Beranda / Historical / Two Side / Sajak Kerinduan

Share

Sajak Kerinduan

Penulis: AZAZEIL
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-14 14:34:43

Pertemuan yang sangat tidak menyenangkan, akan tetapi biasanya berakhir dengan penuh warna. Sebuah pertemuan awal yang memiliki kesan beragam. Di tengah terangnya jalanan berhias gemerlap bintang dan rembulan, kamu berjalan seorang diri dengan wajah sayu.

Sesekali kamu tertawa, berlari bahkan sempoyongan seperti orang mabuk. Entah ketika dikeramaian ataupun kesepian, kamu tetap bertingkah demikian seolah tidak memiliki kepribadian. Sesekali terdengar suara senandung yang diakhiri tawa.

Berhenti sejenak, membeli beberapa minuman keras. Duduk seorang diri di tengah taman berteman lampu jalanan seraya meneguk sebotol minuman keras dengan penuh kenikmatan. Kursi panjang menjadi sandaran untukmu berbaring. Tangan kanan memegang sebotol minuman, sedangkan kiri memegang sebatang rokok untuk dihisap. Matamu perlahan kian layu, menutup dengan rapat hingga akhirnya tertidur dengan lelapnya.

Ayam kembali berkokok, rembulan kian meredupkan kilaunya. Saatnya sang mentari memberi kehidupan, kirana dipenuhi kebahagiaan terasa di sepanjang mata memandang. Perlahan terbangun dari tidur, wajah kusam nan kusut serta penampilan acak-acakan membuatmu terlihat sangat lucu. Taman yang sebelumnya sepi, kini perlahan mulai didatangi banyak orang. Mereka berlari kecil, bermain atau hanya sekadar melihat-lihat.

Tatapan mereka semua hampir terfokus padamu, tetapi tetap saja tidak dipedulikan. Salah satu tangan menggaruk-garuk perut, membuka baju dan perlahan mulai berdiri dan melangkahkan kaki. “Haa ... merepotkan saja. Kenapa aku sampai tertidur di sini? Haaa ....” Kamu terus saja menggerutu, mengabaikan setiap orang yang menghampiri dan menertawakan.

Kamu mengeluarkan sebungkus rokok, mengambil sebatang dari dalamnya. Dinyalakan korek api, membakar ujung rokok kemudian dihisap perlahan. Embusan asap putih terkepul di udara, membuatmu tersenyum kemudian berkata, “Haaa .... kapan semua ini akan berakhir? Merepotkan saja.”

“Apa yang merepotkan? Kenapa kamu terus-terusan menghela napas dan mengatakan, ‘haaa ... merepotkan.” Seorang wanita secara tiba-tiba bergabung dalam pembicaraanmu, bertanya tentang banyak hal.

“Siapa kau?” tanyamu menatapnya.

“Heee ... jahat kau. Aku Lucy, kemarin kita bertemu di kedai Arion,” ujarnya merengek.

Kamu diam, berhenti dan menatapnya kemudian teralihkan ke arah langit. “Entah, lupa aku.” Sedikit, tetapi sangat menyakitkan. Kata-katamu membuatnya terdiam, netra berpinar dan langsung melayangkan pukulan.

“Hahaha ... aku bercanda, jangan marah gitu dong. Atau jangan-jangan ... uwu, ternyata Nona Lucy benar-benar menyukaiku,” godamu seraya terkekeh dan berpose aneh.

“Apaan sih, gak lucu!” Wajahnya memerah, pipinya mengembung bak balon, kedua tangan bersilang di dada, membuatmu tak sanggup menahan tawa. Wajahnya semakin memerah dan sekali lagi melayangkan pukulan di tempat yang sama.

“Oh ayolah, sakit tahu. Lagian kenapa Nona bisa ada di sini? Jangan bilang Nona mengikutiku?” tanyamu sedikit bercanda.

“Dih, ogah. Pd amat lu. Buat apa juga ngikutin lu,” ketusnya kesal.

“Haaa ... iya-iya, maaf aku hanya bercanda. Kalau begitu aku pergi dulu, sampai bertemu lagi.” Raut wajahmu kian memucat, sendu napas berembus lirih dan langkahmu terdengar begitu sayu. Dia menggenggam tanganmu, seolah enggan ditinggal seorang diri. “Apa yang kau inginkan, Nona?” tanyamu dengan kerutan di wajah.

Mulutnya masih tertutup rapat, kedua netra berkaca dengan air mata di penghujung kelopak. Genggaman tangannya semakin kencang, kepalanya kian menunduk. Kamu tersenyum, menggenggam tangannya kemudian melepaskannya secara paksa. Tanpa menoleh ke belakang, kamu langkahkan kedua kaki lebih cepat dari sebelumnya.

Kamu berlari di menjauh darinya, walau pada akhirnya kembali untuk bertanya. “Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Katakan saja jika aku bisa membantu, akan kulakukan.” Kata-katamu membuatnya tertegun. Perlahan air mata jatuh membasahi pipi, membuat wajah putih menjadi merah.

“Ti-tidak ada apa-apa kok, semua baik-baik sa-hiks ....”

“Aku tahu jika kita baru saja bertemu, tetapi aku punya sedikit nasihat untukmu. Jangan pernah mencoba untuk menggenggam dunia seorang diri, karena itu bisa membuatmu terjatuh lebih dalam. Carilah satu orang yang benar-benar bisa Nona percaya dan membantumu berjalan di dunia yang penuh sandiwara,” ujarmu seraya mengusap air matanya dengan senyum lembut menghias wajah.

“Terima kasih, akan selalu kuingat kata-katamu. Aku merasa lebih baik se–hiks ... a-aku pergi dulu. Maaf mengganggu.” Berlinang air mata, dia pergi meninggalkanmu seorang diri. Matamu terus tertuju padanya, hingga menghilang di tengah keramaian. Sebuah nama yang mungkin terngiang, membangkitkan sedikit rasa terpendam. Senyum lirih tertanam, membuat langit menjadi lebih cerah menyaksikannya.

Kaki kembali melangkah, membawa tubuh entah ke mana. Senyam-senyum seorang diri di jalanan, kedua tangan saling bersilang di belakang kepala dan kembali berhenti di perpustakaan yang sama. Beberapa hari terakhir dihabiskan membaca di dalam perpustakaan, hingga membuatmu menjadi akrab dengan pustakawan dan beberapa pengunjung lainnya. Terlihat jelas kalian saling bertukar cerita, walaupun kamu lebih banyak diamnya.

Hampir setiap malam kamu selalu mencoba untuk bunuh diri dengan berbagai cara. Namun, entah mengapa selalu saja gagal dan gagal, entah karena berhenti di tengah jalan atau diselamatkan oleh teman. Kisah kelam terus berlanjut entah sampai kapan, dan selalu saja topeng yang digunakan adalah senyum dan bahagia.

Siang dan malam terasa sangat berbeda, sosok yang keluar pun sangat berlawanan. Siang mencari ceria selayaknya surya, sedangkan malam menjadi sangat kelam bak rembulan. Senyum hangat silih berganti suram, membuatmu tampak lebih gelap dari malam. Entah bagaimana dan dari mana ia bisa tahu, tetapi sahabatmu itu selalu ada di saat terpuruk dan hampir bunuh diri.

27 November 2021

Kirana membasuh tubuh hingga membuatmu membuka salah satu mata. Netra menatap ke segala arah, melihat ruangan putih dipenuhi alat medis. Tubuh kembali dipenuhi selang infus dan salah satu mata kembali terbalut perban. “Apa yang kulakukan di sini?” Kepalamu masih terasa pusing, muncul kerutan di kening dan wajah jauh dari kata pucat.

Terdiam sejenak, memikirkan apa yang terjadi. “Benar, aku mencoba bunuh diri dengan cara menusuk diri dan terjun dari lantai empat. Haaa ... sialan, tubuhku rasanya sakit semua. Kupikir akan mati, tapi ... hahahaha ... aku paham. Semenyenangkan itu membuatku menderita? Bahkan Tuhan pun tidak ingin aku meninggalkan dunia ini, agar bisa lebih tersiksa lagi.” Tawamu terdengar begitu kencang, membuat seseorang dengan cepat memasuki ruangan. Ia mematung di depan pintu menatapmu dengan penuh kerinduan dan kesedihan.

“Hmm ... aku paham, semua ini karenamu. Karena hadirnya dirimu, aku tidak akan pernah bisa menghilang dari dunia ini. Berhentilah ikut campur, aku sama sekali tidak mengganggumu ataupun merugikanmu. Karena itu ... berhentilah menyelamatkan hidupku!” teriakmu dipenuhi emosi.

“Ma-maaf, tapi kali ini bukan aku yang membantumu. Nona inilah yang membantumu,” ujarnya terisak.

“Kau ... kalian, berhentilah ikut campur ataupun peduli padaku! Bahkan aku sendiri sudah tidak peduli akan hidupku, men—“ Wanita itu langsung berlari ke arahmu, dan secara tiba-tiba langsung mendekap erat tubuhmu seraya terisak dalam diam. Pelukannya terasa begitu hangat, rasa sakitmu seolah melesap menjadi bahagia di antara luka.

Bab terkait

  • Two Side   Kembalinya Mentari

    Sebuah pelukan hangat, seolah membalut luka dan hati yang tengah tersiksa. Menenangkan jiwa yang tengah menderita, membuatmu terdiam dengan netra berkaca dan sedikit membesar. Pandanganmu sedikit memudar, tanpa sadar air mata jatuh membasahi ufuk pipi. Kamu usap air mata dalam dekapannya, menatap sekitar dengan penuh tanda tanya.“Kumohon ... kumohon jangan pernah melakukan hal itu lagi.”“Apa yang kau ka—““Berjanjilah padaku, bahwa kamu tidak akan pernah mencoba untuk bunuh diri lagi, kumohon. Berhentilah berpikir bahwa kamu selalu seorang diri, ada begitu banyak orang di sisimu. Karena itu ... hentikanlah tindakan bodohmu itu. Jika kamu tidak memiliki tujuan hidup, tidak apa. Jadilah orang baik dan jalani hidup sesukamu, lakukan apa pun yang kau suka selama tidak membahayakanmu,” selanya seraya terisak dan memelukmu erat.Hening menjadi jawaban, senyum lir

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-15
  • Two Side   Hitam nan Kelam Dunia

    Dipeluk erat seorang wanita, mendengar sebuah kata ungkapan cinta membuatmu tersenyum tanpa bicara. Kamu lepaskan pelukannya, pergi menjauh tanpa suara. “Terima kasih.” Lirih suaramu tidak dapat didengar siapa pun, memberikan kesan kebencian terhadap semua orang.Sikap dingin tanpa pandang bulu dan kearoganan yang membuatmu dibenci banyak orang, walau demikian sama sekali tidak kamu pedulikan. Kamu tersenyum sejenak, menoleh ke belakang dan menatapnya yang tengah termenung seraya mengusap air mata. “Haa ... merepotkan. Sampai kapan aku harus terus berpura-pura? Sialan! Sampai kapan aku harus memainkan peran ini? Haa ... ternyata benar kematian adalah hadiah terindah bagi mereka yang berputus asa,” ujarmu lirih di bawah sinar mentari.Setelah cukup lama berada di rumah sakit, hal pertama yang kamu lakukan adalah membaca. Mungkin semua orang akan sangat sayang dan rindu dengan rumah, tetapi bagimu semua itu hannyalah ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Two Side   Akhirnya Tawanya Kembali

    Tatapan mata setajam pisau, terdiam menatapmu dalam diam dan tangan terkepal. “Berisik!” Tendangan kembali terlayangkan, sebuah pukulan kembali di daratkan walaupun jelas sudah wajahnya berlumuran darah segar. Kamu terus saja tertawa padahal sudah hampir sekarat dibuatnya seraya berkata, “Kenapa berhenti? Teruskan, buat aku lebih bahagia dan kemudian bunuhlah aku selayaknya kamu membunuh seekor nyamuk. Pada laci di kamar nomer dua terdapat sebuah pistol. Kau bisa menggunakannya untuk mengirimku ke neraka.”Dia kembali menendangmu, membuat tubuh menghantam dinding. “Berisik! Diam kau, bajingan!” Suaranya menggema ke seluruh ruangan, amarah mencuat membuatnya kembali menghajarmu dalam waktu yang lama. Ketika melihatmu terbaring lemah tidak berdaya, dia mendekat perlahan seraya mengulurkan tangan.Netra tajam yang dipenuhi kesedihan, menatapmu dengan penuh belas kasihan. “Bagaimana? Jika kamu memang ben

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-26
  • Two Side   Sebuah Saran, Jangan Membangunkan Singa Yang Tengah Tertidur

    “Terima kasih, berkatmu semua terasa lebih indah, dan bersamamu Lucy merasa sangat bahagia.” Di bawah langit hitam dipenuhi gemerlap bintang, sebuah kecupan hangat mendarat tepat di keningmu. Di depan rumah yang terlihat begitu megah, dia meninggalkanmu seorang diri dengan wajah tersipu. Kamu terdiam, kemudian tersenyum menatapnya berlari kecil memasuki rumah itu.Perlahan kamu mulai menjauh, berbalik arah ketika melihatnya memasuki rumah bertingkat nan indah itu. “Haa ... sialan, ternyata dia orang kaya? Menyerah sajalah, toh dia juga pasti sudah memiliki pasangan. Mungkin kami hanya ditakdirkan bertemu, bukan bersatu. Ingat, semakin tinggi kau berharap, semakin besar pula luka yang kau terima.” Entah mengingatkan diri sendiri atau hanya sekadar bergumam tanpa arti, kata-katamu begitu menyiksa dan sekaligus bermakna untuk dipahami. Jarak semakin menjauh, sebuah suara memekakkan telinga membuatmu menoleh ke sumber suara. Dia melambaikan t

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-28
  • Two Side   Pesan Hati

    “Hei, apa kau tahu jika pukulanmu itu terasa sangat menyakitkan?” Seraya tersenyum dan menahan rasa sakit, kamu membalas pukulan pria itu. Tidak tanggung-tanggung, kaki dan tangan dengan lincahnya menghantam tubuhnya, membuat pria itu terjatuh dan tidak berkutik di hadapanmu. Suara mereka seolah tidak sampai di telinga—sebagian hanya bisa berteriak, dan sebagian lagi mencoba untuk menghentikanmu walaupun semua sia-sia.Kedua tangan bahkan wajah kian bersimbah darah. Hidung dan mulut pria itu mengeluarkan darah—membuatmu semakin bersemangat dan tertawa dengan lantang—menduduki tubuhnya seraya melayangkan pukulan bertubi-tubi di wajah. Kengerian itu terhenti ketika lebih dari 5 orang menahan tubuhmu. Namun, tetap saja kamu terus meronta dan menatapnya dengan hasrat membunuh yang kuat. Bahkan dengan 5 orang sekalipun, masih sulit bagi mereka untuk menahan pergerakanmu.Tubuh kecil dan kurus itu, ternyata memiliki begitu banyak kekuatan yang tersimpan d

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-31
  • Two Side   Barista

    Cahaya mentari kini berada di puncak tertinggi, memberikan kehangatan bagi mereka yang tengah kedinginan, memberikan kenyamanan bagi mereka yang takut akan kegelapan. Kalian tengah duduk di ruang tamu dan kedua netra saling menatap. Hening dan sunyi, seolah menjadi pertanda akan hadirnya sebuah badai dalam pertengkaran kecil sebuah hubungan bernama pertemanan.“Ke mana saja kamu selama sebulan ini?” Kedua telapak tangan saling bersilang menjadi penyangga bagi dagu yang rapuh. Manik hitam pekat menatapmu tanpa sedikit jeda untuk berpaling. Kamu mencoba menciptakan tawa, tetapi seketika terhenti ketika mendengar sebuah kata bernada tinggi darinya. “Jangan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan,” ujarnya lirih.“Hmm ... hanya berkeliling mencari udara segar,” jawabmu lirih seraya tersenyum, “menarik, ‘kan?”“Kenapa tidak jujur saja kalau selama 1 bulan ini kamu mend

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Two Side   Maaf

    Di hari pertama bekerja, kamu mendapatkan sebuah pengalam yang terbilang cukup unik dan merepotkan bahkan sampai tersirat karsa untuk berhenti menjadi seorang barista di hari pertama. Dia yang mendengar hal itu menjadi sangat terkejut bahkan melarangmu untuk berhenti. “Hmm ... kenapa? Aku tidak tahu sampai kapan akan kuat menghadapi para pelanggan yang sangat berisik. Terlebih lagi jika ada pelanggan seperti wanita itu, sangat menjijikkan. Kiranya harta bisa membuatnya mendapatkan segala yang ia inginkan,” ujarmu lirih seraya menghirup secangkir kopi.“Pokonya tidak boleh. Kamu tidak kuizinkan untuk ke luar dari sini. Bahkan di hari pertama kamu bekerja, aku sudah meraup banyak keuntungan jadi tidak kuizinkan kamu meninggalkan kafetaria ini.” Tanpa rasa malu dan netra berkaca, dia terus saja memaksa agar tatap bekerja di sana tanpa dibayar.“Dasar gila! Bekerja tanpa dibayar pun sudah membuatku kesal, dan kini k

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Two Side   Mengukir Senja

    Mentari kembali terbit, membawakan kehangatan bagi jiwa yang tengah menderita. Cinta dan kasih kembali tercipta, sangkala surya menyinari dunia. Kamu berdiri di bawah mentari, membiarkan tubuh yang sayu dibasuh angin pagi. Bersenandung seorang diri seraya melihat orang lalu-lalang di jalanan.“Hei, sebentar lagi kafe akan segera dibuka. Mari kembali dan bersiap.” Seorang wanita menghampirimu, mengajak untuk kembali guna mempersiapkan diri. Hanya sebuah senyum samar yang menjadi jawaban, dan perlahan kalian kembali memasuki kafetaria. Kamu mengambil seragam dan lekas berganti. Mengambil gulungan kertas dari bungkusnya untuk dihisap perlahan guna mengambil ketenangan. Namun, baru saja sekali hisapan, wanita itu langsung mengambil rokok dari tanganmu kemudian dipatahkan menjadi dua.Sontak hal itu membuatmu terkejut, tetapi sama sekali tidak mempertanyakan tentang tindakannya. Kamu hanya tersenyum seraya meneruskan pekerjaan, karena

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-14

Bab terbaru

  • Two Side   Takdir? 2

    Manik hitam dipenuhi kebencian kembali merekah, membuatmu terlihat semakin penuh akan gairah untuk meminum darah. Mata semerah darah, menatap mereka dengan tajam. Tubuhnya gemetar seolah tengah melihat setan, wajahnya memucat dan keringat dingin mulai membasahi tubuh. “A-apa yang kamu lihat?” tanyanya ketakutan.Mulut yang masih terpasang alat bantu bernapas, membuatmu tidak bisa berkata apa-apa. Namun, tatapan itu sudah menjelaskan segalanya. Manik hitam mencoba untuk memberikan isyarat agar melepaskan ikatannya dan melepaskan alat bantu yang ada di tubuhmu.Sayang, mereka tampak sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan. Waktu berlalu dengan begitu lama, dan ketika tubuhmu sudah pulih sepenuhnya, ikatan itu dilepaskan. Tujuan mereka bagus, tapi caranya membuatmu tersiksa hingga setiap malam mengutuk mereka.Baru saja terlepas dari ikatan, kamu langsung melompat dan mengambil vas bunga di atas

  • Two Side   Takdir?

    Noda merah kembali mewarnai tubuh yang terbalut perban putih, membuat langkah semakin berat dan pandangan perlahan buram. Rasa sakit perlahan menyebar ke sekujur tubuh, membuat napasmu terdengar lebih berat. “Haa ... sialan,” lirihmu sebelum akhirnya jatuh kembali.**“Haa ... sialan! Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa aku bis–dia?” Awalnya terlihat kesal dan ingin menggerutu, tetapi berubah menjadi terkejut ketika melihat wanita sebelumnya tengah tertidur dengan pulas di lantai hanya beralaskan tikar tanpa bantal dan selimut. “Apa yang wanita ini lakukan?” gumammu dipenuhi tanda tanya.Kamu juga semakin terkejut ketika melihat diri sendiri yang kini tengah bertelanjang dada dengan perban yang tampak baru. Hal itu terlihat jelas, karena sebelumnya ada sebuah noda darah di sana yang kini telah menghilang. Melihatnya, hatimu terasa sedikit sesak mengingat apa yang terjadi sebelumnya.Selain itu, kenyamanan yang mer

  • Two Side   Dendam

    Hanya dengan peralatan seadanya, kamu berniat untuk menaklukkan sebuah villa yang dipenuhi banyak orang. Hanya dengan peralatan seadanya, kamu berniat untuk menaklukkan sebuah villa yang dipenuhi banyak orang. “Haaa ... merepotkan! Berapa banyak orang yang sebenarnya bisa di tampung oleh rumah tua itu, sialan!” hardikmu dengan kedua tangan terkepal.Hanya bisa menahan amarah seraya menatap dengan penuh kebencian, membuatmu harus kembali ke tempat semula untuk kembali menyusun rencana. Belum lagi uang yang hanya tersisa beberapa dolar dan Kurangnya senjata yang memadai, membuatmu merasa sangat kesal dan jengkel. Namun, kamu lupa bahwa tidak ada tempat tinggal di sana dan terpaksa harus tidur di jalanan.Udara dingin menusuk menembus tulang, membuatmu menggigil dengan hebat. Rasa hati ingin segera mati, tetapi semua hanya sebatas hasrat purba yang tidak akan pernah menjadi nyata. Di tengah malam, seorang pria datang menghampiri.

  • Two Side   Dendam

    Tubuhmu langsung terpental ketika menerima bogem keras darinya, membuat netra menjadi gelap gulita untuk sejenak. Aneh tapi nyata, sedikit pun tidak terasa sakit bahkan setelah darah mengalir dari hidung. “Apa yang sebenarnya ada di kepalamu itu, Kakak! Kenapa kau selalu saja membuat masalah, membuat orang yang peduli dan sayang kepadamu menderita. Apa sebagai menyenangkannya melihat keluargamu menderita?” tanya Leon seraya terus menghajarmu.Ada orang lain yang melihat, tetapi hanya diam dan tersenyum seolah menikmati hal itu. Darah mengalir dari hidung, mulut bahkan kepala yang terluka karena terus-terusan menghantam lantai. Kamu hanya terdiam seraya menatapnya tajam, tetapi tersirat sebuah kesedihan sekaligus kebencian di sana.Hanya bisa pasrah dan membiarkannya memukulimu hingga puas, hingga akhirnya air mata menetes. Melihat hal itu, kamu tersenyum seraya memintanya agar tidak menangis lagi. Bahkan tanpa sadar kedua tangan

  • Two Side   Aksara Hitam

    14 Juli 2022Ruangan itu masih sama, dipenuhi perlatan medis. Seorang wanita terkapar tidak berdaya dengan kondisi yang semakin memburuk setiap harinya. Terlihat jelas wajah itu menjadi sangat murka ketika mengetahui ada yang mencoba untuk mencelakinya.Tanpa pikir panjang, langsung kamu hubungi seorang kenalan dari dunia bawah untuk menyeret seorang pria ke hadapanmu dengan segera. “Jika kalian bisa membawanya ke hadapanku, akan kuberi semua yang kumiliki, termasuk alat itu!” Entah apa yang sebenarnya tengah kalian bicarakan, tetapi semua itu tertuju pada sesuatu yang sangat berbahaya.Kamu duduk di sebelah wanita itu, menggenggam erat tangannya dengan air mata mengaliri pipi. Ibu dan Ayah terlihat sangat menderita terlebih lagi saat tahu jika ada seseorang yang berniat untuk mencelaki putra dan putrinya. Hal itu tergambar jelas di wajah tua mereka, membuatmu semakin ‘tak kuasa menahan amarah.H

  • Two Side   Gemerlap

    12 Juli 2022Beberapa hari di kota yang berbeda, membuat pikiran tidak tenang dan karuan. Sebuah nama selalu saja terkenang di kepala, membuat mata tidak bisa terpejam dengan lelap. Serasa sangat sesak dada setiap kali menatap rembulan di tengah malam.Ingatan dan kenangan mengalir bak air di sungai, menciptakan halusinasi dipenuhi gambaran riang membuat air mata terjatuh di bawah gemintang. Sebelum sempat mengusap, air mata mengering secara tiba-tiba seolah tidak pernah terjadi sebelumnya. Aksara seolah melesap dalam ingatan dan tinta yang menghiasi selembar kertas di atas meja.‘Tak jarang darah mengalir menghiasi meja dan segala hal yang ada, membasahi lantai hingga menjadi aroma khas dalam ruangan gelap nan sepi. Begitu banyak pisau dan obat-obatan tergelak di setiap sudut ruangan. Obat penenang dan obat tidur adalah salah satu yang paling banyak terlihat di sana.Kamu mengambil sebotol wadah kecil obat

  • Two Side   Tanya Yang Tak Lekas Menghilang

    sebuah jalanan gelap nan sunyi, tanpa seorang pun yang berani berjalan di sana. Sedikit terasa nuansa mencekam ketika menatap rumah tua di pinggir jalan dengan rumput ilalang dan beragam pohon menghiasi tamannya. “Haa ....” Seorang pria duduk di atas tubuh orang lain, dan begitu banyak tubuh yang terkapar di jalanan.Sebuah asap kelabu terkepul di udara, dan seorang pria tertawa terbahak-bahak di bawah langit hitam di bawah rembulan. Tubuh bersimbah darah dan beberapa luka, membuatmu terlihat selayaknya iblis yang turun ke dunia. Darah di tepi bibir, dijilat perlahan untuk merasakan sensasi yang berbeda.“Haa ... rasa yang memuakkan!” Selain darah di tepian bibir, darah di ujung belati dan tangan dijilati perlahan. Kedua manik hitam menatap rembulan sejenak, hingga terpejam dan hilang kesadaran untuk sesaat. Setelah terbangun, sifat dan warna matamu berubah menjadi sebiru lautan—lazuardi.

  • Two Side   Mata Yang Kehilangan Cahaya

    Air mata yang merembes itu jatuh tepat di atas wajahnya, mengalir dengan deras melewati sela pipi yang indah hingga akhirnya jatuh membasahi kasur. Kalian hanya bisa terpaku menatap wajah pucat itu yang kian melayu. Kalis nan indah wajahnya dulu, silih berganti dengan kusam dan kesedihan.Seandainya dia bisa kembali terbangun, kamu rela menukarkan nyawa demi melihatnya bahagia. Nyawa pemberian Sang Ilahi, akan jauh lebih bermakna jika membantu orang lain untuk terus berjalan. Sesaat sebelum pergi, kamu membisikan sesuatu di telinganya, berharap agar ia bisa mendengar dan kembali terbangun untuk memulai semuanya kembali.“Bu, Yah, aku permisi dulu. Aku masih harus bekerja lagi, maaf karena selalu merepotkan kalian. Jaga diri baik-baik, ya,” ujarmu lirih dan pergi lagi dari rumah sakit.Tidak lama setelah meninggalkan rumah sakit, kamu sadar jika ada yang mengikuti di belakang. Terus berpura-pura tidak tahu, da

  • Two Side   Mata Yang Kehilangan Cahaya

    Air mata yang merembes itu jatuh tepat di atas wajahnya, mengalir dengan deras melewati sela pipi yang indah hingga akhirnya jatuh membasahi kasur. Kalian hanya bisa terpaku menatap wajah pucat itu yang kian melayu. Kalis nan indah wajahnya dulu, silih berganti dengan kusam dan kesedihan.Seandainya dia bisa kembali terbangun, kamu rela menukarkan nyawa demi melihatnya bahagia. Nyawa pemberian Sang Ilahi, akan jauh lebih bermakna jika membantu orang lain untuk terus berjalan. Sesaat sebelum pergi, kamu membisikan sesuatu di telinganya, berharap agar ia bisa mendengar dan kembali terbangun untuk memulai semuanya kembali.“Bu, Yah, aku permisi dulu. Aku masih harus bekerja lagi, maaf karena selalu merepotkan kalian. Jaga diri baik-baik, ya,” ujarmu lirih dan pergi lagi dari rumah sakit.Tidak lama setelah meninggalkan rumah sakit, kamu sadar jika ada yang mengikuti di belakang. Terus berpura-pura tidak tahu, da

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status