Beranda / Romansa / Twogether / 13. GARIS PEMBATAS

Share

13. GARIS PEMBATAS

Penulis: Vaya Diminim
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-15 22:30:11

Nyonya Arini berjalan cepat menerobos masuk ruangan kerja suaminya. Dia membuka pintu dengan keras hingga mengejutkan semua orang di dalam. Sontak Tuan Teddy terlonjak kaget dari bangku kerjanya dengan tangan terangkat memegangi dada. “Ada apa? Sekarang apa lagi?”

“Sepertinya ada yang tidak beres antara Eden dan pacarnya Anna itu.” Nyonya Arini menaruh curiga sambil memicingkan sebelah matanya. “Apanya? Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” balas suaminya.

“Begini…” Nyonya Arini mulai menyusun kata-kata yang akan di ucapkannya. Sekarang dia sudah berdiri di samping meja kerja suaminya. Tuan Teddy pun memutar kursinya hendak mendengarkan penjelasan sang istri dengan seksama. “Pertama, tiba-tiba saja Eden mempunyai kekasih, kedua…”

“Bagus dong, bukankah itu yang kau inginkan?” potong Tuan Teddy.

“Iya, memang bagus, tapi sangat tiba-tiba. dan mereka bilang sudah berkencan selama seratus hari. Tapi kenapa kita tidak pernah tahu? Maksudku se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Twogether   14. TRUST

    “Jadi kenapa kau mau bertemu denganku sore ini?” Eden kembali bertanya untuk yang kedua kali. Teringat kesepatan mereka sebelumnya. “Apa kau sudah memikirkan tawaranku sebelumnya.” “Ah, itu.” Anna merubah posisi duduk. Sebenarnya tidak ada yang ingin dibicarakannya dengan Eden, hanya saja karena Sherin tadi pagi dia terpaksa mengajak Eden keluar. Terlepas dari kejadian bertemu dengan Ibu Eden secara tidak sengaja sore ini. “Maaf, sebenarnya tidak ada yang ingin kubicarakan denganmu.” Kening Eden berkerut. “Jadi mengapa kau mengajakku untuk bertemu?” “Karena Sherin tak sengaja menghubungimu tadi pagi,” lanjut Anna sambil memasang wajah penuh rasa bersalah. Kali ini Eden ikut menghela nafas. Setengah karena merasa iba dengan Anna, sebagian lagi karena sudah membantunya sore itu. “Kalau memang tidak ada yang ingin kau bicarakan. Sebaiknya aku kembali ke kantor.” “Tunggu!” kata Anna spontan yang berhasil m

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Twogether   15. CUBITAN MANJA

    “Kenapa ayah memanggilku?” kata Eden ketika baru saja tiba di ruangan ayahnya. Ia duduk di sofa empuk di tengah ruangan sambil menyilangkan kaki. “Sebentar lagi aku ada janji dengan klien.” Eden melirik jam tangan berlagak sibuk. “Aku dengar ibumu kemarin bertemu dengan Anna?” kata Tuan Teddy terdengar santai. Ayahnya juga sibuk membaca berkas yang terkambang di meja. “Ayah menyuruhku datang hanya untuk menanyakan itu?” protes Eden. Kenapa tidak di telepon saja tadi.“Hmm…. Tidak juga. Tapi itu salah satunya,” balas Tuan Teddy lagi terdengar bercanda. Kini dia sedikit terkekeh sambil merebahkan badan ke sandaran kursi. “Aku rasa ibumu melakukan sesuatu,” ungkap Tuan Teddy penuh curiga. “Aku sudah tahu itu,” jawab Eden dengan raut wajah sok tahu. Namun, ayahnya justru menatapnya dengan heran. “Kau sudah tahu? Bagaimana bisa?” “Terlihat jelas karena aku juga ada di sana ketika ibu bertemu dengan Anna,” terang Eden lagi sambil menyandarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Twogether   16. SATU DETIK

    “Tumben sekali kau diam dan bersikap tenang?” kata Eden membuka pembicaraan. Memecah sunyi di dalam mobil yang terus melaju. “Hm?” Anna salah tingkah. “Tidak, hanya saja energiku sudah terkuras habis,” balas Anna asal sambil memasang wajah yang dilemas-lemaskan. “Memangnya kau melakukan apa sampai energimu terkuras habis begitu?” Eden menyeringai dengan nada mengejek. Sungguh Anna mengutuk dalam hati. Entah apa yang merasuki Eden hari ini sampai sikapnya menjadi selunak ini padanya. Semenjak pertemuan mereka dengan ibu Eden tadi sore, Eden lebih banyak tersenyum bahkan mengajaknya mengobrol lebih dulu. Dan hatinya yang tak bisa diajak bekerja sama. Terus berdebar dan bergejolak setiap melirik ke arah Eden. Tangannya yang menampilkan semburat hijau yang memegang erat stir kemudi. Matanya yang menatap lurus ke depan. Anna bisa melihat profil samping Eden yang nyaris sempurna. Bulu mata lentik dan hidung mancung. Astaga! Jantung Anna semaki

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Twogether   17. PERNAH TERLUKA

    Dulu Eden mempunyai pemikiran yang sama dengan Anna. Memikirkan akan hidup bersama orang yang dicintainya saja sudah cukup untuk membuatnya merona. Tapi itu dulu. Tiba-tiba saja kenangan lima tahun lalu kembali melintas di benak Eden. Seolah kejadian itu baru terjadi kemarin. Waktu itu Eden menuruti kemauan ibunya untuk mengikuti kencan buta untuk pertama kalinya. Pertemuan pertama dengan gadis yang dipilih ibunya tidaklah buruk. Saat itu, Eden merasa beruntung dipertemukan dengan gadis cantik bernama Evelyn Lee. Sama seperti namanya, gadis itu berparas cantik, kulit putih, tinggi dan pekerjaan yang mumpuni yaitu menjadi seorang psikiater. Dia juga berasal dari keluarga yang setara dengan Eden. Dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Suaranya, senyumnya, semuanya. Saat pertemuan pertama, Eden tak banyak bicara karena ia tak terlalu pandai menunjukkan perasaan.“Aku dengar kau dokter kecantikan terkenal di kota, itu mengagumkan,” puji Evelyn memulai topik pembicaraan. Mereka b

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Twogether   18. MUSIK KLASIK

    Tangan Anna selalu sibuk setiap pagi seperti biasanya. Jari jemarinya bergerak cepat mengulir layar ponselnya untuk memeriksa jadwal kerjanya. Dia termasuk orang yang pelupa jika tidak menggunakan pengingat, jadi dia harus membuat jadwal sedemikian rupa jika tak ingin dipecat dari pekerjaannya yang sekarang. Dia sangat tahu kalau mencari pekerjaan di tengah kota Jakarta sangatlah susah. Ibarat mencari jarum dalam jerami. Mata Anna membelalak ketika membaca salah satu jadwalnya. Nanti malam di sebuah gedung opera, pukul enam sore dia akan menghadiri resital pianis terkenal dari negara ginseng merah, Korea Selatan – Hwang Jun. Namanya sudah berlalu lalang di televisi dan selalu menjadi topik utama di majalah ternama. Pianis muda yang mendapatkan penghargaan kelas dunia. Hobi Anna memang tidak bisa dikatakan murah. Dia harus menabung berbulan-bulan sebelum berhasil mendapatkan tiket yang sulitnya minta ampun karena selalu habis dalam sepersekian detik.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-04
  • Twogether   19. LAGU SEDIH

    Mereka tiba di gedung opera. Eden berjalan lebih dulu dan Anna mengikutinya di belakang. Anna tak bisa menutup mulutnya yang ternganga saking kagumnya ketika melihat betapa megahnya gedung yang dipijakinya kini. “Tidak bisakah kau menutup mulut? Lalat besar bisa saja masuk kesana lalu membuat rumah di dalamnya,” ledek Eden ketika mereka tiba di depan lift. Dia melihat Anna yang tertinggal beberapa langkah darinya.Anna tertegun. Dia segera menutup mulut dan menyusul Eden di depan. “Kau pasti sering ke sini ya?” tebak Anna karena Eden terlihat santai saja ketika memasuki gedung. Tak seperti dirinya yang terlihat sangat kampungan. Tak bisa dipungkiri, itu memang pertama kalinya bagi Anna. Jadi wajar saja dia begitu takjub.Mereka duduk di bangku yang paling tengah. Tempat duduk yang sangat strategis sehingga bisa menyaksikan sang pianis dengan jelas. Anna tampak sangat bersemangat dan antusias ketika lampu mulai dimatikan. Sebentar lagi pertunjukan akan di mulai. Eden pun melirik Anna d

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05
  • Twogether   20. EGOIS

    “Maafkan aku," kata Anna menyudahi tangis sambil membuang ingus pada sapu tangan milik Eden tadi."Kau tak perlu minta maaf, toh tidak ada yang harus di maafkan. Menangis bukanlah suatu kejahatan." Eden menaruh pandangan pada Anna yang masih sibuk membersihkan wajahnya."Aku menangis karena musik Hwang Jun, bukan karena pria itu," tegas Anna pelan. Tak ingin disalah pahami bahwa dia sudah usai dengan Kevin dan tak ada yang perlu ditangisi lagi tentangnya. Setidaknya itu yang diinginkannya.Eden mengulum senyum. Tiba-tiba saja sikap Anna menjadi lucu di matanya. “Aku tidak mengatakan apa pun, jadi ya..” kalimat Eden terhenti dengan bahu terangkat. “Kau bisa menangis sepuasnya,” tutupnya sambil memalingkan pandangan. “Aku akan pura-pura tida melihatnya.”Anna mengusap wajah dengan kedua tangan kemudian merapikan poninya yang berantakan. Sapu tangan tadi di simpannya di dalam tas. “Ini akan ku kembalikan besok,” tukasnya masih sambil mematut-matut wajahnya pada kaca kecil yang menggantun

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-11
  • Twogether   21. REUNI MINI

    Anna kembali ditugaskan dibagian pakaian wanita. Dia berdiri di dekat kasir sembari menunggu pelanggan berbelanja. Lelah? Iya. Tapi dia sudah terbiasa karena pekerjaannya memang tidak pernah duduk. Terkadang dia harus berlari kesana kemari, belum lagi naik turun tangga. “Permisi,” seorang pelanggan menepuk pundak Anna dari belakang. Anna berbalik dan mendapati seorang gadis yang seumuran dengannya tengah tersenyum manja. “Ada yang bisa saya bantu?” Anna menawarkan diri dengan ramah – lebih tepatnya berpura-pura ramah. “Nanti malam, kita ada reunian. Aku harap kau bisa datang,” pinta Olive. “Banyak dari yang lain menanyakan kabarmu karena aku bilang bertemu denganmu kemarin, jadi mereka meminta agar kau datang,” Anna menghela napas. “Aku tak bisa. Kau tak lihat aku sibuk untuk menghasilkan uang?” kata Anna kembali berbalik badan membelakangi Olive. “Aku sudah mengirimkan alamatnya. Pastikan saja kalau kau datang. Aku dengar Zeno juga datang,” bisik O

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12

Bab terbaru

  • Twogether   100. SERANGAN PANIK

    “Jadi kau bekerja dimana tadi?” sela ayah Anna lagi di tengah perbincangan santai mereka yang berhasil membuat Eden tersedak. “Ayah,” sahut Anna mengingatkan. Ayahnya itu sudah bertanya untuk yang ketiga kali. Entahlah apa karena dia tak yakin setelah melihat penampilan Eden atau mungkin dia hanya butuh validasi demi masa depan putrinya itu. “Dokter ayah,” terang Eden sekali lagi. Setelahnya dia meneguk air putih di gelasnya hingga kosong. “Ah iya, dokter. Hebat sekali.” Dan itu adalah pujian yang ketiga kalinya. “Sudahlah ayah, jangan bahas tentang pekerjaan lagi.” “Baiklah. Ayah mengerti.” Ayahnya tersenyum menyudahi interogasi mini untuk calon menantunya itu. “Ngomong-ngomong kapan kita bisa bertemu dengan keluargamu?” Ayah Anna mengedikkan bahu. “Lebih cepat lebih baik bukan?” “Oh tentu saja ayah. Aku akan menjadwalkan secepatnya.” “Bukankah ayah harus bertemu dengan ibu lebih dulu?” An

  • Twogether   99. PRIVATE ROOM

    “Sepertinya suasana hatinya sedang bagus sekali,” gumam Eden pelan. Eden bersandar pada mobilnya yang terparkir di depan gedung apartemen Anna. Senyumnya merekah saat mendapati seorang gadis memasuki halaman gedung. Anna segera berlari dan memeluk pria yang sudah lebih dulu membentangkan kedua tangannya. “Sudah lama? Kenapa tidak menelfonku, kan jadinya kau menunggu lama di sini.” Gadis itu membenamkan kepalanya pada dada bidang milik Eden. Aroma parfum Eden yang khas begitu menenangkan. “Tak masalah. Aku tidak ingin mengganggu waktumu yang berharga.” Kening Anna terlipat. “Kau tau aku pergi menemui siapa?” “Tentu tidak. Tapi kau bilang kau akan menemui orang penting, jadi ya.. aku tak ingin menganggumu.” Anna tersenyum lalu menggenggam tangan Eden. “Mau jalan-jalan sebentar?” “Kau tidak lelah?” tanya Eden sambil merapikan rambut Anna yang sedikit berantakan. Anna menggeleng. “Ada yang ingin kubilang,”

  • Twogether   98. KEBENARAN KEDUA

    Langkah kaki Anna terasa berat namun badannya enggan untuk berbalik. Ada perasaan takut yang bersarang di dalam hati kecilnya. Bercampur dengan rasa marah yang hendak meledak kapan saja jika menatap wajah pria yang masih setiap berdiri di belakangnya itu. Namun gadis yang mengenakan skirt itu terlonjak kaget saat pria paruh baya itu sudah tiba dihadapannya. Pupilnya bergetar tapi masih belum berani menatap wajah pria itu. “Maaf kau salah orang,” katanya pelan hendak pergi meninggalkan tempat itu secepatnya. Hanya itu yang bisa diucapkannya, padahal banyak hal yang ingin dikatakannya. “Tidak.” Jawaban pria itu kembali berhasil menghentikan langkahnya. “Kau putriku, Anna,” panggil pria itu lagi. Tanpa sadar air mata Anna sudah menetes membasahi pipi. Sebenarnya dia tak ingin bertemu dengan orang yang sudah meninggalkannya dan juga ibunya. Dia tak ingin lagi berurusan dengan orang tak bertanggung jawab ini. Tapi demi Eden dan juga keluargany

  • Twogether   97. AYAH

    “Kau dari mana pagi-pagi sekali?” “Tidak ada, aku keluar memang mau menemuimu,” Eden langsung melingkarkan tangan dan menarik Anna ke dalam dekapannya. “Bohong!” Anna mencubit manja hidung mancung milik Eden. “Mana ada, pakaianmu saja lengkap seperti ini. Kau habis dari mana?” “Rumah orang tuaku,” Anna menjauhkan badan dan mengangkat kepala. “Kenapa? Apa terjadi sesuatu di rumah?” Suara Anna terdengar khawatir. Eden menggeleng. Dia kembali memeluk Anna, kali ini lebih erat. “Bisa izin aja gak hari ini? Kerjanya,” “Tidak bisa, aku sudah terlalu sering tidak masuk. Tidak enak jika terus merepotkan Rian yang harus menggantikan shiftku terus. Tapi memangnya di rumahmu terjadi sesuatu? Sampai-sampai kau harus pulang sepagi ini? Tumben banget.” “Tidak ada. Atau kau mau berhenti bekerja saja?” Eden terus saja mengalihkan topik pembicaraan. “Hei!” Kali ini Anna mendorong tubuh Eden cukup jauh hingg

  • Twogether   96. RESTU RESMI

    “Ya. Aku memang bertengkar hebat di Departemen Store waktu itu,” jawab Nyonya Arini dengan suara yang lantang. “Tapi bukan dengan Anna,” lanjutnya lagi, suaranya mulai melunak. “Lalu?” “Aku tidak tau masalah mereka apa, tapi tiba-tiba saja seorang gadis menampar Anna bahkan menjambak rambutnya. Aku tidak terima dia mengatakan hal-hal buruk padanya di tengah keramaian seperti itu.” “Apa?” Eden mendengus tidak percaya. Siapa yang berani beraninya menampar kekasihnya itu. “Bagaimana dengan Anna? Dia tidak mungkin diam saja kan? Apa dia terluka?” “Tentu saja tidak, justru Anna balas menampar gadis itu. Aku segera berlari menghampirinya. Awalnya berniat untuk membantu tapi saat Anna memanggilku dengan sebutan ibu, gadis gila itu justru ikut menarik rambut Anna sambil mengatakan kalau aku tidak mendidik anakku dengan baik.” Nyonya Arini tertawa getir. Dia ingat betul bagaimana kata-kata itu meluncur dari mulut gadis yang berlagak sombong itu.

  • Twogether   95. KELUARGA CEMARA

    “Boleh aku bertanya bagaimana perasaanmu lebih jauh?” Sontak Anna langsung menoleh setelah mendengar pertanyaan Eden barusan. Mereka memilih kembali ke salah satu kedai tepi pantai setelah makan malam bersama di rumah Anna. “Hm?” Anna bingung perasaan mana yang dimaksud Eden. Bukankah mereka sudah sama-sama saling mengetahui perasaan masing-masing. “Sudah jauh lebih lega?” “Ah, tentang itu,” sahut Anna mengerti dengan arah pertanyaan Eden. Hampir saja dia salah paham. “Atau masih ada yang kau khawatirkan? Katakan saja padaku, aku akan menyelesaikannya untukmu,” Anna menggeleng. “Tidak ada, kini semuanya terasa lebih lega. Tapi – “ “Tentang ibuku?” Eden menyela lebih dulu. Jika masalah keluarga Anna sudah selesai, berarti hanya tinggal masalah keluarga. Eden pun mengerti tantangan yang akan dihadapi Anna walaupun ibunya sudah memberi restu. Tapi itu masih terasa fana sampai hubungan mereka b

  • Twogether   94. SENJA NAN INDAH

    Mereka duduk bertiga di meja makan. Tak ingin melibatkan nenek Anna yang masih asik menonton televisi di ruang tengah. “Maafkan aku bu, semua ini salahku bu. Aku yang meminta Anna untuk berpura-pura menjadi kekasihku untuk membuat ibuku berhenti menyuruhku menikah atau menjodokanku dengan beberapa kenalannya. Tapi sekarang hubungan kami tidak palsu lagi bu. Aku serius dengan Anna dan kami menjalani hubungan sungguhan. Bahkan ibuku juga sudah mengetahui semuanya dan memberi restu pada kami bu,” “Tapi itu – ?” Genggaman tangan Eden mengencang membuat Ana berhenti berbicara. Mereka saling berpengangan tangan untuk menunjukkan keseriusan mereka di depan Ibu Anna. Tapi perkara restu Nyonya Arini itu urusan lain. Ibu Anna cukup hanya tau dengan masalah mendapatkan restu atau tidak. Sebatas itu saja. Untuk masalah sampai mana batasan restu yang mereka dapatkan itu urusan nanti. Yang jelas kini mereka sudah mengatakan yang sebenarnya. Dan Anna menginginkan semuanya ter

  • Twogether   93. PENGAKUAN KEDUA

    Senyum gadis yang mengenakan skirt berwarna putih itu cerah secerah mentari pagi. Dia mendapati pria yang kini tengah tersenyum itu merentangkan tangan. Anna berlari-lari kecil segera menghampiri Eden lalu segera memeluk pria itu. Aroma kayu dan laut berpadu begitu menyegarkan. Eden menyipitkan kedua matanya, menilik penampilan Anna pagi itu dari bawah sampai kepala. “Oh, kau pakai lipstip baru ya? Oh pipimu juga.” Eden menggoda Anna sambil mengelus pelan pipi manis gadisnya itu. “Hei! Jangan merusak penampilanku. Aku harus bangun pagi-pagi untuk dandan dan memilih baju yang paling bagus yang aku punya.” Eden memanyunkan bibirnya pura-pura prihatin dengan perjuangan Anna untuk berdandan demi pertemuan mereka hari ini. “Tumben sekali.” Eden menyelipkan poni Anna ke belakang telinga. “Padahal kau tetap cantik tanpa berdandan, bahkan kau cantik memakai apa saja.”“Dasar pembohong!” Anna menyerngitkan kening. “Aku tau kau pura-pura saat bil

  • Twogether   92. TANTANGAN 1

    Eden memberikan kecupan pelan. “Hm?” Sebaliknya Anna membalas kecupan Eden. “Jangan malam ini, aku harus pulang.” “Hanya segitu?” Eden pura-pura merajuk layaknya anak kecil umur lima tahun. “Kalau kau mau pulang seharusnya lakukan dengan benar, kan?” Anna mendengus pelan. Dia kembali mendekatkan wajahnya pada Eden. Bibirnya beradu dengan lembutnya bibir milik Eden. Perlahan mulai mengulum dan hanyut dalam di dalamnya. Begitu sebaliknya dengan Eden yang membalas setiap ciuman yang diberikan Anna. Malam semakin gelap. “Kau janji besok akan menginap kan?” Eden tak melepaskan tangan Anna dari genggamannya semenjak mobil mereka meninggalkan gedung klinik. Kini mobil mereka terparkir tepat di depan gedung apartemen milik Anna. Anna mendongakkan kepala, melihat lampu apart di lantai tujuh masih menyala atau masih mati. Hanya ada dua kemungkinan, Sherin belum pulang atau memang dia sudah tidur lebih awal. Sebelah tangan Anna menyentu

DMCA.com Protection Status