Home / Young Adult / U / Chapter 4

Share

Chapter 4

Author: AFRIL
last update Last Updated: 2022-03-25 12:12:34

Ssssh ....

Suara air shower menyala.

Membasahi tubuh yang kini hanya diam mematung. Merasakan dinginnya air yang mengalir dari kepala sampai sela-sela jari kaki. Merilekskan pikiran yang sedari tadi bekerja. Mencoba untuk menenangkan hati yang sudah dicoba untuk ditenangkan.

Pikiran selalu mengatakan 'tidak apa-apa' tetapi hati tidak bisa menerima pendapat tersebut.

Hingga hanya menciptakan air mata yang terus keluar.

...

Jam 9 malam.

"Lama banget mandinya, Nak?" tanya seorang pria paruh baya pada wanita yang baru saja menyelesaikan mandinya.

"Tadi pulang kuliah panas banget Yah, jadi Yura mandinya lama. Hehe ...," jawab Yura sambil berjalan ke arah sofa, menghampiri ayahnya yang sedang menonton TV. "Ada berita apa Yah?"

"Biasa, politik bikin ruwet," jawab Ayah Yura sambil menyesap secangkir kopi hitam. "Kuliah gimana hari ini, Ra? Lancar?" Kini perhatian Ayah berpindah ke Yura.

"Iya lancar Yah, cuma tiap semester makin rumit aja gitu," jawab Yura dengan wajah malas.

"Kasihan ...." Ledek sang ayah.

Ledekan itu membuat Yura cemberut dan sang ayah hanya bisa tersenyum melihatnya. Ayah Yura kemudian berdiri, bergerak menuju dapur yang tidak jauh dari ruang nonton TV. "Kamu mau makan apa, Ra? Tadi kamu belum makan, 'kan?"

"Aku nggak laper Yah, tadi udah makan siomay Bang Jali sebelum pulang." Yura menjawab sambil menggosok-gosokan rambutnya yang basah dengan handuk.

"Yakin? Itu kan cuma cemilan, Ra," ujar sang ayah lagi. "Kamu kan makannya banyak. Hahaha ...."

Yura hanya bisa berdecih sambil menggerutu dan pergi menuju kamarnya.

"Bener nih? Ayah mau bikin mie pake telor nih ...." Ledeknya lagi. Mie adalah makanan yang paling susah ditolak oleh masyarakat pada umumnya. Dan hal itu berlaku juga pada Yura. Tapi saat ini Yura benar-benar tidak nafsu makan, maka dari itu dia tetap masuk ke dalam kamarnya.

Di dalam kamar berukuran 2x2 itu, Yura duduk di lantai sambil bersandar di samping tempat tidurnya. Masih diam melamun, memikirkan seseorang yang tadi sore membuat dia merasa sedih. Sedih akan penolakan cinta yang tidak biasa. Ada perasaan tidak rela jika seorang pria yang dia cinta itu berbeda dari pria lain yang pernah dia kenal.

Lamunan itu membuat yura kembali ke masa lalu. Masa di mana si pria tersebut selalu mencarinya hanya untuk memberikan sebuah minuman. Kemudian berakhir pada kedekatan seperti sepasang kekasih. Berangkat dan pulang kuliah bersama dan juga selalu makan siang bersama. Yura selalu membawakan bekal makanan untuk mereka makan berdua pada jam istirahat. Atau terkadang, mereka akan pergi ke cafe yang berada dekat dengan kampus, Deni Cafe.

Mencoba mengingat hal janggal yang dilakukan oleh pria yang dia cintai. Hal janggal yang mungkin Yura belum sadari bahwa 'Yuda tidak menyukai perempuan'. Semakin dia mencoba untuk mengingatnya, semakin terasa ini tidaklah benar.

"Tidak mungkin Yuda tidak menyukai perempuan. Mungkin dia hanya tidak menyukaiku dan takut menyakiti perasaanku. Tapi dengan dia mengatakan hal seperti itu, itu sangat menyakitiku."

Batin Yura terus berucap. Mencoba menyangkal segala hal yang Yuda katakan padanya. Hingga hanya air mata yang sesekali menetes membasahi pipi chubbynya.

"Memang menyakitkan jika menyukai tanpa balasan."

...

Di dalam sebuah kamar yang indah dengan luas 30 meter persegi ini dihiasi begitu banyak perabotan-perabotan mahal.

Kasur berukuran besar, TV LED 40 inci, AC, meja belajar, lemari dan perabotan kamar lainnya. Juga ada kamar mandi yang lengkap dengan bathub di dalamnya. Kamar ini hampir mirip seperti kamar untuk hotel bintang 4.

Tidak ketinggalan pula balkon yang dilengkapi dengan dua tempat duduk dan 1 meja kecil menambah kemewahan kamar itu. Kamar tersebut dimiliki oleh seorang anak laki-laki berusia 19 tahun, yang berkuliah di Universitas Harapan Bangsa Fakultas Teknik, yaitu Yuda Irawan.

Yuda lahir di keluarga yang berkecupan.

Tapi sedari kecil, orangtua Yuda tidak pernah lupa mengajarkan anaknya untuk selalu rendah hati. Ayahnya selalu mengajak Yuda ikut ke beberapa acara amal yang diselenggarakan oleh sang Ayah.

Ibu Yuda juga selalu berkata "Apa yang kita miliki bukanlah milik kita sepenuhnya, jadi kita harus membaginya pada orang lain."

Hal itu akhirnya membuat Yuda menjadi anak yang tidak sombong. Dia selalu berpenampilan sederhana dan tidak berlebihan. Sikap dia yang begitu ramah, membuat Yuda mudah mendapatkan banyak teman. Tapi sebagian dari mereka bukanlah teman sebenarnya, karena beberapa dari mereka hanya memanfaatkan Yuda yang notabene anak orang kaya.

Yuda memiliki 2 sahabat kecil bernama Rio Siswanto Adi dan Aulia Utami. Mereka sudah berteman sejak duduk di Sekolah Dasar. Kedua orangtua Rio dan Aulia berteman dekat dengan orang tua Yuda.

Kedua orang tua Rio adalah teman SMA Ibu Yuda. Setelah beberapa tahun menikah, mereka memutuskan untuk pindah rumah yang ternyata jaraknya dekat dengan rumah Ibu Yuda, hanya sekitar 700 meter.

Sedangkan Ayah Aulia adalah teman kerja Ayah Yuda, jauh sebelum sang Ayah sukses seperti sekarang. Dan kini mereka sedang menjalin kerjasama untuk perusahaan yang mereka bangun bersama.

Karena hal-hal tersebutlah yang akhirnya membuat ketiga anak mereka bersahabat. Tapi setelah lulus SMA, ketiga sahabat itu berpisah. Rio melanjutkan kuliahnya di luar negeri, sedangkan Aulia berkuliah di luar kota tepatnya di Universitas Negeri Surabaya.

Mereka memiliki kesibukan masing-masing yang membuat mereka jarang untuk saling mengobrol, atau bahkan sudah tidak pernah lagi. Tapi beruntungnya, Yuda bertemu dengan seorang teman yang baik di kampusnya. Dia bernama Ari Wahyudi. Ari selalu membantu Yuda tanpa meminta balasan. Itulah yang membuat Yuda senang berteman dengan Ari.

Ayah Ari adalah seorang manajer di salah satu perusahaan perbankan, dan Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga. Dia memiliki seorang kakak perempuan bernama Ani Wahyuni yang bekerja sebagai sekretaris direktur perusahaan jasa periklanan.

Ari juga sudah memiliki seorang kekasih bernama Lia Kartikawati. Mereka sudah menjalin hubungan selama 2 tahun. Lia juga berkuliah di universitas yang sama dengan Ari, hanya saja Lia berada di Fakultas Ekonomi jurusan akutansi.

Benih-benih cinta timbul saat masa orientasi. Setelah Ari tahu Lia berkuliah di Fakultas Ekonomi, Ari kemudian mengajak Yuda untuk menemaninya ke Fakultas Ekonomi. Dan hal itulah yang membuat mereka dihukum oleh para senior.

Ospek untuk Fakultas Teknik memang terkenal sangat keras. Jadi jika sampai ada yang melanggar, akan mendapat hukuman yang cukup berat juga.

Saat itu Yuda dan Ari mendapatkan hukuman lari mengelilingi lapangan yang luasnya hampir sebesar lapangan sepakbola sebanyak 3 kali. Hukuman itu terjadi karena mereka datang terlambat untuk berkumpul di lapangan.

Keterlambatan itu dikarenakan Ari yang mencoba mencari di mana ruang kelas Lia. Karena dia ingin memberikan coklat berisi tulisan tangan Ari dan meletakkannya di tas Lia. Dan juga mereka harus menunggu ruang kelas yang Lia tempati kosong.

"Ayo Ri, kita udah telat nih ...," keluh Yuda kesal.

"Iya, tunggu satu orang lagi keluar Yud," jawab Ari sambil melihat ke arah ruang kelas Lia.

Setelah ruangan itu kosong, barulah Ari melakukan rencananya. Setelah itu mereka pergi menuju lapangan dan mereka dihukum. Baru 2 kali putaran, Ari sudah tidak sanggup berlari. Akhirnya mereka berhenti, sambil melihat apa ada senior fakultas teknik di dekat mereka.

Untuk sejenak mereka duduk sambil mengatur napas, Yuda melihat sekeliling tempat mereka berada dan melihat ada seorang wanita berjalan ke arah tempat minuman. Yuda melihat si wanita memakai baju jingga sama seperti yang dipakai Lia, Yuda meyakini bahwa wanita itu satu fakultas dengan Lia.

Yuda melihat Ari yang masih kelelahan dan akhirnya Yuda memiliki ide untuk meminta minuman pada si wanita yang dia lihat tadi. "Ri, tunggu di sini ya sebentar, aku mau kesitu." Tunjuk Yuda ke arah seorang wanita yang sedang berdiri di dekat cooler box.

"Hah? Mau ngapain?" tanya Ari dengan nafas tersengal-sengal. Tapi Yuda tidak menjawab dan langsung pergi meninggalkan Ari.

Lapangan yang luas itu sangatlah penuh, karena semua fakultas sedang mengadakan ospek, sehingga hal itu membuat para senior tidak bisa memperhatikan mereka dengan baik.

Dan disinilah saat pertama kali mereka bertemu. Yuda melihat Yura yang sedikit terkejut karena kehadirannya. Seorang wanita berambut hitam panjang yang dia kuncir dan juga tatapan mata besar yang indah. Tatapan itu seketika membuat Yuda terdiam sejenak dan kemudian Yura mulai bersuara.

"Ehm ... ada apa ya?" tanya Yura halus. Pertanyaan itu membuat Yuda kembali tersadar dan memberikan senyum terbaiknya.

...

Pertemuan itu membuat Yuda terus memikirkan Yura, ditambah Ari selalu mengajak Yuda untuk minta ditemani ke Fakultas Ekonomi. Hal itu membuat Yuda sesekali bertemu dengan Yura. Yuda mengetahui bahwa si wanita tersebut adalah Yura dari salah satu teman di kelasnya Yura.

Hingga pada suatu hari, Yuda pergi ke supermarket dekat rumahnya dan melihat botol minuman yang Yura berikan waktu itu. Yuda mengambil minuman tersebut kemudian tersenyum manis sampai terlihat jelas lesung pipitnya yang indah.

Sejak saat itu Yuda mulai mendekati Yura. Dan akhirnya mereka bisa saling mengenal. Yuda sangat bahagia akan hal itu. Yuda sangat nyaman berteman dekat dengan Yura, sampai dia tidak menyadari bahwa hal itu membuat Yura merasakan hal lain selain berteman.

Kebodohan yang Yuda kini rasakan membuat dia hanya bisa termenung di kamarnya. Dia berbaring di tempat tidur besarnya sambil menutup mata dengan tangan kanan berada di atas dahinya.

"Aku mencintainya," gumam Yuda sambil terus menutup mata.

Kenangan masa lalu sesekali datang kembali. Membuat perasaan Yuda semakin bimbang.

***

Related chapters

  • U   Chapter 5

    Yuda POV: "Aku mencintainya," gumamku. Setelah kejadian sore tadi, aku mulai menyadari bahwa sebenarnya aku juga menyukai Yura. Sepertinya aku sudah memiliki rasa ini sejak pertama kali kita bertemu. Sebelumnya aku sudah pernah mengagumi seorang teman, tapi kali ini terasa berbeda. Bukan hanya rasa nyaman saja, tapi ada rasa takut juga jika dia meninggalkanku. Pergi jauh dariku, sampai aku tidak bisa melihatnya lagi. Saat ini umurku sudah 19 tahun dan aku mengerti apa itu cinta. Hanya saja aku belum bisa meyakini bahwa 'aku menyukai perempuan'. Pikiranku masih terjebak dalam masa lalu. Masa lalu yang membuatku tidak percaya diri untuk mengatakan 'perasaan ini' kepada Yura. ... Ketika aku berusia 15 tahun, aku pernah memiliki hubungan dengan salah satu teman dekatku. Teman yang sudah sedari kecil menjadi teman bermain bersama. Awalnya aku belum mengerti perbedaan dari rasa nyaman karena cinta atau rasa nyaman karena dia adalah t

    Last Updated : 2022-03-25
  • U   Chapter 6

    Aulia POV: Aku selalu memperhatikanmu, melihat pesona indah yang selalu terpancar dalam dirimu. Efek yang membuatku tidak bisa lepas jauh darimu. Aku selalu tidak sabar menunggu hari esok datang. Hari di mana aku akan melihatmu dan kamu akan melihatku. Hari dimana kamu merangkulku, bersuara merdu di telingaku. Kamu… Seseorang yang ku kagumi sejak lama, sejak ku mulai mengenal cinta. Aulia POV end. Angin pagi ini terasa lebih dingin dari hari biasanya. Bahkan saat musim hujan tiba, rasanya tidak sedingin ini. Dinginnya udara begitu terasa menusuk sampai ke relung hati seseorang yang tengah berdiri tak bergeming. Menunggu seseorang lain yang akan datang menyapanya, seperti hari-hari biasa. Tak berapa lama kemudian, terdengar suara rantai sepeda yang begitu familiar. Disana terlihat seorang pria berpakaian casual

    Last Updated : 2022-04-11
  • U   Chapter 7

    4 bulan kemudian... Yuda dan Yura sudah mulai kembali normal. Sudah tidak ada kecanggungan di antara mereka. Mencoba sedikit demi sedikit saling melupakan sebuah ingatan yang telah berlalu. Yura sudah mulai merelakan perasaannya kepada Yuda. Merelakan Yuda bersama orang lain yang dia cintai. Dan kini, Yura sudah menemukan beberapa pria yang mengajaknya berkenalan. Mulai membuka hatinya bersama pria lain. Sedangkan Yuda hanya bisa menatap Yura yang tengah sibuk berkenalan dengan beberapa pria. Yura selalu menunjukkan pria-pria tersebut kepada Yuda. Sesekali Yuda akan meledek Yura, berpura-pura menyukai pria yang dia tunjukkan. Yuda sebenarnya tidak rela melihat Yura seperti itu. Tapi dia juga masih belum bisa menegaskan hatinya bahwa dia 'mencintai Yura'. Masih banyak keraguan di dalam hatinya. Dan tidak menutup kemungkinan bahwa Yura pun sebenarnya belum benar-b

    Last Updated : 2022-04-16
  • U   Chapter 8

    "Bagaimana ini bisa tersebar?" … Bima Cahyo Utomo. Aku memang sedikit tidak bersahabat dengan Bima, karena aku merasa sepertinya dia iri denganku. Aku tidak tahu pasti kenapa, mungkin karena aku memiliki banyak teman dan juga keluarga yang baik. Bima termasuk dari keluarga berkecukupan, bahkan hampir mirip sepertiku. Hanya saja dia memiliki orangtua yang kurang baik. Kedua orangtuanya telah bercerai dan Ibunya sudah menikah lagi. Sedangkan Ayahnya sepertinya selalu memberikan tekanan batin pada Bima dan juga melakukan kekerasan fisik padanya. Aku sesekali melihat luka-luka lebam ditubuhnya dan kadang dia terlihat sangat rapuh. Aku ingin sekali berteman dengannya, hanya saja dia memiliki sikap yang kurang ramah ke beberapa orang, membuatku jadi segan untuk berteman dengannya. Bima memiliki 2 teman yang cukup d

    Last Updated : 2022-04-18
  • U   Chapter 9

    Yura POV: Setelah aku melambaikan tanganku kepada Yuda, kemudian aku mulai berjalan masuk ke dalam fakultasku. Hari ini begitu cerah dan udara terasa begitu lebih sejuk. Sepertinya semesta sedang memberiku semangat untuk menjalani hari ini. Aku berjalan dengan santainya melewati beberapa kelas disekitarku. Hingga sampailah aku di depan kelas, sambil menyapa teman-temanku, aku pun kemudian duduk ditempat yang biasa aku duduki. Tapi entah mengapa tidak ada yang membalas sapaanku?

    Last Updated : 2022-04-23
  • U   Chapter 10

    Aku terus berlari tak tentu arah sampai tiba-tiba ada sebuah tangan menarik lenganku, membuatku berhenti berlari. Lia. … Sekarang aku berada di sebuah taman kecil, di samping fakultas bersama Lia. Lia menarikku dan mengajakku berbicara. Aku masih menangis memikirkan ucapan teman-teman kelasku. "Kamu nggak jijik sama aku atau Yuda, Li?" ucapku. "Aku hanya jijik sama kotoran." Lia berucap sambil mengusap punggungku. "Dan bukan sama seorang teman." Kini aku menatap Lia yang sedang tersenyum. Melihat senyuman Lia membuatku semakin menangis, aku menangis karena ucapan Lia yang membuatku terharu. Aku kemudian memeluk Lia dengan erat. "Terkadang sesuatu yang berbeda, tidak semuanya bisa diterima dengan baik Ra. Kita harus bersabar menghadapinya." Lia bersuara dengan lembut

    Last Updated : 2022-04-25
  • U   Chapter 11

    Yura berlari menuju fakultas teknik untuk menemui Yuda. Setelah mendengar ucapan dari Lia tentang Ari yang tidak bisa menerima Yuda, membuat Yura jadi semakin khawatir pada Yuda. Dia sudah mencoba menghubungi Yuda berkali-kali, tapi tetap tidak ada jawaban dari Yuda.Yura berlari melewati beberapa lorong ruangan di fakultas tersebut, kemudian dia menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju ruang kelas Yuda yang berada di lantai 4. Yura menggunakan tangga untuk naik karena banyak para mahasiswa sedang mengantri di depan lift dan hanya satu lift yang beroperasi saat itu karena lift yang satunya sedang dalam perbaikan.Yura sesekali berhenti untuk mengatur nafasnya dengan keringat yang bercucuran membasahi pipinya. Dan setelah beberapa menit, Yura sudah sampai di lantai 4 dan mulai mencari ruang kelas Yuda. Yura belum pernah sampai ke lantai atas fakultas Yuda. Biasanya mereka hanya bertemu di depan lift, kantin ataupun diluar fakultas.Yura mencoba bertanya ke beberapa orang ditempat i

    Last Updated : 2022-04-30
  • U   Chapter 12

    Yura terus berusaha melepaskan cengkraman tangan Bima. "Lepasin nggak? Atau aku akan teriak!" Tapi Bima tidak mendengarkan ucapan Yura, dia terus menggenggam tangan Yura. Sampai akhirnya Bima merasa ada yang menarik rambutnya dengan kuat, dia pun menoleh ke arah orang yang menarik rambutnya itu. Ari... …. Tak disangka, Ari datang menolong Yura yang tengah kesulitan menghadapi Bima. "Jika kamu pikir temanku adalah banci, dengan kamu menyakiti perempuan seperti ini, tidak ada bedanya bukan? Bahkan mungkin lebih parah!" ucap Ari ketus. Bima melepaskan genggaman tangan Yura dan menghempaskannya, hingga Yura jatuh terduduk. Kini Bima mulai beralih kepada Ari yang sudah melepaskan tarikan dirambut Bima. "Oh... kamu mau aku bikin babak belur juga seperti temanmu itu?" Bima berucap dengan intonasi keras dan sudah sangat siap memukul Ari. Yura kemudian berdiri. Dengan kekuatan yang tersisa ditubuhnya, dia mulai menarik baju Bima hingga terjatuh ke lantai. Setelah itu Yura sedikit berteri

    Last Updated : 2022-05-03

Latest chapter

  • U   Chapter 39

    "Adik aku cewek Ra. Dia baru masuk SMA setahun yang lalu." Aku mengangguk.Beberapa detik kemudian, ponsel milik David bunyi menandakan ada seseorang yang meneleponnya. David dengan sedikit ragu-ragu mengangkat telepon tersebut. "Bentar ya, Ra.""Iya Vid, angkat aja dulu." jawabku mempersilahkan.Entah kenapa David begitu gugup saat mendapatkan panggilan telepon tersebut. Dia pun keluar dari restoran Ayahku, tapi aku masih bisa melihatnya dari balik kaca jendela. Sesekali dengan menatapku dan tersenyum kecil. Aku pun membalas senyumannya.….Sembari menunggu David selesai menelepon, aku mengambil ponselku dan mengirimkan pesan kepada Yuda."Hari ini kamu kesini nggak?"Drrt… drrt…"Iya Ra. Tapi mungkin sekitar jam 7an Ra. Kenapa? Kamu udah kangen? Hehe…"Ck…Aku tersenyum melihat pesan dari Yuda."Iya aku kangen. Kangen nyuruh-nyuruh kamu Yud. Hahaha…"Drrt… drrt…Yuda memberikan emot sedih.Kembali ku tersenyum geli. Aku pun membalas dengan memberikan emot tertawa terbahak-bahak."Ra

  • U   Chapter 38

    "Kamu terlihat cantik, Ra." ucap David tiba-tiba. Saat itu aku sedang mengarahkan wajahku di depan kipas angin. Aku pun menoleh ke arahnya yang sedang tersenyum manis. …. Ya, mungkin benar apa yang dikatakan oleh banyak orang. Jika seseorang sedang mencoba mendekati orang yang disukai, mereka akan berusaha untuk merayunya. Dan ini pun yang mungkin sedang dilakukan David kepadaku. Aku sedikit merinding mendengar ucapannya. Aku hanya membalas senyuman David tanpa berkata apa-apa, serta kembali menoleh ke arah kipas angin. "Oh ya, kalo kamu lagi libur gini, pasti seperti ini ya?" "Iya." jawabku singkat tanpa menatap wajahnya. Aku masih menikmati udara dari kipas angin sambil memejamkan mata. Entah karena aku mulai merasa tidak nyaman, atau memang hanya masih merasakan gerah ditubuhku. "Rajin ya kamu Ra. Mungkin, kalau boleh, kapan-kapan aku ikut bantuin ya Ra?" "Nggak usah, Vid. Main aja ke tempatku. Nggak usah bantuin. Hehe… kamu kayak Yuda juga, bukannya jadi tamu yang baik malah

  • U   Chapter 37

    "Ya tentu saja Ra. Terlihat dari mata kamu yang layu dan sedikit pucat." Aku sedikit terkejut saat David menyentuh pipi kananku dan membelainya halus. Tanpa disadari dengan reaksi yang aku berikan, aku langsung mundur dan sedikit menjauhkan wajahku dari genggaman tangan David. 'Sungguh aku merasa aneh' …. Entah kenapa aku merasa sedikit tidak nyaman saat dia menyentuh wajahku? Padahal aku sering disentuh oleh Yuda, baik kepalaku bahkan wajahku. Mungkin itu yang dimaksud dengan perasaan nyaman saat orang yang kita cinta menyentuh kita. David sedikit terkejut saat melihat reaksiku. Dia terlihat menunjukkan raut wajah tidak enak padaku. "Ma..maaf Ra? Aku nggak maksud buat kamu nggak nyaman. Maaf banget ya Ra?" Dia menyatukan kedua tangannya dengan terus mengucapkan kata maaf. Akupun merasa tidak enak kepada David karena reaksiku yang aku rasa berlebihan. Aku menggelengkan kepalaku dan menyentuh lengan David dengan tangan kananku. "Nggak apa-apa kok Vid. Aku aja yang berlebihan, ngg

  • U   Chapter 36

    Yura POV. Pagi ini aku bangun sekitar jam 9. Padahal aku berencana untuk bangun lebih siang. Hehe… Seperti biasa di pagi hari pada hari libur, aku akan membantu Ayah dan para karyawan lain untuk mengurus rumah makan keluargaku. Aku membantu menyambut tamu, mencatat pesanan, mengantarkan pesanan, membersihkan meja dan bahkan mencuci piring. Aku sangat bersyukur karena usaha tempat makan Ayahku selalu ramai dikunjungi, apalagi pada hari libur seperti ini. Sampai tak terasa waktu menunjukkan pukul 2 siang. Biasanya di jam segini, rumah makan ayahku agak sedikit sepi dan baru akan ramai lagi pada jam 5 sore sampai malam hari. Oleh karena itu, akupun sudah tidak membantu Ayah dan para karyawan Ayahku. Aku berjalan menuju meja yang diisi oleh teman satu kampusku yang kemarin sudah mengabariku untuk datang berkunjung. Sebenarnya dia sudah datang sejak jam 1 siang tadi. Hanya saja, restoran yang begitu ramai membuatku tidak bisa fokus mengobrol dengannya. Barulah saat ini aku bisa mengham

  • U   Chapter 35

    "Teruslah tersenyum, Ra." batin Yuda berucap. Dia pun melanjutkan menyesap es tebu sambil sesekali melihat Yura lagi. …. "Hah kenyang…" desah Yura sambil mengelus perutnya. "Ya tentu kenyang Ra. Kamu udah makan banyak banget tadi!" jawab Yuda tertawa. "Abis jarang-jarang banyak tukang jualan kayak tadi Yud. Makanya aku jadi mau semuanya. Hahaha." 'Tidak apa-apa Ra, yang penting kamu bahagia.' Yuda tersenyum dengan isi hatinya. "Ya udah, ayo pulang Yud. Udah jam 8 ternyata!" Yura melihat jam di pergelangan tangannya. "Kamu udah siap pulang nih ya?" ledek Yuda dengan mengangkat satu alisnya. "Iya Yuda…" Yura segera menaiki sepeda Yuda, dan Yuda mulai mengayuh sepedanya lagi menuju rumah. Sesampainya dirumah Yura. Yuda bertemu dengan Ayah Yura yang hendak membuang sampah. Tidak hanya jalanan saja yang ramai, tapi rumah makan milik Yura juga cukup ramai pengunjung hari ini. Dan memang setiap Jum'at malam sampai Minggu tempat makan Yura selalu ramai. Selain harga yang terjangkau

  • U   Chapter 34

    Aulia POV: Sebentar lagi akan memasuki ujian semester, oleh karena itu diriku lebih fokus pada kuliah saat ini. Aku sudah mulai memasuki semester akhir, yang di mana akan disibukkan untuk membuat bahan skripsi. Sungguh tak terasa waktu berjalan begitu cepatnya. Kesibukan ini sejenak membuatku lupa akan masalah yang dihadapi oleh kedua teman kecilku. Aku selalu ingin mencari tahu lebih dalam tentang masalah ini, akan tetapi ya…kesibukan membuatku sulit memberi waktu untuk hal lain. Terakhir yang aku tahu, saat mencari informasi tentang temanku adalah soal Yuda yang ternyata tidak menghapus postingan yang pernah dia buat di F*. Sungguh membuatku kesal dan kecewa. Kenapa dia tidak menghapus dan bahkan membohongiku? "Aulia, kamu nggak makan?" sapa salah satu teman dekatku di kampus yang bernama Astrid. "Iya, serius banget belajarnya Li!" "Aku yakin kamu pasti bisa ngerjain tugas ujian besok kok Lia, hehe." Kali ini temanku yang lain yaitu Icha dan Riska ikut berkomentar. Ya, meman

  • U   Chapter 33

    Ibuku? Aku sudah lama tidak pernah bertemu dengannya lagi, setelah dia membuangku. "Temui dia di tempat lain." Ayahku berjalan mendekat ke arahku. "Memeliharamu saja sudah sangat menyusahkan, apalagi harus membiarkan peliharaan lain datang ke tempatku." Ayahku pergi meninggalkan aku yang menahan amarah akan ucapannya tadi. 'Kematian adalah kado terindah untukmu. Ayah.' …. Kini aku berada di dalam kamarku lagi. Pikiranku masih terus memikirkan ucapan Ayahku. "… Ibumu ingin bertemu." Kenapa saat ini dia ingin melihatku? Apa ada hal yang ingin dia manfaatkan dariku? Setahuku, pekerjaan Ibu adalah seorang desainer. Dan bisa dikatakan cukup sukses di kalangan para desainer lainnya. Lalu untuk apa kita bertemu? Masih teringat dengan jelas betapa dia tidak menginginkanku. Dia berusaha untuk membuatku pergi jauh darinya. Itu terlihat dari bagaimana dia meninggalkan aku seorang diri dirumahnya. Dia tidak membuatkan aku makan atau bahkan menyiapkan perlengkapan sekolahku. Sungguh meny

  • U   Chapter 32

    Rumah yang tidak pernah bisa membuatku nyaman. Seakan itu bukanlah rumah, yang seharusnya membuatku merasa aman dan tenang. … Aku sudah sampai di depan rumahku. Mengendarai mobil masuk ke dalam garasi rumah. Ayahku sangat menyukai mobil, oleh sebab itu banyak sekali mobil yang terparkir di garasi. Sangat banyak. Hal yang paling membuatku nyaman berada dirumah adalah pada saat nenekku berkunjung. Dari aku kecil, hanya neneklah yang selalu memprioritaskan aku. Karena nenek pula aku bisa tinggal bersama Ayahku. Orang tua dari Ibu kandungku sudah lama meninggal sejak Ibuku masih remaja. Oleh karena itu, sosok yang paling aku kenal hanya Ibu dari Ayahku. Untuk kakek juga sudah lama meninggal dunia pada saat aku berumur 1 tahun. "Oh sudah pulang? Den Bima sudah makan?" sapa salah satu pelayan dirumahku. "Tidak usah Bi, aku sudah makan tadi." "Baik, Den." ucapnya halus. Pelayan rumahku ini sudah berusia 40 tahun. Dan dia juga yang sudah mengurusku sejak kecil. "Ayah sudah pulang, Bi?

  • U   Chapter 31

    Bima POV: Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 17:30 sore. Aku dan beberapa teman sekelas bersiap untuk pulang kuliah. Aku membereskan barang bawaan ke dalam ransel. Kemudian berjalan keluar kelas yang kemudian disusul oleh kedua temanku. Dan tidak berapa lama, Yuda dan Ari ikut keluar dari dalam kelas dan berjalan melewatiku dan kedua temanku. "Buru-buru banget, mau pacaran ya? Hahaha!" Temanku berucap dengan kedua tangannya saling menyatu, seakan sedang bergandengan. Aku yang mendengar ucapan itu hanya tersenyum kecil. Mereka berdua tidak menghiraukan ucapan temanku dan terus berjalan menuju pintu keluar fakultas. "Aku merasa heran, orang seperti Yuda masih ditemenin!" "Ya namanya juga pasangan, Dho." Kini satu temanku yang lain ikut bersuara. Temanku yang bernama Ridho tertawa geli mendengarnya. "Apa orangtuanya sudah tahu tentang ini belum ya?" Mendengar ucapan temanku yang bernama Raden membuatku mulai memikirkan hal yang sama. "Sudah mungkin, Den. Dan direstuin gitu aja s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status