Share

55.ternyata tamu itu...

Author: Yanikdwilestari
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mobil pun berbelok memasuki kawasan perumahan elit tempat tinggalku saat ini. Entah kenapa hatiku mulai merasa berdebar. Siapakah sosok tamu istimewa yang di maksut Emak itu.

Tin tin tin!!!

Dengan sigap Pak Asep pun membuka pintu gerbang. Sedangkan aku langsung memasuk kan mobil ke dalam garasi.

Tapi aku kaget saat melihat sebuah mobil yang juga sudah terparkir didalam nya, sebuah mobil pajer* sport bewarna hitam. Yang entah milik siapa.

Aku mengernyitkan dahi, begitu pula dengan Bapak. Apa mungkin ini mobil Mas Bowo? Aah tak mungkin juga lah

"Mobil siapa Nduk!" Tanya Bapak yang juga heran

"Gak tau Pak, makanya Ida juga penasaran!"

"Yuk Nduk, kita turun. Bapak uda penasaran juga soalnya."

"Enggeh Pak."

Aku turun dari mobil, berjalan disamping Bapak memasuki rumah. Tapi sebelum masuk, aku menyuruh Pak Anton untuk meletak kan mobil pick up disamping mobilku.

Dan Pak Anton pun langsung pamit pulang. Tak lupa aku mengucapkan banyak terimakasih atas bantuanya hari ini.

Saat memasuki ruan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   56. selamat datang!!!

    Ku percepat langkah kakiku menuju depan rumah."Heran, hari ini banyak sekali tamu yang tak di undang datang ke rumah." Gerutu ku sambil mengusap wajah."Mana tamunya Pak!" Aku menatap pak Asep yang menunggu didepan pintu"Masih diluar gerbang Bu!" "Ya sudah bukain aja gerbangngnya!"Pak Asep mengangguk dan bergegas menggeser sedikit gerbang rumah ku. Dan saat itulah nampak Mas Bowo, Lusi dan juga Ibu masuk sambil menaiki mobil. Aku dibuat sedikit terperanjat oleh ulah mereka bertiga.Entah mobil siapa yang mereka pinjam, atau mereka sewa. Yang pasti, mereka mengendarai mobil untuk datang kerumahku.Lagaian aku juga meraaa aneh, bukankah Mas Bowo hari ini kerja, tetapi kenapa dia bisa kesini. Apa dia ambil cuti atau memang ambil kerja setengah hari? Aaah entahlah itu juga bukan urusan ku.Mereka turun dari mobil dan langsung mengahampiriku. Bukan nya bersalaman dengan ku, mereka malah asyik memperhatikan rumahku."Waaah selamat datang dirumah ku, mari silahkan masuk!" Tanpa memandan

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   57.pencairan uang kedua

    Selepas kepergian mereka, aku langsung masuk kedalam menyusul Emak dan Bude Mai yang masih sibuk menyiapkan berkat."Kamu tuh piye toh Nduk, kok mau-maunya beli mobil mereka!"Aku hanya diam tak menjawab pertanyaan Emak. Takut kalau jawaban ku hanya akan membuat Emak makin marah"Sudah gak papa Sar, itung-itung juga investasi." Bela Bude MaiPadahal ku tau, beliau sebenarnya tak tau apa-apa."Uda pulang Nduk tamunya?" Tanya Bapak yang keluar dari kamar."Iya uda Pak.""Kamu jadi beli mobil Bowo?"Aku mengangguk pelan. Dan Bapak pun menghela napas."Ya mau gimana Pak, nanti malah mereka ngambil mobil, malah Ida gak dapat apa-apa. Kan Bapak tau sendiri, surat-suratnya masih dimereka semua."Bapak mengangguk, nampak memahami isi hatiku. "Iya bener juga apa uang kamu ucapkan. Yasudah, yang penting sekarang kamu sudah gak ada sangkut pautnya lagi sama si Bowo.""Tapi kamu juga harus ingat, jangan pernah menghalangi dia untuk bertemu Anita.""Halah Pak, paling kesini juga dengan tangan kos

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   58.siapa lelaki itu?

    Setengah jam perjalanan, akhirnya kami pun sampai juga dirumah. Karena tadi kami harus mampir untuk membeli nasi buat makan sore. Tampak dari kejauhan, terlihat Emak sedang mengobrol dengan Yumi tetanggaku."Baru pulang dari sawah Yum?""Iya Mak, Emak juga baru datang ya. Kangen nih uda lama gak ketemu Emak." Ucapnya sambil mencium tangan Emak"Hahahha iya sama. Biasanya kita sholat jamaah bareng ke mesjid. Sekarang uda enggak lagi.""Ya kan Emak juga lagi di rumah Mbak Ida Mak.""Dadang kemana?""Masih di sawah Mak. Masih ngerabuk padi. Bentar lagi juga pulang.""Uda gak nyupir lagi?""Ya masih Mak, tapi ya nunggu kalau ada panggilan aja. Kalau gak ada ya Mas Dadang bantu-bantu garap sawah orang-orang. Maklum Mak, namanya juga gak punya sawah sendiri. Hehehe...""Ora popo, jangan berkecil hati Nduk. Kerja apa aja yang penting halal, barokah!""Enggeh Mak."Hnnnnggg!!!!Deru suara mobil Fero terdengar saat kita berhenti dipelataran rumah Emak. Aku langsung keluar dari mobil dan ikut m

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   59.lusi yang menyebalkan

    Hari ini Yumi dan Dadang bakal menginap dirumahku. Karena mereka bakal menjadi karyawanku di toko. Hitung-hitung juga membantu perekonomian keluarga kecil mereka.Kadang aku juga sedikit kasihan sama mereka, sudah hampir lima tahun menikah, mereka belum dikaruniai keturunan. Yaaa mungkin memang belum rejeki mereka sih."Masyaallah, rumahnya Mbak Ida buuuaguus banget Mbak?" Ucap Yumi yang berdecak kagum melihat kemewahan rumah ini."Rumah Emak Yum, bukan rumah Mbakk." "Ya sama aja Mbak, rumah Emak juga bakal jadi rumah Mbak.""Hahaha bisa aja kamu Yum.""Oh iya Bik, tolong antar mereka ke kamar ya!" Ucapku pada Bik Darmi"Siap Bu, mari Mbak, Mas, saya antar ke kamar."Emak dan Bapak sudah beristirahat di dalam kamar, mungkin mereka capek. Sedangkan Bude Mai dan Fero, langsung pamit pulang tanpa mampir terlebih dahulu.Untung juga rumah ini terdapat banyak kamar kosong. Jadi aku tak perlu bingung harus menempatkan Yumi dan Dadang dimana.Aku langsung masuk kedalam kamar, setelah mereka

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   60. tidak mungkin

    Pov LusiSiang ini matahari nampak begitu terik, hawa panas dan gerah langsung menyerang tubuhku.Sebenarnya aku enggan sekali untuk ikut Mas Bowo memata-matai Anita, putrinya. Padahal aku yang memberi ide, malah aku juga yang terlibat. Ini nih, yang dinamakan senjata makan tuan. Apalagi, Ibu juga memaksaku untuk ikut serta. Jadi bikin aku makin sebel aja."Lus, cepet siap-siap. Bentar lagi Mas mu datang!" Teriak Ibu dari ruang tamuDengan ogah-ogahan, aku berganti pakaian dan memoles make up diwajahku. Tak lupa, ku kenakan perhiasan yang dibelikan suamiku, Mas Dendi.Sebenernya aku sedikit sebel dengan dia, akhir-akhir ini, waktu Mas Dendi dirumah juga sangat berkurang. Biasanya saat dia libur berlayar, dia bisa menghabiskan waktu sampai satu bulan dirumahTapi kali ini, paling lama juga hanya seminggu, kemudian dia balik lagi berlayar. Alasanya, pangkat dia sekarang lebih tinggi, jadi dia tak punya banyak waktu untuk libur.Anehnya, gaji yang Mas Dendi kirim juga masih sama saja se

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   61. kemarahan dendi

    Pov LusiSampai esok hari, pesan ku tak kunjung dibalas oleh Mbak Ida. Ibu sudah berkali-kali tanya padaku tentang balasan Mbak Ida. Aku sampai jengah dibuatnya. Ibu terlihat sangat tidak sabar.*****Tuuut.... Tuuuut.... Tuuuut...!!!Aku mencoba menghubungi Mas Bowo, itupun juga atas permintaan Ibu. Tak berapa lama, sambungan telepon ku tersambung dan diangkat oleh Mas Bowo."Halo Wo, hari ini kamu ijin libur aja ya!" Seru Ibu saat Mas Bowo mengangkat teleponya."Iya, uda lah gak papa. Orang cuman ijin sehari aja masa' gak boleh sih. Uang mobil lebih penting tau gak ketimbang gaji kamu sehari dipabrik." Tukas Ibu ketus.Ibu sepertinya sedang meledak, padahal dulu Ibu seperti sayang kepada Mbak Ida. Tapi semenjak Mbak Ida menolak untuk rujuk, Ibu jadi membenci Mbak Ida.Bahkan, Ibu jadi mengungkit apa yang sudah dia berikan pada Mbak Ida. "Yasudah, Ibu tunggu dirumah. Cepet kesini."Sambungan telepon pun dimatikan. Dan Ibu memberikan hp ku kembali"Kamu cepet ganti baju.""Lah mau ke

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   62.melabrak lusi

    Tok tok tok!!!"Siapa?" Tanya ku kalq sedang rebahan diatas kasur saat melepas lelah."Anita...""Masuk Nduk!"Ceklek!!!Anita membuka pintu kamar ku, kemudian berjalan menghampiri ku dan duduj disisi ranjangku"Mmm Ibu capek gak?" Tanya nya sedikit ragu"Sedikit, kenapa Nduk?""Mau Nita pijiti Bu?"Aku mengernyitkan dahi, tak biasanya putriku ini bersikap seperti ini. Biasanya, ada hal yang sedang ingin ia utarakan padaku jika dia menghampiriku."Kamu ada perlu apa sama Ibu!" Aku bangkit dan membetulkan posisi duduk ku disamping Anita."Sini, cerita sama Ibu?"Anita masih diam. Dia nampak bimbang, ingin berbicara apa tidak, itu sungguh membuat ku penasaran dibuatnya."Kenapa Nduk? Cerita sama Ibu. Ibu siapnkok dengerin kamu cerita. Curhat aja sama Ibu, Insyaallah Ibu bisa kasih solusi." Jawab ku bijak"Mmm, Ibu ida baca status tante Lusi gak?""Status, status apa Nduk?" Anita kembali diam tak menjawab ucapanku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menyambar tas yang tergeletak diatas n

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   63.aku ingin anak!!!

    Pov LusiKarena pertengkaran ku tadi pagi, Mas Dendi pun pergi begitu saja dari rumah dan baru balik lagi pada siang harinya Tentu saja itu sangat membuatku sedih dan gelisah. Apalagi, baru kali pertama ku lihat Mas Dendi semarah ini, bahkan sampai membentak dan menyeret ku. Padahal dulu dia sangat lemah lembut dan juga sangat manis, tak pernah sekalipun ucapan keras yang terlontar dari mulutnya.Tapi hari ini, aku melihat sisi yang berbeda dari Mas Dendi yang dulu ku kenal. Sisi manis, lembut dan hangat itu kini sirna.Ceklek!!! Pintu rumah terbuka, dan kudengar derap langkah besar masuk kedalam rumah. Sudah dapat kupastikan bahwa itu suara langkah Mas Dendi.Akupun mengusap air mata, kemudian berlalu keluar kamar dan menemui Mas Dendi yang sedang duduk santai didepan televisi."Mas, maafkan aku!" Ucapku mengiba padanya. Tapi dia tetap tak bergeming. Bahkan malah asyik memainkan ponselnya, sambil merebahkan tubuhnya diatas sofa dan berkirim pesan dengan seseorang disana, entah de

Latest chapter

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   128. Ending

    Setelah semua kejadian yang menimpa Lusi, awalnya dia begitu terpukul dan hampir depresi. Karena dia memang bakal tak bisa mempunyai anak untuk selamanya.Berkat kesabaran Ibunya, dan juga Bowo yang selalu memberi dukungan, perlahan Lusi mampu menerima takdirnya.Begitupula Dendi yang juga perhatian pada nya pasca kehilangan buah hati mereka. Tapi semenjak kehadiran Romi, mantan pacar Lusi dulu, hidupnya berubah. Terutama hubungan nya dengan Dendi.Rama, lelaki yang dulu mencintai Lusi sepenuh hati. Tapi karena dulu dia belum memiliki pekerjaan yang mapan, dia pun memilih untuk mundur. Apalagi waktu itu dia melihat Lusi yang juga sudah dekat dengan Dendi yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan besar.Hingga akhirnya, dia pun memilih untuk merantau. Bekerja jadi kontraktor disebuah tambang."Lus...!" Sapa Rama saat mereka bertemu membeli martabak disebuah sentra PKL bersama Narendra."Rama....!" Balas Lusi yang juga tak kalah bahagia dan mereka pun bersalaman."Anak kam

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   127. perpisahan

    Hallo Mas!" Sapanya begitu lembut saat mengangkat telepon ku."Lagi apa Ras?""Nih, lagi santai sama calon anak kamu. Oh iya, uda makan belum?" Tanya nya.Aaah, Laras benar-benar perhatian sekali. Bahkan Lusi pun jarang menanyakan hal sekecil ini tapi mampu membuat ku merasa dipedulikan. Tak seperti Lusi yang hanya lebih sering menanyakan uang dan uang.Untung saja aku cinta. Kalau tidak, mungkin aku sduah meninggalkan nya."Sudah kok. Kamu juga sudah makan apa belum? Jangan sampai telat makan ya?" "Iya Enggak Mas." Jawab nya seraya tersenyum."Oh iya Ras, mobil yang kujanjikan pada Lusi sudah datang hari ini. Ku rasa dia begitu bahagia!" Ucapku.Tapi Laras tak menanggapi ucapan ku."Halo Ras kamu masih disana?" Tanya ku.Karena memang seketika suasana jadi hening. Hanya terdengar suara helaan napas yang berat keluar dari mulutnya."Iya masih Mas. Tapi aku ngantuk mau tidur dulu. Capek!" Jawab nya seketika cuek."Oh yasudah kalau gitu, kamu istirahat dulu gih. Met tidur ya sayang dan

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   126. pov. Dendi

    Aku dulu memang sangat mencintai Lusi. Apapun yang dia inginkan, sebisa mungkin bakal aku turutin.Tak ada kata penolakan yang bakal keluar dari mulutku ini, semua ucapannya pasti ku iyakan. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Aku ingin keturunan. Sudah hampir lima tahunan aku dan Lusi menjalin rumah tangga, tapi kami belum juga dikarunia i seorang anak.Lantas aku harus bagaimana? Apakah aku harus menunggu terus dengan sabar? Tapi sampai kapan? Aku juga tak tau kapan umurku akan berakhir. Tapi setidaknya sebelum umur ku usai, aku sudah memiliki seorang penerus.Semakin hari aku semakin bimbang. Ingin rasanya menyudahi hubungan ku dengan nya, tapi aku masih terlalu cinta."Ini pesanan nya ya Pak!" Ucap seorang pelayan restoran saat kapalku sedang bersandar dan kami makan malam disuatu kota.Aku melihat gadis ini begitu manis, dengan postur tubuh yang aduhai menggoda iman. Ku lirik name tag nya, dan kulihat nama yang tertera disana "Laras".Aku pun tersenyum manis padanya, dan di

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   125. tak tertolong

    Drrrt... Drrrt... Drrrt...Aku jadi terbangun kala hp ku berdering karena sebuah panggilan masuk. Setelah ketahuan hamil, Ibu menyuruhku untuk lebih banyak istirahat. Karena kata Ibu, kehamilan ku ini sedikit rewel. Apalagi ini masih trimester pertama yang pastinya masih teler-telernya. Kuraih hp yang tergeletak tak jauh dari tempat ku berbaring, kemudian melihatnya. Ternyata Mas Dendi lah yang sedang menelponku.Dengan semangat 45, aku pun langsung mengangkat panggilan darinya. Dan sudah pasti, senyum ku pun memgembang."Hallo, iya Mas!" Ucapku "Lus, kamu beneran kan? Kamu gak bohong kan?" Pertanyaa Mas Dendi langsung memberondong ku."Iya Mas, masa' iya aku bohong sih sama kamu Mas?" "Alhamdulillah... Ya Allah Lus, kamu tau aku begitu bahagia. Hiks!" Dari nada suaranya, Mas Dendi begitu terharu."Mas nangis?" "Mas cuman bahagia Lus, Mas gak nyangka akhirnya kamu hamil juga. Tapi....!" Ucapanya terhenti.Tapi aku paham maksut dari ucapan Mas Dendi ini. Tapi dia juga sudah mengham

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   124. positif

    Karena perjanjian ku dengan Mas Dendi inilah, sekarang aku bisa hidup lebih bahagia. Apalagi dengan harta yang lebih bergemilang. Walau aku harus berbagi suami dengan wanita sialan itu.Tiga hari lagi Mas Dendi juga akan pulang. Dan dia berniat ingin bersama ku nantinya. Jujur saja, aku sudah kehilangan hasrat bersama Mas Dendi. Tapi, mau tak mau aku harus tetap melayani nya.Toh aku juga dapat imbalan yang setimpal. Apapun yang aku ingin kan, Mas Dendi selalu menuruti apapin yang aku ingin kan.Yang terpenting saat ini, aku harus bersiap dan merias diri secantik mungkin. Agar nanti saat Mas Dendi datang, dia terkesima dengan penampilan ku.Tok tok tok!!!"Lus...?" Sapa Mas Bowo didepan kamar ku"Hmm, ada apa Mas? Masuk aja, gak ku kunci kok." UcapkuMas Bowo pun masuk, dan mengeluarkan uamg lembaran merah sebanyak lima biji."Nih...!" Ucapnya sambil meneyerah kan pada ku."Ooh, uda gajian toh. Oke, aku terima." Ku ambil uang ity dari tangan Mas Bowo. Dan memasukkanya kedalam kantong

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   123. innalillahi...

    Menempuh waktu hampir dua jam lebih, bagiku terasa sangat begitu lama. Tapi aku bersikap biasa saja dihadapan Mas Fero. Aku takut, jika dia melihat ku khawatir, dia bakal ngebut, dan justru malah membahayakan kita sendiri.Padahal dalam hati ini, sudah tak karuan lagi. Campur aduk rasanya, apalagi memang kondisi Bapak yang sudah terlalu lemah beberapa hari ini.Tapi memang saat ini Mas Fero berkendara lebih cepat dari pada saat kami berangkat ke kosan Anita. Untung nya juga, jalanan tak seberapa padat, mungkin karena masih siang juga, dan tak bertepatan dengan jam pulang kerja.Tujuan kita saat ini pun langsung ke rumah sakit Medika. Aku melirik Anita dari kaca spion dalam mobil, terlihat tak tenang juga. Terlihat juga Anita tak lepas dari doa, sama seperti ku saat ini.Sesampainya dirumah sakit, Mas Fero langsung memarkirikan mobilnya, setelah itu, kami langsung berjalan. Menuju ruang ICU, dimana Emak sudah menunggu disana."Mak...!" Sapa ku saat melihat wanita paruh baya itu duduk s

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   122. pindahan

    Sudah dua hari ini, aku dan Mas Fero tinggal dirumah ku. Karena memang beberapa hari ini aku sibuk mengolah semua usaha ku. Maklum, biasanya Emak yang membantuku ditoko, kini lebih banyak dirumah.Sebab, akhir-akhir ini kesehatan Bapak juga sedang terganggu. Dan sudah tiga hari ini pula beliau terlihat lemas. Jadi dari pada aku harus bolak balik toko kerumah Mas Fero yang jaraknya lumayan jauh, aku pun memutuskan untuk memgajak Mas Fero gantian tinggal disini beberapa hari. Apalagi hari ini kita juga ada agenda mengantarkan Anita ke kosan nya.Dan juga, aku sibuk membantu putriku yang akan segera pindahan, karena sebenyar lagi dia akan masuk kuliah. Ternyata waktu berputar begitu cepat, hingga tanpa terasa kini Anita sudah akan menjadi seorang mahasiswi."Nduk, sarapan dulu!" Ajak Emak saat aku menuju dapur."Enggeh Mak! Oh iya, nanti Emak ke toko lagi kah?" "Kayaknya sih enggak, lah Bapak mu kondisinya juga kayak gitu. Emak kok jadi takut ya Nduk!" Ucap Emak sedikit tertahan"Takut

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   121. uda dong cemburunya....

    "Sudah hampir sebulan ini aku menjadi istri Mas Fero, kalau ditanya bagaimana rasanya? Sudah tentu aku bakal berkata begitu bahagia.Bukan tanpa sebab, karena memang sifat Mas Fero yang begitu perhatian dan peduli padaku, membuat ku menjadi begitu nyaman.Apalagi Mama juga begitu baik terhadapku. Karena memang setelah menikah, aku diboyong oleh Mas Fero ke kediamanya. Ya, walaupun tak jarang juga aku masih sering pulang kerumah untuk menengok Emak dan Bapak.Karena memang Anita juga kadang ikut tinggal dirumah Papa barunya ini. Mas Fero mengajak ku tinggal dirumah nya juga bukan tanpa alasan, sebab anak-anak kandung Mas Fero yang kini juga sudah menjadi anak ku masih kecil-kecil, sedangkan Anita sudah besar.Dan sebentar lagi dia akan masuk kuliah, bahkan akan tinggal jauh dari kami. Karena dia kuliah diluar kota, terpaksa dia harus ngekos disana. Itu pula lah yang membuat ku mau untuk tinggal disini, karena anak-anak Mas Fero lebih membutuhkan sosok Ibu."Sayang, nanti nge mall yuk..

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   120. tak sengaja bertemu (pov.bowo)

    Hari ini pekerjaan kantor benar-benar lumayan banyak. Apalagi banyak barang masuk, yang otomatis banyak data pula yang harus ku input.Untung nya laporan ini gak harus selesai hari ini juga. Jadi aku masih bisa sedikit bersantai tentunya.Kulihat Bram dan teman-teman juga pada sibuk dengan pekerjaan mereka. Hingga waktu istirahat, seperti biasa aku dan Bram makan siang di kantin sambil ngobrol. "Bro, gak minat cari istri baru nih?" Tanya nya "Gak kepikiran Bram. Masih trauma!" Jawab ku sambil menggelengkan kepala."Hahaha Anjriit, lemah amat lu Bro!"Sialan, dia bilang aku lemah? Dia gak tau aja sih sakitnya diselingkuhi, apalagi selingkuhnya sampek bikin bunting. Sakit tau gak, sakiiit...."Kamu bisa ngomong gitu mah soalnya belum ngerasain aja. Coba deh, nanti kalau uda ngerasain, nyaho deh...!" Cebik ku ganti membuat raut muka Bram berubah."Yaelah, gitu amat doain temen yang jelek-jelek." Ucap Bram yang sama sekali tak ku gubris.Waktu istirahat yang hanya sejam pun habis, aku k

DMCA.com Protection Status