

Argh ....

Kenapa aku baru sadar sekarang?

Masih teringat jelas diingatanku akan tatapan Yura. Bola mata hitam pekat itu membesar dan ada sedikit kilatan kekecewaan di dalamnya. Alis yang bersatu dan bibir yang bergetar menahan amarah.

Maafkan aku, Yura.

Entah kenapa ada rasa tidak nyaman saat aku mengucapkannya. "Aku ... tidak menyukai perempuan."

Dalam benakku berkata, bahwa seharusnya aku tidak mengatakan itu. Tapi saat kumengingat masa lalu yang pernah kulakukan, itu membuatku harus mengatakannya.

Tidak ada niat untukku membohongi Yura.

Setelah beberapa lama aku termenung memikirkan Yura, akhirnya aku bersiap untuk pulang. Mungkin nanti malam atau besok aku akan menemui Yura. Aku juga harus menyiapkan kata-kata yang baik untuknya.

Jangan buat dia menangis.

Aku merasa ada langkah kaki yang datang menghampiriku. Kemudian aku menoleh ke arah langkah itu berasal.

Dan ....

Yura.

Aku merasakan dingin di pipi kiriku dan melihat bahwa ada botol air mineral yang Yura tempelkan di sana.

"Maaf Yud, aku terlalu kekanak-kanakan. Seharusnya aku nggak boleh begitu," ucap Yura sembari memberikan senyuman kepadaku.

Aku kemudian melihat matanya yang sayu. Mata yang berbeda dari yang terakhir kali aku melihatnya. Dan juga suara seraknya yang tidak bisa dia tutupi.

Dia menangis ....

... Karena aku.

Aku bangun dari tempat duduk sambil memegang tangan kanan Yura yang sedang memegang botol air mineral itu.

"Aku senang kamu kembali." Aku menatapnya lagi. Ada perasaan bahagia dalam diriku karena Yura.

Aku bahagia karena dia tidak pergi. Karena dia masih bersamaku.

"Itulah yang membuatku mencintaimu."

Yuda POV End.

***

Related chapters

  • U   Chapter 3

    Flashback: Tiga minggu setelah ospek. Yura POV: Aku mulai menjalani hari-hariku sebagai mahasiswi. Mulai untuk mempelajari hal-hal baru dalam hidupku. "Nih!" Temanku tiba-tiba saja memberiku sebotol minuman. Aku mengerutkan dahi, merasa bingung. "Aku kan nggak pesen ini, Lis." "Oh, tadi ada cowok yang minta tolong ke aku untuk kasih ini ke kamu, Ra," jawabnya. "Dia ganteng kok, langsung terima aja udah ... haha." "Apaan sih, Lis!" Aku hanya menggelengkan kepala mendengar ucapannya. "Serius Lis, ini dari siapa?" "Aku juga nggak tahu Ra, tiba-tiba aja dia minta tolong ke aku untuk kasih ini ke kamu." Tunjuk Lisa ke arah botol minum yang kini aku pegang. "Cie-cie ... siapa tuh, Lis?" Temanku yang lain tiba-tiba datang meledekku. Aku sedikit malu akan ledekan yang temanku lakukan. "Udah Put jangan diledekin, mukanya udah merah tuh!" Sekarang Lisa ikut meledekku. Mereka berdua tertawa bersama.

    Last Updated : 2022-03-25
  • U   Chapter 4

    Ssssh .... Suara air shower menyala. Membasahi tubuh yang kini hanya diam mematung. Merasakan dinginnya air yang mengalir dari kepala sampai sela-sela jari kaki. Merilekskan pikiran yang sedari tadi bekerja. Mencoba untuk menenangkan hati yang sudah dicoba untuk ditenangkan. Pikiran selalu mengatakan 'tidak apa-apa' tetapi hati tidak bisa menerima pendapat tersebut. Hingga hanya menciptakan air mata yang terus keluar. ... Jam 9 malam. "Lama banget mandinya, Nak?" tanya seorang pria paruh baya pada wanita yang baru saja menyelesaikan mandinya. "Tadi pulang kuliah panas banget Yah, jadi Yura mandinya lama. Hehe ...," jawab Yura sambil berjalan ke arah sofa, menghampiri ayahnya yang sedang menonton TV. "Ada berita apa Yah?" "Biasa, politik bikin ruwet," jawab Ayah Yura sambil menyesap secangkir kopi hitam. "Kuliah gimana hari ini, Ra? Lancar?" Kini perhatian Ayah berpindah ke Yura. "Iya lancar Yah, cuma tia

    Last Updated : 2022-03-25
  • U   Chapter 5

    Yuda POV: "Aku mencintainya," gumamku. Setelah kejadian sore tadi, aku mulai menyadari bahwa sebenarnya aku juga menyukai Yura. Sepertinya aku sudah memiliki rasa ini sejak pertama kali kita bertemu. Sebelumnya aku sudah pernah mengagumi seorang teman, tapi kali ini terasa berbeda. Bukan hanya rasa nyaman saja, tapi ada rasa takut juga jika dia meninggalkanku. Pergi jauh dariku, sampai aku tidak bisa melihatnya lagi. Saat ini umurku sudah 19 tahun dan aku mengerti apa itu cinta. Hanya saja aku belum bisa meyakini bahwa 'aku menyukai perempuan'. Pikiranku masih terjebak dalam masa lalu. Masa lalu yang membuatku tidak percaya diri untuk mengatakan 'perasaan ini' kepada Yura. ... Ketika aku berusia 15 tahun, aku pernah memiliki hubungan dengan salah satu teman dekatku. Teman yang sudah sedari kecil menjadi teman bermain bersama. Awalnya aku belum mengerti perbedaan dari rasa nyaman karena cinta atau rasa nyaman karena dia adalah t

    Last Updated : 2022-03-25
  • U   Chapter 6

    Aulia POV: Aku selalu memperhatikanmu, melihat pesona indah yang selalu terpancar dalam dirimu. Efek yang membuatku tidak bisa lepas jauh darimu. Aku selalu tidak sabar menunggu hari esok datang. Hari di mana aku akan melihatmu dan kamu akan melihatku. Hari dimana kamu merangkulku, bersuara merdu di telingaku. Kamu… Seseorang yang ku kagumi sejak lama, sejak ku mulai mengenal cinta. Aulia POV end. Angin pagi ini terasa lebih dingin dari hari biasanya. Bahkan saat musim hujan tiba, rasanya tidak sedingin ini. Dinginnya udara begitu terasa menusuk sampai ke relung hati seseorang yang tengah berdiri tak bergeming. Menunggu seseorang lain yang akan datang menyapanya, seperti hari-hari biasa. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara rantai sepeda yang begitu familiar. Disana terlihat seorang pria berpakaian casual

    Last Updated : 2022-04-11
  • U   Chapter 7

    4 bulan kemudian... Yuda dan Yura sudah mulai kembali normal. Sudah tidak ada kecanggungan di antara mereka. Mencoba sedikit demi sedikit saling melupakan sebuah ingatan yang telah berlalu. Yura sudah mulai merelakan perasaannya kepada Yuda. Merelakan Yuda bersama orang lain yang dia cintai. Dan kini, Yura sudah menemukan beberapa pria yang mengajaknya berkenalan. Mulai membuka hatinya bersama pria lain. Sedangkan Yuda hanya bisa menatap Yura yang tengah sibuk berkenalan dengan beberapa pria. Yura selalu menunjukkan pria-pria tersebut kepada Yuda. Sesekali Yuda akan meledek Yura, berpura-pura menyukai pria yang dia tunjukkan. Yuda sebenarnya tidak rela melihat Yura seperti itu. Tapi dia juga masih belum bisa menegaskan hatinya bahwa dia 'mencintai Yura'. Masih banyak keraguan di dalam hatinya. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa Yura pun sebenarnya belum benar-b

    Last Updated : 2022-04-16
  • U   Chapter 8

    "Bagaimana ini bisa tersebar?" … Bima Cahyo Utomo. Aku memang sedikit tidak bersahabat dengan Bima, karena aku merasa sepertinya dia iri denganku. Aku tidak tahu pasti kenapa, mungkin karena aku memiliki banyak teman dan juga keluarga yang baik. Bima termasuk dari keluarga berkecukupan, bahkan hampir mirip sepertiku. Hanya saja dia memiliki orangtua yang kurang baik. Kedua orangtuanya telah bercerai dan Ibunya sudah menikah lagi. Sedangkan Ayahnya sepertinya selalu memberikan tekanan batin pada Bima dan juga melakukan kekerasan fisik padanya. Aku sesekali melihat luka-luka lebam ditubuhnya dan kadang dia terlihat sangat rapuh. Aku ingin sekali berteman dengannya, hanya saja dia memiliki sikap yang kurang ramah ke beberapa orang, membuatku jadi segan untuk berteman dengannya. Bima memiliki 2 teman yang cukup d

    Last Updated : 2022-04-18
  • U   Chapter 9

    Yura POV: Setelah aku melambaikan tanganku kepada Yuda, kemudian aku mulai berjalan masuk ke dalam fakultasku. Hari ini begitu cerah dan udara terasa begitu lebih sejuk. Sepertinya semesta sedang memberiku semangat untuk menjalani hari ini. Aku berjalan dengan santainya melewati beberapa kelas disekitarku. Hingga sampailah aku di depan kelas, sambil menyapa teman-temanku, aku pun kemudian duduk ditempat yang biasa aku duduki. Tapi entah mengapa tidak ada yang membalas sapaanku?

    Last Updated : 2022-04-23
  • U   Chapter 10

    Aku terus berlari tak tentu arah sampai tiba-tiba ada sebuah tangan menarik lenganku, membuatku berhenti berlari. Lia. … Sekarang aku berada di sebuah taman kecil, di samping fakultas bersama Lia. Lia menarikku dan mengajakku berbicara. Aku masih menangis memikirkan ucapan teman-teman kelasku. "Kamu nggak jijik sama aku atau Yuda, Li?" ucapku. "Aku hanya jijik sama kotoran." Lia berucap sambil mengusap punggungku. "Dan bukan sama seorang teman." Kini aku menatap Lia yang sedang tersenyum. Melihat senyuman Lia membuatku semakin menangis, aku menangis karena ucapan Lia yang membuatku terharu. Aku kemudian memeluk Lia dengan erat. "Terkadang sesuatu yang berbeda, tidak semuanya bisa diterima dengan baik Ra. Kita harus bersabar menghadapinya." Lia bersuara dengan lembut

    Last Updated : 2022-04-25

Latest chapter

  • U   Chapter 39

    "Adik aku cewek Ra. Dia baru masuk SMA setahun yang lalu." Aku mengangguk.Beberapa detik kemudian, ponsel milik David bunyi menandakan ada seseorang yang meneleponnya. David dengan sedikit ragu-ragu mengangkat telepon tersebut. "Bentar ya, Ra.""Iya Vid, angkat aja dulu." jawabku mempersilahkan.Entah kenapa David begitu gugup saat mendapatkan panggilan telepon tersebut. Dia pun keluar dari restoran Ayahku, tapi aku masih bisa melihatnya dari balik kaca jendela. Sesekali dengan menatapku dan tersenyum kecil. Aku pun membalas senyumannya.….Sembari menunggu David selesai menelepon, aku mengambil ponselku dan mengirimkan pesan kepada Yuda."Hari ini kamu kesini nggak?"Drrt… drrt…"Iya Ra. Tapi mungkin sekitar jam 7an Ra. Kenapa? Kamu udah kangen? Hehe…"Ck…Aku tersenyum melihat pesan dari Yuda."Iya aku kangen. Kangen nyuruh-nyuruh kamu Yud. Hahaha…"Drrt… drrt…Yuda memberikan emot sedih.Kembali ku tersenyum geli. Aku pun membalas dengan memberikan emot tertawa terbahak-bahak."Ra

  • U   Chapter 38

    "Kamu terlihat cantik, Ra." ucap David tiba-tiba. Saat itu aku sedang mengarahkan wajahku di depan kipas angin. Aku pun menoleh ke arahnya yang sedang tersenyum manis. …. Ya, mungkin benar apa yang dikatakan oleh banyak orang. Jika seseorang sedang mencoba mendekati orang yang disukai, mereka akan berusaha untuk merayunya. Dan ini pun yang mungkin sedang dilakukan David kepadaku. Aku sedikit merinding mendengar ucapannya. Aku hanya membalas senyuman David tanpa berkata apa-apa, serta kembali menoleh ke arah kipas angin. "Oh ya, kalo kamu lagi libur gini, pasti seperti ini ya?" "Iya." jawabku singkat tanpa menatap wajahnya. Aku masih menikmati udara dari kipas angin sambil memejamkan mata. Entah karena aku mulai merasa tidak nyaman, atau memang hanya masih merasakan gerah ditubuhku. "Rajin ya kamu Ra. Mungkin, kalau boleh, kapan-kapan aku ikut bantuin ya Ra?" "Nggak usah, Vid. Main aja ke tempatku. Nggak usah bantuin. Hehe… kamu kayak Yuda juga, bukannya jadi tamu yang baik malah

  • U   Chapter 37

    "Ya tentu saja Ra. Terlihat dari mata kamu yang layu dan sedikit pucat." Aku sedikit terkejut saat David menyentuh pipi kananku dan membelainya halus. Tanpa disadari dengan reaksi yang aku berikan, aku langsung mundur dan sedikit menjauhkan wajahku dari genggaman tangan David. 'Sungguh aku merasa aneh' …. Entah kenapa aku merasa sedikit tidak nyaman saat dia menyentuh wajahku? Padahal aku sering disentuh oleh Yuda, baik kepalaku bahkan wajahku. Mungkin itu yang dimaksud dengan perasaan nyaman saat orang yang kita cinta menyentuh kita. David sedikit terkejut saat melihat reaksiku. Dia terlihat menunjukkan raut wajah tidak enak padaku. "Ma..maaf Ra? Aku nggak maksud buat kamu nggak nyaman. Maaf banget ya Ra?" Dia menyatukan kedua tangannya dengan terus mengucapkan kata maaf. Akupun merasa tidak enak kepada David karena reaksiku yang aku rasa berlebihan. Aku menggelengkan kepalaku dan menyentuh lengan David dengan tangan kananku. "Nggak apa-apa kok Vid. Aku aja yang berlebihan, ngg

  • U   Chapter 36

    Yura POV. Pagi ini aku bangun sekitar jam 9. Padahal aku berencana untuk bangun lebih siang. Hehe… Seperti biasa di pagi hari pada hari libur, aku akan membantu Ayah dan para karyawan lain untuk mengurus rumah makan keluargaku. Aku membantu menyambut tamu, mencatat pesanan, mengantarkan pesanan, membersihkan meja dan bahkan mencuci piring. Aku sangat bersyukur karena usaha tempat makan Ayahku selalu ramai dikunjungi, apalagi pada hari libur seperti ini. Sampai tak terasa waktu menunjukkan pukul 2 siang. Biasanya di jam segini, rumah makan ayahku agak sedikit sepi dan baru akan ramai lagi pada jam 5 sore sampai malam hari. Oleh karena itu, akupun sudah tidak membantu Ayah dan para karyawan Ayahku. Aku berjalan menuju meja yang diisi oleh teman satu kampusku yang kemarin sudah mengabariku untuk datang berkunjung. Sebenarnya dia sudah datang sejak jam 1 siang tadi. Hanya saja, restoran yang begitu ramai membuatku tidak bisa fokus mengobrol dengannya. Barulah saat ini aku bisa mengham

  • U   Chapter 35

    "Teruslah tersenyum, Ra." batin Yuda berucap. Dia pun melanjutkan menyesap es tebu sambil sesekali melihat Yura lagi. …. "Hah kenyang…" desah Yura sambil mengelus perutnya. "Ya tentu kenyang Ra. Kamu udah makan banyak banget tadi!" jawab Yuda tertawa. "Abis jarang-jarang banyak tukang jualan kayak tadi Yud. Makanya aku jadi mau semuanya. Hahaha." 'Tidak apa-apa Ra, yang penting kamu bahagia.' Yuda tersenyum dengan isi hatinya. "Ya udah, ayo pulang Yud. Udah jam 8 ternyata!" Yura melihat jam di pergelangan tangannya. "Kamu udah siap pulang nih ya?" ledek Yuda dengan mengangkat satu alisnya. "Iya Yuda…" Yura segera menaiki sepeda Yuda, dan Yuda mulai mengayuh sepedanya lagi menuju rumah. Sesampainya dirumah Yura. Yuda bertemu dengan Ayah Yura yang hendak membuang sampah. Tidak hanya jalanan saja yang ramai, tapi rumah makan milik Yura juga cukup ramai pengunjung hari ini. Dan memang setiap Jum'at malam sampai Minggu tempat makan Yura selalu ramai. Selain harga yang terjangkau

  • U   Chapter 34

    Aulia POV: Sebentar lagi akan memasuki ujian semester, oleh karena itu diriku lebih fokus pada kuliah saat ini. Aku sudah mulai memasuki semester akhir, yang di mana akan disibukkan untuk membuat bahan skripsi. Sungguh tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Kesibukan ini sejenak membuatku lupa akan masalah yang dihadapi oleh kedua teman kecilku. Aku selalu ingin mencari tahu lebih dalam tentang masalah ini, akan tetapi ya…kesibukan membuatku sulit memberi waktu untuk hal lain. Terakhir yang aku tahu, saat mencari informasi tentang temanku adalah soal Yuda yang ternyata tidak menghapus postingan yang pernah dia buat di F*. Sungguh membuatku kesal dan kecewa. Kenapa dia tidak menghapus dan bahkan membohongiku? "Aulia, kamu nggak makan?" sapa salah satu teman dekatku di kampus yang bernama Astrid. "Iya, serius banget belajarnya Li!" "Aku yakin kamu pasti bisa ngerjain tugas ujian besok kok Lia, hehe." Kali ini temanku yang lain yaitu Icha dan Riska ikut berkomentar. Ya, meman

  • U   Chapter 33

    Ibuku? Aku sudah lama tidak pernah bertemu dengannya lagi, setelah dia membuangku. "Temui dia di tempat lain." Ayahku berjalan mendekat ke arahku. "Memeliharamu saja sudah sangat menyusahkan, apalagi harus membiarkan peliharaan lain datang ke tempatku." Ayahku pergi meninggalkan aku yang menahan amarah akan ucapannya tadi. 'Kematian adalah kado terindah untukmu. Ayah.' …. Kini aku berada di dalam kamarku lagi. Pikiranku masih terus memikirkan ucapan Ayahku. "… Ibumu ingin bertemu." Kenapa saat ini dia ingin melihatku? Apa ada hal yang ingin dia manfaatkan dariku? Setahuku, pekerjaan Ibu adalah seorang desainer. Dan bisa dikatakan cukup sukses di kalangan para desainer lainnya. Lalu untuk apa kita bertemu? Masih teringat dengan jelas betapa dia tidak menginginkanku. Dia berusaha untuk membuatku pergi jauh darinya. Itu terlihat dari bagaimana dia meninggalkan aku seorang diri dirumahnya. Dia tidak membuatkan aku makan atau bahkan menyiapkan perlengkapan sekolahku. Sungguh meny

  • U   Chapter 32

    Rumah yang tidak pernah bisa membuatku nyaman. Seakan itu bukanlah rumah, yang seharusnya membuatku merasa aman dan tenang. … Aku sudah sampai di depan rumahku. Mengendarai mobil masuk ke dalam garasi rumah. Ayahku sangat menyukai mobil, oleh sebab itu banyak sekali mobil yang terparkir di garasi. Sangat banyak. Hal yang paling membuatku nyaman berada dirumah adalah pada saat nenekku berkunjung. Dari aku kecil, hanya neneklah yang selalu memprioritaskan aku. Karena nenek pula aku bisa tinggal bersama Ayahku. Orang tua dari Ibu kandungku sudah lama meninggal sejak Ibuku masih remaja. Oleh karena itu, sosok yang paling aku kenal hanya Ibu dari Ayahku. Untuk kakek juga sudah lama meninggal dunia pada saat aku berumur 1 tahun. "Oh sudah pulang? Den Bima sudah makan?" sapa salah satu pelayan dirumahku. "Tidak usah Bi, aku sudah makan tadi." "Baik, Den." ucapnya halus. Pelayan rumahku ini sudah berusia 40 tahun. Dan dia juga yang sudah mengurusku sejak kecil. "Ayah sudah pulang, Bi?

  • U   Chapter 31

    Bima POV: Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 17:30 sore. Aku dan beberapa teman sekelas bersiap untuk pulang kuliah. Aku membereskan barang bawaan ke dalam ransel. Kemudian berjalan keluar kelas yang kemudian disusul oleh kedua temanku. Dan tidak berapa lama, Yuda dan Ari ikut keluar dari dalam kelas dan berjalan melewatiku dan kedua temanku. "Buru-buru banget, mau pacaran ya? Hahaha!" Temanku berucap dengan kedua tangannya saling menyatu, seakan sedang bergandengan. Aku yang mendengar ucapan itu hanya tersenyum kecil. Mereka berdua tidak menghiraukan ucapan temanku dan terus berjalan menuju pintu keluar fakultas. "Aku merasa heran, orang seperti Yuda masih ditemenin!" "Ya namanya juga pasangan, Dho." Kini satu temanku yang lain ikut bersuara. Temanku yang bernama Ridho tertawa geli mendengarnya. "Apa orangtuanya sudah tahu tentang ini belum ya?" Mendengar ucapan temanku yang bernama Raden membuatku mulai memikirkan hal yang sama. "Sudah mungkin, Den. Dan direstuin gitu aja s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status