Mentari kembali terbit, membawakan kehangatan bagi jiwa yang tengah menderita. Cinta dan kasih kembali tercipta, sangkala surya menyinari dunia. Kamu berdiri di bawah mentari, membiarkan tubuh yang sayu dibasuh angin pagi. Bersenandung seorang diri seraya melihat orang lalu-lalang di jalanan.
“Hei, sebentar lagi kafe akan segera dibuka. Mari kembali dan bersiap.” Seorang wanita menghampirimu, mengajak untuk kembali guna mempersiapkan diri. Hanya sebuah senyum samar yang menjadi jawaban, dan perlahan kalian kembali memasuki kafetaria. Kamu mengambil seragam dan lekas berganti. Mengambil gulungan kertas dari bungkusnya untuk dihisap perlahan guna mengambil ketenangan. Namun, baru saja sekali hisapan, wanita itu langsung mengambil rokok dari tanganmu kemudian dipatahkan menjadi dua.
Sontak hal itu membuatmu terkejut, tetapi sama sekali tidak mempertanyakan tentang tindakannya. Kamu hanya tersenyum seraya meneruskan pekerjaan, karena
Usai sudah pertemuan sederhana antara kalian bertiga yang kini telah menjalin suatu ikatan setia. Sebuah ikatan bergelar pertemanan tanpa adanya sudut pantang perihal harta ataupun takhta, melainkan hanya butuh sebuah candaan dan kehadiran. “Sampai jumpa lagi.” Dia pergi meninggalkan kalian berdua dengan senyum bahagia membuatmu terlena karenanya.Manajer menghentikannya sejenak, katanya dia ingin berterima kasih kepada sang wanita yang telah membuatmu kembali bahagia. Tawa di wajahmu yang telah lama sirna, hadir kembali ketika bertemu dengannya. “Mungkin rasa terima kasih saja tidak cukup. Namun ... aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku sangat senang sekali ketika melihat si wajah datar ini kembali tertawa. Dan Lucy, jika kau butuh sesuatu jangan ragu untuk menghubungiku. Sebab, pria di sampingku ini sangat merepotkan,” ujar manajer itu dengan gurauan garing.Kamu hanya bisa tersenyum melihat mereka, kemudian pergi mengantarnya ke pintu ke l
15 Juni 2022Suasana kafetaria yang begitu meriah sama sekali tidak membuatmu kembali tertawa atau merasa bahagia, hanya saja sebuah kehampaan dan kekosongan yang mengisi hati di dada. Menerima dan memberikan pesanan kepada pelanggan, tetapi hanya wajah datar saja yang ditampilkan tanpa sepatah kata. “Hmm ... percaya saja, dia mampu melalui semuanya. Semua keluh kesahmu akan terbayarkan dengan bahagia.”“Akan selalu ada pelangi setelah hujan turun,” ucap kalian serentak.Dia langsung tertawa mendengarmu mengikuti perkataannya, walaupun tidak sedikit pun mengubah pikiran. Sejenak usahanya membuatmu memaparkan senyum samar penuh kepalsuan, dan kembali ke belakang untuk melakukan pekerjaan. Seperti biasa, ketika semua selesai kamu langsung bergegas ke rumah sakit membawa seikat bunga. Sebuah asa dalam karsa tercipta di atas kertas dengan tinta hitam sebagai penghias. Sebuah aksara indah merekah menjadi diksi yang penuh akan makna sebuah kata
05 Februari 2022Baru saja mentari terbit di antara cakrawala, kamu telah mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan pakaian indah nan memesona. Paras rupawan dan rambut panjang itu semakin mengindahkan dirimu. Sempat samar terlihat sebuah tato hewan buas tergambar di pundak dan lengan yang membuatmu terlihat seperti seorang mafia.Ketika membuka laci, terlihat sebuah pisau dan pistol tergeletak. Lengkungan tipis tercipta di sepenghujung bibir, menciptakan kesan misterius dan takut. Ruangan gelap tanpa cahaya, menciptakan kesan suram di tengah ruangan.Baru sempat menginjakkan kaki di jalanan, seorang pria menyapa dari kejauhan. Lambaian tangan dan senyum lebar terlihat dengan begitu jelasnya, dan seolah enggan bertemu dengannya, kamu mengembuskan napas dalam. Menutup mata dan berbalik arah, semakin jelas terlihat bahwa kamu enggan bertemu dengannya. Bukannya menyerah dan menjauh, ketika menoleh dia malah berlari ke arahmu.Langkah kaki semakin cepat, berha
Suara musik bergema di setiap sudut ruangan, megah nan luas restoran yang sengaja disewa demi terlaksananya sebuah pesta antara kamu dan dia. Afsun dirinya hanya membuatmu semakin mencintai dan menatapnya saja, tanpa ada sedikit pun niatan untuk mengajaknya berdansa. Terlihat jelas tatapan penuh kebencian dan rasa iri dari setiap orang yang ada di sana, terlebih melihatnya yang begitu manja.Sikap acuh tak acuhmu juga semakin meningkatkan rasa iri dan dengki di dalam hati. Kamu menatap ke arah sang adik, melihat tangan dan mulut yang penuh dengan makanan seolah belum makan selama berhari-hari. Perlahan dia mendatangimu, dan ketika di depan, dia langsung menawarkan sebuah kue kecil untuk dinikmati bersama. Tanpa ragu langsung diambil sepotong kue ditangannya, dan langsung dimasukkan ke dalam mulut tanpa peduli kata orang lain.Tanpa diduga ketika mulut tengah penuh dengan makanan, nona cantik itu mengajakmu berdansa. Tubuhnya sedikit menurun ke bawah dengan kedua tangan
29 Oktober 2022Pegunungan tinggi indah menjulang ke angkasa, menciptakan panorama yang akan selalu dikenang oleh mereka yang menatapnya. Sepasang kekasih tengah bermalam di sebuah villa tua tepat di bawah Gunung Rinjani yang akan menjadi tujuan untuk didaki. Kalian bermadu kasih di villa tua itu, menciptakan dunia yang begitu indah di antara kalian berdua.Bermain di malam hari hingga membuat ranjang basah karena air yang begitu banyak mengalir dari tubuh kalian. Temaram pandangan karena seluruh lampu mati, tidak sedikit pun menyurutkan minat untuk bercinta kasih sebelum pergi mendaki. “Eh~” Desahan lembut terdengar di telinga, merangsang setiap indra yang ada. Kamu lepas bajunya perlahan, dilanjutkan dengan membuka penutup bola indah di dada. Kedua tangan perlahan merabanya dengan lembut, membuatnya menciptakan suara aneh yang terdengar begitu indah di telinga.Kamu lakukan pijatan lembut di kedua bola besar itu, membuatnya memelukmu dengan erat. D
18 Juni 2022 Hari-hati kian berlu, dan hatimu masih saja terasa pilu. Hari-hari yang penuh akan kesendirian, dan membuatmu enggan membuka hati kepada orang lain. Kepercayaan ataupun sejenisnya, sudah lama sirna dari hati dan mata. Kini diksi yang kamu tulis sudah tidak lagi menghasilkan apa pun selain kehampaan, kesedihan dan kebencian akan dunia yang penuh akan sandiwara. Sebuah bunga di genggaman, menatapnya yang tengah terbaring. “Hmm ... sudah jam segini. Maaf ya, aku harus pulang. Besok akan kujenguk lagi. Aku harus bekerja.” Jarum jam di arloji menunjuk ke angka 12, membuatmu perlahan pergi meninggalkannya seorang diri. Baru saja ke luar dari rumah sakit, kamu bertemu dengan wanita tua. Dia menyapamu lirih, “Sudah mau pulang, Nak?” “Iya, Bu. Ada kerjaan sedikit, jadi harus pulang. Aku permisi dulu.” Percakapan kalian hanya terjadi sesaat, tanpa ada senyuman hangat ataupun tawa pemikat. Namun, baru saja melangkah beberapa saat, wanita tua itu kem
Dj tengah keramaian itu, kamu menutup diri dan berpura-pura tuli. Hanya secangkir kopi saja yang menemani harimu, membaca ketenangan dan sebuah harapan. Seorang pria perlahan menghampiri, bercerita tentang keluh kesahnya.Kamu hanya menjadi pendengar dan tersenyum tanla sedikit pun membalas ucapannya. Waktu berlalu cukup lama, dan entah mengapa ia menjadi murka. Kata-kata yang terucap darinya sangatlah tidak enak untuk didengar, tetapi hanya kamu jadikan angin lalu. Namun, sebuah kata membuat darahmu mendidih, “Hei, kalau orang sedang berbicara didengar dan perhatikan, jangan malah melakukan hal lain. Paham?”“Siapa kau? Aku di sini hanya bekerja sebagai barista, bukan pendengar untuk orang lain. Jika tidak ada urusan lagi, silakan pergi dari sini,” jawabmu lirih.“Siapa aku? Jika kau tahu siapa kau, kedua orang tuamu pasti akan sujud dan menjilat kakiku untuk meminta maaf atas kesalahanmu! “ tegasnya dengan sikap angkuh.
“Mau rokok?” Kamu tawarkan sebatang rokok, tetapi ia menatap dengan heran dan penuh keengganan. “Tenang saja, ini murni rokok. Ini bungkusnya. Tidak mungkin aku meracuni temanku sendiri,” lanjutmu lirih seraya mengeluarkan sebungkus rokok. “Tidak, terima kasih. Aku sudah berhenti merokok,” tolaknya secara halus. Kamu hanya tertawa dan menyimpan kembali lintingan tersebut, dan menghisap dalam milikmu seraya menikmati indahnya kelap-kelip kunang-kunang. Di malam itu, kamu meluapkan segalanya baik keluh kesah dan kesedihan yang tersimpan jauh di dalam dada. Dia menjadi pendengar yang sangat baik, memerhatikan, kemudian memberikan jawaban yang penuh arti dan sedikit memberi solusi. Hal itu membuatmu sangat gembira, bahkan sampai memeluknya erat seraya meneteskan air mata. “Menangislah, tidak apa sesekali merasa lemah. Kamu sudah terlalu lama kuat dan menahannya seorang diri. Sekarang sudah waktunya bagimu untuk menumpahkan segala keluh kesah. Nanti, kalau udah se
Manik hitam dipenuhi kebencian kembali merekah, membuatmu terlihat semakin penuh akan gairah untuk meminum darah. Mata semerah darah, menatap mereka dengan tajam. Tubuhnya gemetar seolah tengah melihat setan, wajahnya memucat dan keringat dingin mulai membasahi tubuh. “A-apa yang kamu lihat?” tanyanya ketakutan.Mulut yang masih terpasang alat bantu bernapas, membuatmu tidak bisa berkata apa-apa. Namun, tatapan itu sudah menjelaskan segalanya. Manik hitam mencoba untuk memberikan isyarat agar melepaskan ikatannya dan melepaskan alat bantu yang ada di tubuhmu.Sayang, mereka tampak sama sekali tidak mengerti dengan apa yang kamu katakan. Waktu berlalu dengan begitu lama, dan ketika tubuhmu sudah pulih sepenuhnya, ikatan itu dilepaskan. Tujuan mereka bagus, tapi caranya membuatmu tersiksa hingga setiap malam mengutuk mereka.Baru saja terlepas dari ikatan, kamu langsung melompat dan mengambil vas bunga di atas
Noda merah kembali mewarnai tubuh yang terbalut perban putih, membuat langkah semakin berat dan pandangan perlahan buram. Rasa sakit perlahan menyebar ke sekujur tubuh, membuat napasmu terdengar lebih berat. “Haa ... sialan,” lirihmu sebelum akhirnya jatuh kembali.**“Haa ... sialan! Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa aku bis–dia?” Awalnya terlihat kesal dan ingin menggerutu, tetapi berubah menjadi terkejut ketika melihat wanita sebelumnya tengah tertidur dengan pulas di lantai hanya beralaskan tikar tanpa bantal dan selimut. “Apa yang wanita ini lakukan?” gumammu dipenuhi tanda tanya.Kamu juga semakin terkejut ketika melihat diri sendiri yang kini tengah bertelanjang dada dengan perban yang tampak baru. Hal itu terlihat jelas, karena sebelumnya ada sebuah noda darah di sana yang kini telah menghilang. Melihatnya, hatimu terasa sedikit sesak mengingat apa yang terjadi sebelumnya.Selain itu, kenyamanan yang mer
Hanya dengan peralatan seadanya, kamu berniat untuk menaklukkan sebuah villa yang dipenuhi banyak orang. Hanya dengan peralatan seadanya, kamu berniat untuk menaklukkan sebuah villa yang dipenuhi banyak orang. “Haaa ... merepotkan! Berapa banyak orang yang sebenarnya bisa di tampung oleh rumah tua itu, sialan!” hardikmu dengan kedua tangan terkepal.Hanya bisa menahan amarah seraya menatap dengan penuh kebencian, membuatmu harus kembali ke tempat semula untuk kembali menyusun rencana. Belum lagi uang yang hanya tersisa beberapa dolar dan Kurangnya senjata yang memadai, membuatmu merasa sangat kesal dan jengkel. Namun, kamu lupa bahwa tidak ada tempat tinggal di sana dan terpaksa harus tidur di jalanan.Udara dingin menusuk menembus tulang, membuatmu menggigil dengan hebat. Rasa hati ingin segera mati, tetapi semua hanya sebatas hasrat purba yang tidak akan pernah menjadi nyata. Di tengah malam, seorang pria datang menghampiri.
Tubuhmu langsung terpental ketika menerima bogem keras darinya, membuat netra menjadi gelap gulita untuk sejenak. Aneh tapi nyata, sedikit pun tidak terasa sakit bahkan setelah darah mengalir dari hidung. “Apa yang sebenarnya ada di kepalamu itu, Kakak! Kenapa kau selalu saja membuat masalah, membuat orang yang peduli dan sayang kepadamu menderita. Apa sebagai menyenangkannya melihat keluargamu menderita?” tanya Leon seraya terus menghajarmu.Ada orang lain yang melihat, tetapi hanya diam dan tersenyum seolah menikmati hal itu. Darah mengalir dari hidung, mulut bahkan kepala yang terluka karena terus-terusan menghantam lantai. Kamu hanya terdiam seraya menatapnya tajam, tetapi tersirat sebuah kesedihan sekaligus kebencian di sana.Hanya bisa pasrah dan membiarkannya memukulimu hingga puas, hingga akhirnya air mata menetes. Melihat hal itu, kamu tersenyum seraya memintanya agar tidak menangis lagi. Bahkan tanpa sadar kedua tangan
14 Juli 2022Ruangan itu masih sama, dipenuhi perlatan medis. Seorang wanita terkapar tidak berdaya dengan kondisi yang semakin memburuk setiap harinya. Terlihat jelas wajah itu menjadi sangat murka ketika mengetahui ada yang mencoba untuk mencelakinya.Tanpa pikir panjang, langsung kamu hubungi seorang kenalan dari dunia bawah untuk menyeret seorang pria ke hadapanmu dengan segera. “Jika kalian bisa membawanya ke hadapanku, akan kuberi semua yang kumiliki, termasuk alat itu!” Entah apa yang sebenarnya tengah kalian bicarakan, tetapi semua itu tertuju pada sesuatu yang sangat berbahaya.Kamu duduk di sebelah wanita itu, menggenggam erat tangannya dengan air mata mengaliri pipi. Ibu dan Ayah terlihat sangat menderita terlebih lagi saat tahu jika ada seseorang yang berniat untuk mencelaki putra dan putrinya. Hal itu tergambar jelas di wajah tua mereka, membuatmu semakin ‘tak kuasa menahan amarah.H
12 Juli 2022Beberapa hari di kota yang berbeda, membuat pikiran tidak tenang dan karuan. Sebuah nama selalu saja terkenang di kepala, membuat mata tidak bisa terpejam dengan lelap. Serasa sangat sesak dada setiap kali menatap rembulan di tengah malam.Ingatan dan kenangan mengalir bak air di sungai, menciptakan halusinasi dipenuhi gambaran riang membuat air mata terjatuh di bawah gemintang. Sebelum sempat mengusap, air mata mengering secara tiba-tiba seolah tidak pernah terjadi sebelumnya. Aksara seolah melesap dalam ingatan dan tinta yang menghiasi selembar kertas di atas meja.‘Tak jarang darah mengalir menghiasi meja dan segala hal yang ada, membasahi lantai hingga menjadi aroma khas dalam ruangan gelap nan sepi. Begitu banyak pisau dan obat-obatan tergelak di setiap sudut ruangan. Obat penenang dan obat tidur adalah salah satu yang paling banyak terlihat di sana.Kamu mengambil sebotol wadah kecil obat
sebuah jalanan gelap nan sunyi, tanpa seorang pun yang berani berjalan di sana. Sedikit terasa nuansa mencekam ketika menatap rumah tua di pinggir jalan dengan rumput ilalang dan beragam pohon menghiasi tamannya. “Haa ....” Seorang pria duduk di atas tubuh orang lain, dan begitu banyak tubuh yang terkapar di jalanan.Sebuah asap kelabu terkepul di udara, dan seorang pria tertawa terbahak-bahak di bawah langit hitam di bawah rembulan. Tubuh bersimbah darah dan beberapa luka, membuatmu terlihat selayaknya iblis yang turun ke dunia. Darah di tepi bibir, dijilat perlahan untuk merasakan sensasi yang berbeda.“Haa ... rasa yang memuakkan!” Selain darah di tepian bibir, darah di ujung belati dan tangan dijilati perlahan. Kedua manik hitam menatap rembulan sejenak, hingga terpejam dan hilang kesadaran untuk sesaat. Setelah terbangun, sifat dan warna matamu berubah menjadi sebiru lautan—lazuardi.
Air mata yang merembes itu jatuh tepat di atas wajahnya, mengalir dengan deras melewati sela pipi yang indah hingga akhirnya jatuh membasahi kasur. Kalian hanya bisa terpaku menatap wajah pucat itu yang kian melayu. Kalis nan indah wajahnya dulu, silih berganti dengan kusam dan kesedihan.Seandainya dia bisa kembali terbangun, kamu rela menukarkan nyawa demi melihatnya bahagia. Nyawa pemberian Sang Ilahi, akan jauh lebih bermakna jika membantu orang lain untuk terus berjalan. Sesaat sebelum pergi, kamu membisikan sesuatu di telinganya, berharap agar ia bisa mendengar dan kembali terbangun untuk memulai semuanya kembali.“Bu, Yah, aku permisi dulu. Aku masih harus bekerja lagi, maaf karena selalu merepotkan kalian. Jaga diri baik-baik, ya,” ujarmu lirih dan pergi lagi dari rumah sakit.Tidak lama setelah meninggalkan rumah sakit, kamu sadar jika ada yang mengikuti di belakang. Terus berpura-pura tidak tahu, da
Air mata yang merembes itu jatuh tepat di atas wajahnya, mengalir dengan deras melewati sela pipi yang indah hingga akhirnya jatuh membasahi kasur. Kalian hanya bisa terpaku menatap wajah pucat itu yang kian melayu. Kalis nan indah wajahnya dulu, silih berganti dengan kusam dan kesedihan.Seandainya dia bisa kembali terbangun, kamu rela menukarkan nyawa demi melihatnya bahagia. Nyawa pemberian Sang Ilahi, akan jauh lebih bermakna jika membantu orang lain untuk terus berjalan. Sesaat sebelum pergi, kamu membisikan sesuatu di telinganya, berharap agar ia bisa mendengar dan kembali terbangun untuk memulai semuanya kembali.“Bu, Yah, aku permisi dulu. Aku masih harus bekerja lagi, maaf karena selalu merepotkan kalian. Jaga diri baik-baik, ya,” ujarmu lirih dan pergi lagi dari rumah sakit.Tidak lama setelah meninggalkan rumah sakit, kamu sadar jika ada yang mengikuti di belakang. Terus berpura-pura tidak tahu, da