Share

03 | Ada Apa?

Author: Pinapple
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Orang paling berani adalah dia yang mengambil keputusan dan siap menghadapi risiko

Bel berdentang lima kali pertanda pembelajaran dihentikan sementara. Para murid mengucap salam serempak diiringi kegiatan menyingkirkan alat tulis di atas meja. Tak banyak dari mereka memilih mendekam, sebagian memutuskan meraup udara segar di luar kelas.

Bagaikan kebiasaan yang sukar dihilangkan, Flora beserta Anaya dan Jihan menghabiskan jam istirahat dalam kantin. Menikmati beraneka hidangan penjual yang terpampang menggiurkan. Dua cewek bersuara lantang bertugas memesan jenis kudapan paling menyita perhatian, sedangkan Flora kebagian mengedarkan pandangan demi menjaga spot andalan aman dari incaran orang-orang.

Duduk nyaman di tempat paling strategis yaitu bagian paling pojok, ketiganya bisa leluasa merasakan makanan dengan pemandangan riuh pada murid yang mengerumuni zona jajanan. Mencuri pandang ke beberapa siswa bening tak luput dari kesenangan tersendiri, kemudian sigap menjadikan topik obrolan teramat seru. Kurang lebih begitulah rutinitas Anaya dan Jihan. Kesibukan yang tidak berlaku bagi Flora.

Kali ini incaran mereka tertuju pada gerombolan anak basket di tengah kawasan kelas sepuluh.

"Tuh, lihat si Jeffri. Mentang-mentang cakep bisa godain adik kelas padahal udah ada gandengan," cibir Anaya menusuk-nusuk bulatan daging. Merasa gemas sendiri memandangi wajah mesum laki-laki berpenampilan bak preman.

"Untung aja beneran cakep," timpal Jihan sebelum memasukkan sesuap mie ke dalam mulut sampai menggembung.

Flora geleng-geleng kepala melihat kelakuan dua temannya yang sangat kurang manusiawi, bertindak jauh dari julukan populer 'cewek cantik'. Nyatanya justru sangat berbanding terbalik sampai-sampai sering disandingkan dengan sebutan 'cewek sinting'. Akan tetapi, mereka menyetujui. Bahkan terang-terangan mendeklarasikan diri sesuai kepribadian masing-masing yang memang agak dipertanyakan kewarasannya.

"Buset kecapnya habis," keluh Jihan berupaya meloloskan setitik cairan kental berwarna hitam ke dalam mangkok.

Flora dan Anaya menganga lebar mendapati semur jadi-jadian terpampang sungguhan. Jihan adalah gadis penyuka manis-manis. Jangankan kecap yang selalu habis dilahap sendirian sebagai bumbu penyedap, setiap hari pun dia tidak absen menyesap lolipop. Minimal ada sekantong stok permen berasa selegit gula.

"Astaga! Lo kumat lagi, Han?" Itu bukan suara ketiga cewek di sana, melainkan sosok siswa berparas tak kalah menawan dari Jeffri yang langsung mengambil tempat kosong samping Flora.

"Sumpah. Gue masih speechless sama kebiasaan lo ini," ungkap Anaya perlahan menutup mulut terbukanya menggunakan kedua tangan. Masih melototi hasil kreasi cewek berwajah campuran Chinese.

"Zal, lo coba deh perhatiin Jihan. Emang pantes, kan, kalo dia jomlo terus?" lanjut Anaya ganti memandang Rizal yang malah melahap habis sisa makanan di piring milik Flora.

Laki-laki berlesung pipit itu menganggukkan kepala antusias. Antara membenarkan pernyataan Anaya dan menikmati sensasi luar biasa dalam mulutnya. Sedangkan Flora mengeluarkan decak melihat tingkah Rizal yang masih memburu sisa makanan di atas meja, menyantap begitu senangnya tanpa peduli lirikan tajam sang pemilik pangan.

"Pelan-pelan." Flora menepuk punggung Rizal sambil menggapai botol minuman saat menangkap gelagat kurang nyaman muncul. Melalui gerakan menggeliat bak cacing kepanasan, dia lekas mengambil sodoran dari cewek cantik di sampingnya. Meneguk dengan bersemangat hingga kandas.

Diam-diam Anaya terus memperhatikan gelagat mesra dua manusia yang tak ragu lagi mengumbar perhatian. Bukan hal umum bagi Flora dan Rizal berlaku demikian mengingat keduanya menjalin hubungan spesial sejak  kelas sebelas awal. Dua murid yang terkenal akan kepribadian sama; pintar dan pemberani, membuat semua penghuni sekolah terang-terangan merestui hubungan mereka—tak terkecuali jejeran guru.

Rizal pernah mengakui sedari MOS—Masa Orientasi Siswa—telah memendam perasaan lebih dari teman terhadap Flora. Cewek paling berani dan pantang menyerah begitu memikat hati banyak siswa, termasuk dirinya. Karena terlanjur suka, dia rela menunggu waktu paling pas untuk mengungkap segala isi hatinya. Cukup trauma juga mengingat dulu saat kelas sepuluh Flora terlihat ganas setiap berhadapan dengan siswa sehingga sempat memupuskan harapan Rizal. Namun, takdir terus mempersatukan keduanya dalam setiap kesempatan membuat Rizal lelah sendiri menghadapi dilema antara menjadi pengecut atau mengambil segala risiko. Maka, melalui segala konsekuensi, Rizal berhasil mengambil alih posisi paling dia inginkan dalam kehidupan Flora.

Mengingat itu, mendadak Anaya senyum-senyum sendiri. Merasakan betapa menyenangkan memiliki sosok berharga yang menemani masa remaja. Melukis lembaran kenangan bersama meski belum pasti melewati dunia selamanya. Setidaknya, mereka pernah bersama menemani setiap suka maupun duka.

"Heh!"

Anaya menjengit kala dikagetkan dengan teriakan lantang serta pukulan kencang dari arah samping. Saling melempar tatapan tajam kemudian, berakhir Jihan yang tertawa tanpa sebab. Menyuruh mereka menyantap kembali makanan masing-masing sebelum jam istirahat selesai.

"Kamu udah mikirin tentang bimbel?" Rizal membuka obrolan setelah diisi keheningan sejenak.

Flora menundukkan kepala diam. Masih sibuk memainkan ujung sedotan. Dua cewek lain memilih bungkam dengan diselimuti rasa penasaran. Turut andil membuka lebar indra pendengaran.

"Belum. Emang kamu udah?"

Kini, mereka saling bertatapan. Mempersilakan empat mata bertaut dalam kesunyian sebelum helaan napas terdengar bercampur riuh area kantin yang belum mereda juga.

"Masih pilih-pilih. Nanti kalau udah nemu sekalian aja aku daftarin kamu, ya?"

Baik Anaya maupun Jihan, kompak terbatuk mendengar ajakan berkedok gombalan meluncur halus dari bibir seorang Daniswara Rizal. Lain halnya Flora yang justru membulatkan mata. Amat terkejut oleh ungkapan tulus dari kekasihnya. Memang benar kalau mereka dinobatkan sebagai salah satu dari sekian siswa-siswi berprestasi bidang akademik, tetapi bukan berarti ajakan Rizal bisa membuatnya membuncah senang.

Flora belum berembuk dengan dua orang tuanya. Tentu saja perlu melibatkan mereka apalagi memutuskan hal penting seperti itu. Dia bahkan belum terpikir sedikit pun mau dibawa ke mana nilai apiknya selama ini. Entah meneruskan kegemaran dengan menjajal menekuni bidang ekonomi, atau menuruti perintah Prabu nanti.

"Kok kalian soswit banget, sih," celetuk Anaya bernada gemas yang terdengar menggelikan. Jihan sampai risih karena pukulan lebay dari Anaya pada pundaknya.

"Makanya jangan jomlo mulu!" ejek Jihan menggetok cewek di sampingnya sampai meringis.

"Ngaca!"

"Ribut terosss." Rizal merintih tatkala terkena makian diiringi pukulan bertubi-tubi dari Anaya dan Jihan.

Flora diam-diam menahan gelak, berhasil mengenyampingkan perihal bimbel dengan menonton pertunjukan gratis di depannya. Konyol sekali. Mereka mengaku sudah SMA, tetapi masih berperilaku seperti anak TK. Kegiatan seru mereka terhenti saat Rizal sudah berkali-kali mengaku kalah dan molontarkan kata maaf. Setelahnya, Anaya dan Jihan berpose layaknya pemenang olimpiade, sedangkan Rizal menggerutu kesakitan. Sungguh, benar-benar kekanakan.

Baru saja Flora hendak mengajak kembali ke kelas, keributan pun terdengar menganggu. Turut mengambil atensi semua orang yang ada di kantin, termasuk empat manusia itu. Begitu terkejut ketika iris kecokelatan Flora menemukan sosok wajah yang biasa terlihat kalem berganti ketakutan. Pun, kedatangan Fiona dengan tiga cewek berseragam modis mengundang perasaan aneh yang mendadak membangkitkan amarah.

Detik itu juga, Flora sudah berdiri tegak menghadap cewek yang selalu membuatnya naik pitam. Anaya, Jihan, dan Rizal kelabakan sendiri, ikut bereaksi sama meski dikelilingi tanda tanya besar.

Sebenarnya, ada apa?

Bersambung

Related chapters

  • Twins Problem   04 | Luka dan Amarah

    Terlalu buru-buru adalah tindakan paling merugikan.–Fiona sudah bersiap membawa tubuh ke luar ruangan. Kebetulan sempat menangkap sosok adik kembarannya melintas bersama dua cewek yang pernah melakoni perkenalan singkat bernama Anaya Anvika dan Jihan Farahah. Ada keinginan memiliki hubungan lebih dekat dengan mereka melihat betapa asiknya ketiga cewek itu bercengkrama di tengah padatnya lalu lintas area sekolah saat ini.Anggap saja sebagai pembentukan eksistensi agar namanya bisa sebagus di sekolahnya dulu. Maka perlu berbagai upaya, salah satu cara adalah dengan menempeli Flora. Dia sempat mengira adiknya tidak akan mengambil predikat siswi terkenal di tempat semegah SMA Tunas Harapan yang digadang-gadang selalu sukses mengeluarkan ratusan murid berprestasi setiap tahun. Akan tetapi, mengingat nilai rapor sodoran Prabu semalam serta meneliti langsung setiap pergerakan membuktikan atensi Flora benar-benar nyata.

  • Twins Problem   05 | Siapa Dia?

    Gerakan spontan adalah kejujuran–Flora berjalan menepi, masih mencengkeram kuat pergelangan tangan cewek di belakangnya. Menuntut Fiona bergerak mengikuti tanpa menerima penolakan sedikit pun. Jauh dari dugaan yang sempat hinggap dalam pikiran, cewek berperawakan lebih kurus itu justru diam menurut seolah pasrah saja hendak dibawa ke mana oleh sang adik. Tentu saja beragam pikiran berkecamuk liar menutupi luapan amarah yang sempat meraup habis menutupi akal sehat.Berbelok memasuki ruang kelas XI-IPA 2, cekalan Flora akhirnya terlepas. Dua siswi berwajah hampir sama saling berhadapan, menyembulkan sorot masing-masing. Air muka cewek bernama lengkap Flora Gavesha Wijaksana berubah bingung manakala menangkap tatapan kosong Fiona. Ternyata jiwa cewek itu sedang menikmati dunia fantasi. Pantas saja rasanya Flora tengah menyeret benda, alih-alih manusia.Menajamkan indra, Flora dililit penasaran j

  • Twins Problem   06 | Tuduhan Palsu

    Kasih sayang orang tua adalah anugerah terindah–"Mikirin apa?" Rizal menolehkan kepala menyamping, meneliti ekspresi bimbang yang terpampang jelas menghiasi wajah cantik kekasihnya.Sedari awal memasuki mobil, Flora memang terlihat sibuk memikirkan sesuatu. Entah hal apa yang berhasil memenuhi otak gadisnya, tetapi Rizal belum memutuskan menanyakan secara langsung atas rasa penasaran dalam dirinya. Menunggu beberapa menit kemudian berharap Flora segera membuka mulut, sekadar mencairkan suasana seperti biasa. Namun, sampai perempatan— jalanan hampir memasuki komplek perumahan, cewek itu terus-menerus bungkam.Maka, Rizal menceletuk bertepatan lampu merah menyala terang. Mengalihkan seluruh pusat perhatian dari jalanan ke pahatan tanpa celah milik sang dambaan hati. Walau sudah melambungkan suara, nyatanya kesadaran Flora belum juga kembali. Menghela napas panjang, tangan Rizal pun terulu

  • Twins Problem   07 | Kesalahpahaman Membesar

    Keadilan perlu ditegakkan demi menciptakan keharmonisan–Hawa sekitaran mulai memanas. Dua manusia berstatus sebagai ibu dan anak saling melemparkan pancaran berbeda. Keheningan meluap bebas tanpa ada seorang pun menghancurkan dengan seuntai kalimat penenang. Bagai penonton gratisan, Fiona tampak terkejut mengetahui kesalahpahaman itu. Namun, belum berani menengahi amarah Prisha yang membludak drastis.Berbanding jauh oleh Flora. Cewek itu amat terkesiap mendapat reaksi spontan berupa sentuhan fisik yang sebenarnya diidam-idamkan. Nahas, bukan seperti harapan yang dipenuhi kasih sayang, justru berbentuk luka kepalang dalam. Memunculkan nyeri sampai ke ulu hati. Tak bisa berkata banyak—sekadar menyalahkan tuduhan—karena terlanjur diredam kekecewaan."Ma ....

  • Twins Problem   08 | Permintaan Mutlak

    Seindah apapun hidup seseorang, pasti memiliki masa kejam yang membuat orang lain terkena imbas–"Mama!"Fiona tidak sanggup lagi mendengar lontaran kejam bagai belati mendarat mulus melalui bibir wanita paling dia sayang. Mungkin terdengar konyol kalau sifat lemah lembut Prisha selama enam belas tahun ini berubah sekejap mata menjadi seperti kerasukan setan. Antara mustahil terjadi dengan meragukan kasih sayang yang terus dia dapatkan.Beban pikirannya bertambah. Tak lagi mencakup perihal dunia remaja, melainkan menyebar hingga pertengkaran keluarga. Lingkup terlampau jauh baginya mengingat belum genap memasuki masa penuh pilihan. Namun, dia dituntut lebih dewasa dalam menangani kasus yang melibatkan saudaranya ini. Entah sanggup atau tidak, harapan tinggi menjulang selalu terulur kepada Tuhan. Melibatkan seluruh pihak sebagai bahan tambahan guna memperlancarkan serentetan doa.

  • Twins Problem   09 | Cemburu dan Iri

    Rasa iri normal terjadi. Yang tidak wajar ketika dibiarkan menguasai diri–Tak lagi melewati pekarangan rumah adalah rutinitas baru anak bungsu Wijaksana. Kehadiran yang justru dianggap bakteri menimbulkan lara menganga teramat pilu. Amanah Prabu terpaksa dilakoni demi mengharapkan kepulihan sosok kesayangan. Flora memandang miris tiap kali melirik bangunan megah menjulang indah. Dia seperti orang asing yang numpang hidup di sana. Tiga hari berlalu begitu berat. Pijakan kaki terkulai lemah acap kali memasukkan badan melalui pintu belakang. Prisha selalu menunggu kepulangan anak tercinta, mustahil dapat menghindari sorot nyalang ketika leluasa melewati pintu utama.Flora ingin cepat-cepat melihat senyum merekah penuh pesona di bibir Prisha, walau itu tidak diperuntukkan baginya. Sudah cukup hanya lewat perantara saja. Efek bahagia dapat menular begitu saja. Sederhana, tetapi sulit terlaksana. Apa lagi dia gagal tur

  • Twins Problem   10 | Tentang Kasih Sayang

    Tanpa disadari, banyak orang sekitar yang menyayangimu sepenuh hati–Pertanyaan gamblang kala sibuk merenung mengakibatkan waktu setengah jam istirahat terbuang sia-sia. Perut yang sedari pagi mengomel minta diberi asupan, nyatanya harus mengkerut menahan nyeri mati-matian. Flora tidak berbohong tentang jawaban sudah sarapan. Iya, makan roti pakai selai strawberry satu biji. Lalu meneguk separuh susu sajian sendiri. Sarapan praktis nan kurang mengenyangkan.Mengaduh terus-menerus sepanjang pembelajaran, Jihan memutuskan meminta izin untuk mengantar teman sebangkunya pergi ke UKS. Sekalian juga menabung tidur sebentar biar nanti malam puas maraton drama baru, ungkapnya jujur manakala kaki menyusuri koridor sunyi. Melewati banyak ruangan memicu rasa penasaran dua manusia berseliweran itu, meski sesekali Flora mencengkeram rok bagian bawah, merasakan gejolak perih mengoyak habis perutnya.Cewek i

  • Twins Problem   11 | Berdua Selamanya

    Kamu tidak sendirian. Aku selalu bersamamu – "Bimbel kamu jadi gimana?" Flora menolehkan kepala, mengganti perhatian dari pemandangan jalanan menuju wajah tampan sang kekasih. Beruntung pikiran mengajak berdamai sejenak, menghalau beragam teka-teki maupun beban yang hendak mendekam. Akan tetapi, hal itu agaknya tidak berlangsung lama. Sebab, laki-laki mengemudikan kendaraan ini menyulut masalah baru, menggali sesuatu yang membuat otak berputar guna mencari jawaban paling tepat. Tak lekas mendapat sahutan, Rizal mencoba menggerakkan bola mata sekilas disela kesibukan memutar-mutar setir. Tampaknya cewek berambut kecokelatan itu dilahap lamunan panjang. Tentu saja tatapan kosong tercipta ditunjang dengan badan yang enggan bergerak bak patung. Menghela napas kasar, Rizal bingung menanggapi sifat kekasihnya akhir-akhir ini. Flora terlihat

Latest chapter

  • Twins Problem   12 | Laki-laki Misterius

    Syukuri orang-orang sekitar yang memedulikanmu–Begadang membantu mengurus wanita tersayang membuat mata teramat berat sekadar terbuka guna memperhatikan pelajaran. Gerakan menguap berulang kali mengambil perhatian dua temannya. Anaya pun mendukung aksi tiduran Flora yang berujung terlelap pulas, tertinggal beberapa materi penting seputar pelajaran favorit. Sangat tidak beruntung dirinya gagal mendapat kesempatan menjadi anak teladan.Berhubung kelas bukanlah tempat paling ampuh untuk menuju alam mimpi, Flora berjalan ogah-ogahan memasuki perpustakaan. Hawa dingin langsung menghampiri, menyergap tubuh melalui celah seragam. Benar-benar ruangan ternyaman di seluruh sekolah. Dia hanya baru menyadari saja betapa nikmat mendekam lama-lama di dalam tempat berbau buku.Indra penglihatan melebar menemukan tempat kesukaan terang-terangan menyambut bahagia. Kaki bergerak cepat menghampiri bangku pojokan. Duduk tegap sepersekian detik sembari mengedarkan pan

  • Twins Problem   11 | Berdua Selamanya

    Kamu tidak sendirian. Aku selalu bersamamu – "Bimbel kamu jadi gimana?" Flora menolehkan kepala, mengganti perhatian dari pemandangan jalanan menuju wajah tampan sang kekasih. Beruntung pikiran mengajak berdamai sejenak, menghalau beragam teka-teki maupun beban yang hendak mendekam. Akan tetapi, hal itu agaknya tidak berlangsung lama. Sebab, laki-laki mengemudikan kendaraan ini menyulut masalah baru, menggali sesuatu yang membuat otak berputar guna mencari jawaban paling tepat. Tak lekas mendapat sahutan, Rizal mencoba menggerakkan bola mata sekilas disela kesibukan memutar-mutar setir. Tampaknya cewek berambut kecokelatan itu dilahap lamunan panjang. Tentu saja tatapan kosong tercipta ditunjang dengan badan yang enggan bergerak bak patung. Menghela napas kasar, Rizal bingung menanggapi sifat kekasihnya akhir-akhir ini. Flora terlihat

  • Twins Problem   10 | Tentang Kasih Sayang

    Tanpa disadari, banyak orang sekitar yang menyayangimu sepenuh hati–Pertanyaan gamblang kala sibuk merenung mengakibatkan waktu setengah jam istirahat terbuang sia-sia. Perut yang sedari pagi mengomel minta diberi asupan, nyatanya harus mengkerut menahan nyeri mati-matian. Flora tidak berbohong tentang jawaban sudah sarapan. Iya, makan roti pakai selai strawberry satu biji. Lalu meneguk separuh susu sajian sendiri. Sarapan praktis nan kurang mengenyangkan.Mengaduh terus-menerus sepanjang pembelajaran, Jihan memutuskan meminta izin untuk mengantar teman sebangkunya pergi ke UKS. Sekalian juga menabung tidur sebentar biar nanti malam puas maraton drama baru, ungkapnya jujur manakala kaki menyusuri koridor sunyi. Melewati banyak ruangan memicu rasa penasaran dua manusia berseliweran itu, meski sesekali Flora mencengkeram rok bagian bawah, merasakan gejolak perih mengoyak habis perutnya.Cewek i

  • Twins Problem   09 | Cemburu dan Iri

    Rasa iri normal terjadi. Yang tidak wajar ketika dibiarkan menguasai diri–Tak lagi melewati pekarangan rumah adalah rutinitas baru anak bungsu Wijaksana. Kehadiran yang justru dianggap bakteri menimbulkan lara menganga teramat pilu. Amanah Prabu terpaksa dilakoni demi mengharapkan kepulihan sosok kesayangan. Flora memandang miris tiap kali melirik bangunan megah menjulang indah. Dia seperti orang asing yang numpang hidup di sana. Tiga hari berlalu begitu berat. Pijakan kaki terkulai lemah acap kali memasukkan badan melalui pintu belakang. Prisha selalu menunggu kepulangan anak tercinta, mustahil dapat menghindari sorot nyalang ketika leluasa melewati pintu utama.Flora ingin cepat-cepat melihat senyum merekah penuh pesona di bibir Prisha, walau itu tidak diperuntukkan baginya. Sudah cukup hanya lewat perantara saja. Efek bahagia dapat menular begitu saja. Sederhana, tetapi sulit terlaksana. Apa lagi dia gagal tur

  • Twins Problem   08 | Permintaan Mutlak

    Seindah apapun hidup seseorang, pasti memiliki masa kejam yang membuat orang lain terkena imbas–"Mama!"Fiona tidak sanggup lagi mendengar lontaran kejam bagai belati mendarat mulus melalui bibir wanita paling dia sayang. Mungkin terdengar konyol kalau sifat lemah lembut Prisha selama enam belas tahun ini berubah sekejap mata menjadi seperti kerasukan setan. Antara mustahil terjadi dengan meragukan kasih sayang yang terus dia dapatkan.Beban pikirannya bertambah. Tak lagi mencakup perihal dunia remaja, melainkan menyebar hingga pertengkaran keluarga. Lingkup terlampau jauh baginya mengingat belum genap memasuki masa penuh pilihan. Namun, dia dituntut lebih dewasa dalam menangani kasus yang melibatkan saudaranya ini. Entah sanggup atau tidak, harapan tinggi menjulang selalu terulur kepada Tuhan. Melibatkan seluruh pihak sebagai bahan tambahan guna memperlancarkan serentetan doa.

  • Twins Problem   07 | Kesalahpahaman Membesar

    Keadilan perlu ditegakkan demi menciptakan keharmonisan–Hawa sekitaran mulai memanas. Dua manusia berstatus sebagai ibu dan anak saling melemparkan pancaran berbeda. Keheningan meluap bebas tanpa ada seorang pun menghancurkan dengan seuntai kalimat penenang. Bagai penonton gratisan, Fiona tampak terkejut mengetahui kesalahpahaman itu. Namun, belum berani menengahi amarah Prisha yang membludak drastis.Berbanding jauh oleh Flora. Cewek itu amat terkesiap mendapat reaksi spontan berupa sentuhan fisik yang sebenarnya diidam-idamkan. Nahas, bukan seperti harapan yang dipenuhi kasih sayang, justru berbentuk luka kepalang dalam. Memunculkan nyeri sampai ke ulu hati. Tak bisa berkata banyak—sekadar menyalahkan tuduhan—karena terlanjur diredam kekecewaan."Ma ....

  • Twins Problem   06 | Tuduhan Palsu

    Kasih sayang orang tua adalah anugerah terindah–"Mikirin apa?" Rizal menolehkan kepala menyamping, meneliti ekspresi bimbang yang terpampang jelas menghiasi wajah cantik kekasihnya.Sedari awal memasuki mobil, Flora memang terlihat sibuk memikirkan sesuatu. Entah hal apa yang berhasil memenuhi otak gadisnya, tetapi Rizal belum memutuskan menanyakan secara langsung atas rasa penasaran dalam dirinya. Menunggu beberapa menit kemudian berharap Flora segera membuka mulut, sekadar mencairkan suasana seperti biasa. Namun, sampai perempatan— jalanan hampir memasuki komplek perumahan, cewek itu terus-menerus bungkam.Maka, Rizal menceletuk bertepatan lampu merah menyala terang. Mengalihkan seluruh pusat perhatian dari jalanan ke pahatan tanpa celah milik sang dambaan hati. Walau sudah melambungkan suara, nyatanya kesadaran Flora belum juga kembali. Menghela napas panjang, tangan Rizal pun terulu

  • Twins Problem   05 | Siapa Dia?

    Gerakan spontan adalah kejujuran–Flora berjalan menepi, masih mencengkeram kuat pergelangan tangan cewek di belakangnya. Menuntut Fiona bergerak mengikuti tanpa menerima penolakan sedikit pun. Jauh dari dugaan yang sempat hinggap dalam pikiran, cewek berperawakan lebih kurus itu justru diam menurut seolah pasrah saja hendak dibawa ke mana oleh sang adik. Tentu saja beragam pikiran berkecamuk liar menutupi luapan amarah yang sempat meraup habis menutupi akal sehat.Berbelok memasuki ruang kelas XI-IPA 2, cekalan Flora akhirnya terlepas. Dua siswi berwajah hampir sama saling berhadapan, menyembulkan sorot masing-masing. Air muka cewek bernama lengkap Flora Gavesha Wijaksana berubah bingung manakala menangkap tatapan kosong Fiona. Ternyata jiwa cewek itu sedang menikmati dunia fantasi. Pantas saja rasanya Flora tengah menyeret benda, alih-alih manusia.Menajamkan indra, Flora dililit penasaran j

  • Twins Problem   04 | Luka dan Amarah

    Terlalu buru-buru adalah tindakan paling merugikan.–Fiona sudah bersiap membawa tubuh ke luar ruangan. Kebetulan sempat menangkap sosok adik kembarannya melintas bersama dua cewek yang pernah melakoni perkenalan singkat bernama Anaya Anvika dan Jihan Farahah. Ada keinginan memiliki hubungan lebih dekat dengan mereka melihat betapa asiknya ketiga cewek itu bercengkrama di tengah padatnya lalu lintas area sekolah saat ini.Anggap saja sebagai pembentukan eksistensi agar namanya bisa sebagus di sekolahnya dulu. Maka perlu berbagai upaya, salah satu cara adalah dengan menempeli Flora. Dia sempat mengira adiknya tidak akan mengambil predikat siswi terkenal di tempat semegah SMA Tunas Harapan yang digadang-gadang selalu sukses mengeluarkan ratusan murid berprestasi setiap tahun. Akan tetapi, mengingat nilai rapor sodoran Prabu semalam serta meneliti langsung setiap pergerakan membuktikan atensi Flora benar-benar nyata.

DMCA.com Protection Status