Home / Fiksi Remaja / Twins Problem / 02 | Seorang Primadona

Share

02 | Seorang Primadona

Author: Pinapple
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Semua perempuan akan menjadi primadona di tempat dan di mata yang tepat.

Sepuluh tahun lalu ketika masih mengenakan seragam putih merah, dua anak perempuan asik bertukar cerita di sela aktivitas menikmati sarapan. Melempar gelak, membahas kegiatan menyenangkan, sampai mengutarakan janji untuk memperbanyak momen bersama. Terlalu polos sekadar menyadari perbedaan mencolok di antara keturunan Wijaksana.

"Ma, minum."

Sodoran gelas berisi minuman segera tertangkap manik kecilnya. Fiona tersenyum lebar, tak sungkan mempertunjukkan deretan gigi yang berlubang. "Terima kasih."

"Buat Flora mana, Ma?"

Bocah di seberang ikut bersuara. Menanti perlakuan sama sesuai adegan yang baru saja dia perhatikan. Tidak berpikir buruk sekalipun jauh dari harapan. Hanya saja, ekspresinya berubah sendu. Menghilangkan kadar keceriaan yang sempat terpatri menakjubkan.

"Ini minumnya, Non."

Flora enggan mengubah mimik, tetapi sempat menipiskan bibir kala mendapatkan lengkungan tulus milik pembantu rumah sembari bergerak membantu meneguk air. Hal sederhana yang bila diperlakukan terus-menerus tentu menimbulkan luka teramat lebar nan perih.

Sejak saat itu, Flora sadar jika atensi di rumah super megah tak lagi dianggap sebagai keluarga. Terlebih, jadwal terbang Prabu sedang sibuk-sibuknya yang meminimalisir alasan dia patut diberi kasih sayang sebanyak sang kakak. Mengubur banyak harapan indah yang selalu berakhir memilukan. Tentang keluarga, sudah cukup untuk menimbulkan lara. Memutuskan menghindari dua manusia penghambat kebahagiaan saat dirinya bahkan belum mengenal dunia sepenuhnya.

Seluruh kisah pilu pengisi masa kanak-kanak sudah dijelaskan secara rinci pada sosok papanya. Flora mengakui status Prabu sebagai keluarga, itu saja. Peran terbesar dalam kehidupannya. Posisi Prabu yang menjadi saksi kerumitan perihal kasih sayang terbagi benar-benar sebuah penyelamat juga penghambat. Meski papanya menuruti setiap keinginan Flora, tetap saja Prisha ikut ambil bagian mengatur semuanya.

Walau begitu, Flora bersyukur keberadaan Prabu sedikit membantu meringankan beban di pundak kala itu. Teman curhat pertama sebelum diganti dengan pulpen dan buku.

Kini, kesibukan mengingat masa lalu berakhir tatkala bunyi derit pintu tertangkap telinga. Flora memperhatikan penampilan untuk terakhir kali melalui pantulan cermin panjang, kemudian menarik sudut bibir ke atas sebagai sambutan.

"Sudah ditunggu, Non," tutur Bi Inah lembut seperti biasa.

Cewek yang sengaja menggerai rambut hitam kecokelatan itu mengangkat jempol, mengarahkan pada wanita keriput di ambang pintu. Tangannya beringsut mengambil tas, lalu lekas meninggalkan ruangan bercat biru laut. Turun menuju lantai bawah dengan santai, tetapi beralih memelan ketika menemukan punggung tegap seseorang. Berdiri membelakangi, menghadap ke arah wanita berpakaian serupa—formal.

Flora menajamkan penglihatan, bahkan mengucek mata berulang kali untuk memastikan. Hampir saja pergerakan menuruni tangga berganti insiden mengenaskan. Terlalu payah menyeimbangkan tubuh setelah dilanda keterkejutan akibat kaki salah memijak undakan. Beruntung, cekalan dari belakang berhasil menggagalkan tubuhnya terjungkal.

"Terima kas—"

Wajah berbinar cewek tak kalah cantik terpampang sempurna. Alih-alih memandang penuh takjub, Flora justru memaparkan muka datar. Enggan melanjutkan ungkapan yang terlanjur sumbang. Lebih dulu dihampiri kekesalan ketimbang ketulusan.

Fiona tak berkutik memperhatikan adiknya mempercepat laju seolah ingin segera menjauh dari jangkauannya. Embusan napas keluar samar. Wajah sendunya segera berganti seperti sedia kala saat menangkap suara sang mama.

"Pa, kenapa harus sama, sih? Sekolah di sini, kan, banyak."

Lagi, menghela napas sejenak mendengar suara cempreng khas anak remaja melengking. Fiona bisa menebak topik pembahasan mereka—orang tua dan anak—yang sedang berkumpul sekarang.  Cukup berupaya dipenuhi pikiran positif sebelum ikut berembuk bersama. Sebenarnya, ada keraguan dalam benak melihat tatapan tak bersahabat Flora terus-menerus menerobos masuk seperti tanda peringatan sekaligus gurat penuh kebencian.

Namun, Prisha menarik kuat pergelangan tangan putri sulungnya, menyuruh paksa masuk ke tengah-tengah mereka. Tepat mengambil duduk di samping adik kembaran. Mengulas senyum tipis sebagai formalitas juga sapaan ramah dan persis seperti dugaan, Flora membuang muka dengan tatapan sinis andalan.

"Kalian berangkat bersama. Papa yang antar," putus Prabu akhirnya.

Tentu saja keluhan Flora yang akan dilontarkan langsung ditolak tegas melalui sorot mata tajam. Dia mendesah kecewa. Tak bisa berkutik lagi kalau sudah mendapatkan respon menyeramkan seperti itu. Mau tak mau, hari pertamanya ke sekolah setelah libur panjang harus dibuka oleh segmen menyebalkan.

"Sial," rutuknya sebal.

***

Flora bergegas turun dari mobil alphard hitam tanpa perlu menunggu sebentar atau melakukan rutinitas mencium punggung tangan sang papa. Rasa kesal menghimpit dada setiap kali ocehan Prabu agar bisa menjaga Fiona nanti sepanjang perjalanan mengusik ketenangannya. Dia tidak tuli dan bisu, tetapi perlukah memberikan bukti persetujuan dengan penuturan sama berkali-kali?

Lagipula, Fiona sudah besar. Tentu cukup dewasa menjaga diri sendiri, malah lebih dari cukup. Status sebagai kakak pun perlu ditekankan. Seharusnya, Flora-lah yang perlu dijaga. Bukankah kodrat seorang adik adalah disayang dan diawasi? Dia lupa, dalam keluarganya aturan normal seperti itu tidak berlaku lagi.

"Flora!"

Bentakan Prabu melebihi bising percakapan pelajar lalu lalang tentu bukan pertanda baik. Akan tetapi, Flora tetap tidak peduli dan terus melangkah memasuki area sekolah. Kedongkolannya menjadi-jadi tatkala Fiona mengambil tempat di belakang, mengambil atensi semua murid yang sempat terdeteksi oleh penglihatan tajam Flora. Dia mendesis saat tak sengaja mencuri dengar biang gosip mengutarakan kekaguman cewek memakai jaket abu-abu.

Mencoba acuh atas reaksi berlebihan para pencipta rumor, cewek berambut gelombang itu mempercepat laju jalan menyusuri koridor yang mulai dipadati siswi kehausan alias butuh asupan wajah-wajah tampan. Flora menyembulkan senyum lebar mendapatkan sambutan meriah dua temannya di ambang pintu kelas. Teriakan lebay disertai entakan antusias turut merekahkan lengkungan yang terpatri apik di bibirnya.

"Princess!"

"Gila, makin cantik aja lo."

"Wah ... betul-betul primadona."

"Bacot lo pada," sungut Flora merasa tergelitik menangkap ocehan kagum dari teman-temannya.

Ketiga cewek itu saling berpelukan erat, sarat akan melepas kerinduan.  Memilih absen mengabari selama liburan panjang, tentu membuat mereka dipenuhi rasa ingin bertemu menggebu-gebu. Sebenernya tak apa bertukar pesan sekadar bercerita, tetapi percuma saja karena waktu terlalu berharga untuk dinikmati berlama-lama dengan ponsel. Menurut mereka, lebih seru berbagi pengalaman saat berkumpul bersama seperti ini.

Usai adegan melepas kangen, cewek berbando hitam mengerutkan alis. Perubahan mimik yang signifikan berhasil tertangkap penglihatan Flora. Sedangkan cewek satunya jadi ikut memerhatikan pula, memasang ekspresi sama persis—bingung.

"Ada apa, Babe?" Flora mengerutkan kening, bertanya-tanya.

"Wah, lo bawa saingan?" Anaya si fashionable yang selalu mengenakan aksesoris di kepala menjawab sembari mengedikkan dagu ke arah belakang cewek berambut hitam kecokelatan bergelombang.

Flora jadi teringat kalau Fiona daritadi membuntutinya. Tidak menutup kemungkinan kalau sosok yang dibicarakan oleh Anaya adalah sang kakak. Dia segera menolehkan kepala berikut badan mengarah ke depan cewek cantik yang berwajah tak jauh berbeda dengannya. Namun, dalam versi jauh lebih kalem.

Fiona mendadak bertransformasi sebagai patung. Berdiri membeku, pandangan kosong, dan tanpa ekspresi menyenangkan. Lingkungan baru seperti ini terlalu sulit dicerna. Butuh banyak waktu untuk sekadar mengedipkan mata. Sedangkan Flora sudah berpose ala senior garang dengan melipat tangan di dada. Memperhatikan lamat-lamat setiap pergerakan kaku cewek kebanggaan keluarga.

Tak hanya Anaya dan Jihan, sebagian siswa-siswi yang kebetulan melintas turut memberi pandangan beraneka ragam, tetapi lebih ke arah penasaran. Fiona meneguk ludah susah payah kala mendapat sorot ingin meminta penjelasan dari sekian orang di sekitar. Suasana ini sungguh terlalu mendadak bagi dirinya, mengingat dia amat menghindari posisi sebagai objek pengamatan banyak pasang mata.

"Tunjukkan aja." Flora maju selangkah, masih memperlihatkan wajah antagonis dibumbui senyum licik. "Buktiin kalau lo bisa hebat juga di sini," lanjutnya berbisik penuh penekanan diakhiri keduanya saling berpandangan dalam diam.

Disaksikan oleh sebagian penghuni sekolah, Fiona merasa ada kekuatan tersendiri pada setiap ucapan Flora barusan. Sebuah tantangan yang ternyata menghilangkan titik lemahnya secara perlahan-lahan.

Bersambung

Related chapters

  • Twins Problem   03 | Ada Apa?

    Orang paling berani adalah dia yang mengambil keputusan dan siap menghadapi risiko–Bel berdentang lima kali pertanda pembelajaran dihentikan sementara. Para murid mengucap salam serempak diiringi kegiatan menyingkirkan alat tulis di atas meja. Tak banyak dari mereka memilih mendekam, sebagian memutuskan meraup udara segar di luar kelas.Bagaikan kebiasaan yang sukar dihilangkan, Flora beserta Anaya dan Jihan menghabiskan jam istirahat dalam kantin. Menikmati beraneka hidangan penjual yang terpampang menggiurkan. Dua cewek bersuara lantang bertugas memesan jenis kudapan paling menyita perhatian, sedangkan Flora kebagian mengedarkan pandangan demi menjaga spot andalan aman dari incaran orang-orang.Duduk nyaman di tempat paling strategis yaitu bagian paling pojok, ketiganya bisa leluasa merasakan makanan dengan pemandangan riuh pada murid yang mengerumuni zona jajanan. Mencuri pandang ke bebera

  • Twins Problem   04 | Luka dan Amarah

    Terlalu buru-buru adalah tindakan paling merugikan.–Fiona sudah bersiap membawa tubuh ke luar ruangan. Kebetulan sempat menangkap sosok adik kembarannya melintas bersama dua cewek yang pernah melakoni perkenalan singkat bernama Anaya Anvika dan Jihan Farahah. Ada keinginan memiliki hubungan lebih dekat dengan mereka melihat betapa asiknya ketiga cewek itu bercengkrama di tengah padatnya lalu lintas area sekolah saat ini.Anggap saja sebagai pembentukan eksistensi agar namanya bisa sebagus di sekolahnya dulu. Maka perlu berbagai upaya, salah satu cara adalah dengan menempeli Flora. Dia sempat mengira adiknya tidak akan mengambil predikat siswi terkenal di tempat semegah SMA Tunas Harapan yang digadang-gadang selalu sukses mengeluarkan ratusan murid berprestasi setiap tahun. Akan tetapi, mengingat nilai rapor sodoran Prabu semalam serta meneliti langsung setiap pergerakan membuktikan atensi Flora benar-benar nyata.

  • Twins Problem   05 | Siapa Dia?

    Gerakan spontan adalah kejujuran–Flora berjalan menepi, masih mencengkeram kuat pergelangan tangan cewek di belakangnya. Menuntut Fiona bergerak mengikuti tanpa menerima penolakan sedikit pun. Jauh dari dugaan yang sempat hinggap dalam pikiran, cewek berperawakan lebih kurus itu justru diam menurut seolah pasrah saja hendak dibawa ke mana oleh sang adik. Tentu saja beragam pikiran berkecamuk liar menutupi luapan amarah yang sempat meraup habis menutupi akal sehat.Berbelok memasuki ruang kelas XI-IPA 2, cekalan Flora akhirnya terlepas. Dua siswi berwajah hampir sama saling berhadapan, menyembulkan sorot masing-masing. Air muka cewek bernama lengkap Flora Gavesha Wijaksana berubah bingung manakala menangkap tatapan kosong Fiona. Ternyata jiwa cewek itu sedang menikmati dunia fantasi. Pantas saja rasanya Flora tengah menyeret benda, alih-alih manusia.Menajamkan indra, Flora dililit penasaran j

  • Twins Problem   06 | Tuduhan Palsu

    Kasih sayang orang tua adalah anugerah terindah–"Mikirin apa?" Rizal menolehkan kepala menyamping, meneliti ekspresi bimbang yang terpampang jelas menghiasi wajah cantik kekasihnya.Sedari awal memasuki mobil, Flora memang terlihat sibuk memikirkan sesuatu. Entah hal apa yang berhasil memenuhi otak gadisnya, tetapi Rizal belum memutuskan menanyakan secara langsung atas rasa penasaran dalam dirinya. Menunggu beberapa menit kemudian berharap Flora segera membuka mulut, sekadar mencairkan suasana seperti biasa. Namun, sampai perempatan— jalanan hampir memasuki komplek perumahan, cewek itu terus-menerus bungkam.Maka, Rizal menceletuk bertepatan lampu merah menyala terang. Mengalihkan seluruh pusat perhatian dari jalanan ke pahatan tanpa celah milik sang dambaan hati. Walau sudah melambungkan suara, nyatanya kesadaran Flora belum juga kembali. Menghela napas panjang, tangan Rizal pun terulu

  • Twins Problem   07 | Kesalahpahaman Membesar

    Keadilan perlu ditegakkan demi menciptakan keharmonisan–Hawa sekitaran mulai memanas. Dua manusia berstatus sebagai ibu dan anak saling melemparkan pancaran berbeda. Keheningan meluap bebas tanpa ada seorang pun menghancurkan dengan seuntai kalimat penenang. Bagai penonton gratisan, Fiona tampak terkejut mengetahui kesalahpahaman itu. Namun, belum berani menengahi amarah Prisha yang membludak drastis.Berbanding jauh oleh Flora. Cewek itu amat terkesiap mendapat reaksi spontan berupa sentuhan fisik yang sebenarnya diidam-idamkan. Nahas, bukan seperti harapan yang dipenuhi kasih sayang, justru berbentuk luka kepalang dalam. Memunculkan nyeri sampai ke ulu hati. Tak bisa berkata banyak—sekadar menyalahkan tuduhan—karena terlanjur diredam kekecewaan."Ma ....

  • Twins Problem   08 | Permintaan Mutlak

    Seindah apapun hidup seseorang, pasti memiliki masa kejam yang membuat orang lain terkena imbas–"Mama!"Fiona tidak sanggup lagi mendengar lontaran kejam bagai belati mendarat mulus melalui bibir wanita paling dia sayang. Mungkin terdengar konyol kalau sifat lemah lembut Prisha selama enam belas tahun ini berubah sekejap mata menjadi seperti kerasukan setan. Antara mustahil terjadi dengan meragukan kasih sayang yang terus dia dapatkan.Beban pikirannya bertambah. Tak lagi mencakup perihal dunia remaja, melainkan menyebar hingga pertengkaran keluarga. Lingkup terlampau jauh baginya mengingat belum genap memasuki masa penuh pilihan. Namun, dia dituntut lebih dewasa dalam menangani kasus yang melibatkan saudaranya ini. Entah sanggup atau tidak, harapan tinggi menjulang selalu terulur kepada Tuhan. Melibatkan seluruh pihak sebagai bahan tambahan guna memperlancarkan serentetan doa.

  • Twins Problem   09 | Cemburu dan Iri

    Rasa iri normal terjadi. Yang tidak wajar ketika dibiarkan menguasai diri–Tak lagi melewati pekarangan rumah adalah rutinitas baru anak bungsu Wijaksana. Kehadiran yang justru dianggap bakteri menimbulkan lara menganga teramat pilu. Amanah Prabu terpaksa dilakoni demi mengharapkan kepulihan sosok kesayangan. Flora memandang miris tiap kali melirik bangunan megah menjulang indah. Dia seperti orang asing yang numpang hidup di sana. Tiga hari berlalu begitu berat. Pijakan kaki terkulai lemah acap kali memasukkan badan melalui pintu belakang. Prisha selalu menunggu kepulangan anak tercinta, mustahil dapat menghindari sorot nyalang ketika leluasa melewati pintu utama.Flora ingin cepat-cepat melihat senyum merekah penuh pesona di bibir Prisha, walau itu tidak diperuntukkan baginya. Sudah cukup hanya lewat perantara saja. Efek bahagia dapat menular begitu saja. Sederhana, tetapi sulit terlaksana. Apa lagi dia gagal tur

  • Twins Problem   10 | Tentang Kasih Sayang

    Tanpa disadari, banyak orang sekitar yang menyayangimu sepenuh hati–Pertanyaan gamblang kala sibuk merenung mengakibatkan waktu setengah jam istirahat terbuang sia-sia. Perut yang sedari pagi mengomel minta diberi asupan, nyatanya harus mengkerut menahan nyeri mati-matian. Flora tidak berbohong tentang jawaban sudah sarapan. Iya, makan roti pakai selai strawberry satu biji. Lalu meneguk separuh susu sajian sendiri. Sarapan praktis nan kurang mengenyangkan.Mengaduh terus-menerus sepanjang pembelajaran, Jihan memutuskan meminta izin untuk mengantar teman sebangkunya pergi ke UKS. Sekalian juga menabung tidur sebentar biar nanti malam puas maraton drama baru, ungkapnya jujur manakala kaki menyusuri koridor sunyi. Melewati banyak ruangan memicu rasa penasaran dua manusia berseliweran itu, meski sesekali Flora mencengkeram rok bagian bawah, merasakan gejolak perih mengoyak habis perutnya.Cewek i

Latest chapter

  • Twins Problem   12 | Laki-laki Misterius

    Syukuri orang-orang sekitar yang memedulikanmu–Begadang membantu mengurus wanita tersayang membuat mata teramat berat sekadar terbuka guna memperhatikan pelajaran. Gerakan menguap berulang kali mengambil perhatian dua temannya. Anaya pun mendukung aksi tiduran Flora yang berujung terlelap pulas, tertinggal beberapa materi penting seputar pelajaran favorit. Sangat tidak beruntung dirinya gagal mendapat kesempatan menjadi anak teladan.Berhubung kelas bukanlah tempat paling ampuh untuk menuju alam mimpi, Flora berjalan ogah-ogahan memasuki perpustakaan. Hawa dingin langsung menghampiri, menyergap tubuh melalui celah seragam. Benar-benar ruangan ternyaman di seluruh sekolah. Dia hanya baru menyadari saja betapa nikmat mendekam lama-lama di dalam tempat berbau buku.Indra penglihatan melebar menemukan tempat kesukaan terang-terangan menyambut bahagia. Kaki bergerak cepat menghampiri bangku pojokan. Duduk tegap sepersekian detik sembari mengedarkan pan

  • Twins Problem   11 | Berdua Selamanya

    Kamu tidak sendirian. Aku selalu bersamamu – "Bimbel kamu jadi gimana?" Flora menolehkan kepala, mengganti perhatian dari pemandangan jalanan menuju wajah tampan sang kekasih. Beruntung pikiran mengajak berdamai sejenak, menghalau beragam teka-teki maupun beban yang hendak mendekam. Akan tetapi, hal itu agaknya tidak berlangsung lama. Sebab, laki-laki mengemudikan kendaraan ini menyulut masalah baru, menggali sesuatu yang membuat otak berputar guna mencari jawaban paling tepat. Tak lekas mendapat sahutan, Rizal mencoba menggerakkan bola mata sekilas disela kesibukan memutar-mutar setir. Tampaknya cewek berambut kecokelatan itu dilahap lamunan panjang. Tentu saja tatapan kosong tercipta ditunjang dengan badan yang enggan bergerak bak patung. Menghela napas kasar, Rizal bingung menanggapi sifat kekasihnya akhir-akhir ini. Flora terlihat

  • Twins Problem   10 | Tentang Kasih Sayang

    Tanpa disadari, banyak orang sekitar yang menyayangimu sepenuh hati–Pertanyaan gamblang kala sibuk merenung mengakibatkan waktu setengah jam istirahat terbuang sia-sia. Perut yang sedari pagi mengomel minta diberi asupan, nyatanya harus mengkerut menahan nyeri mati-matian. Flora tidak berbohong tentang jawaban sudah sarapan. Iya, makan roti pakai selai strawberry satu biji. Lalu meneguk separuh susu sajian sendiri. Sarapan praktis nan kurang mengenyangkan.Mengaduh terus-menerus sepanjang pembelajaran, Jihan memutuskan meminta izin untuk mengantar teman sebangkunya pergi ke UKS. Sekalian juga menabung tidur sebentar biar nanti malam puas maraton drama baru, ungkapnya jujur manakala kaki menyusuri koridor sunyi. Melewati banyak ruangan memicu rasa penasaran dua manusia berseliweran itu, meski sesekali Flora mencengkeram rok bagian bawah, merasakan gejolak perih mengoyak habis perutnya.Cewek i

  • Twins Problem   09 | Cemburu dan Iri

    Rasa iri normal terjadi. Yang tidak wajar ketika dibiarkan menguasai diri–Tak lagi melewati pekarangan rumah adalah rutinitas baru anak bungsu Wijaksana. Kehadiran yang justru dianggap bakteri menimbulkan lara menganga teramat pilu. Amanah Prabu terpaksa dilakoni demi mengharapkan kepulihan sosok kesayangan. Flora memandang miris tiap kali melirik bangunan megah menjulang indah. Dia seperti orang asing yang numpang hidup di sana. Tiga hari berlalu begitu berat. Pijakan kaki terkulai lemah acap kali memasukkan badan melalui pintu belakang. Prisha selalu menunggu kepulangan anak tercinta, mustahil dapat menghindari sorot nyalang ketika leluasa melewati pintu utama.Flora ingin cepat-cepat melihat senyum merekah penuh pesona di bibir Prisha, walau itu tidak diperuntukkan baginya. Sudah cukup hanya lewat perantara saja. Efek bahagia dapat menular begitu saja. Sederhana, tetapi sulit terlaksana. Apa lagi dia gagal tur

  • Twins Problem   08 | Permintaan Mutlak

    Seindah apapun hidup seseorang, pasti memiliki masa kejam yang membuat orang lain terkena imbas–"Mama!"Fiona tidak sanggup lagi mendengar lontaran kejam bagai belati mendarat mulus melalui bibir wanita paling dia sayang. Mungkin terdengar konyol kalau sifat lemah lembut Prisha selama enam belas tahun ini berubah sekejap mata menjadi seperti kerasukan setan. Antara mustahil terjadi dengan meragukan kasih sayang yang terus dia dapatkan.Beban pikirannya bertambah. Tak lagi mencakup perihal dunia remaja, melainkan menyebar hingga pertengkaran keluarga. Lingkup terlampau jauh baginya mengingat belum genap memasuki masa penuh pilihan. Namun, dia dituntut lebih dewasa dalam menangani kasus yang melibatkan saudaranya ini. Entah sanggup atau tidak, harapan tinggi menjulang selalu terulur kepada Tuhan. Melibatkan seluruh pihak sebagai bahan tambahan guna memperlancarkan serentetan doa.

  • Twins Problem   07 | Kesalahpahaman Membesar

    Keadilan perlu ditegakkan demi menciptakan keharmonisan–Hawa sekitaran mulai memanas. Dua manusia berstatus sebagai ibu dan anak saling melemparkan pancaran berbeda. Keheningan meluap bebas tanpa ada seorang pun menghancurkan dengan seuntai kalimat penenang. Bagai penonton gratisan, Fiona tampak terkejut mengetahui kesalahpahaman itu. Namun, belum berani menengahi amarah Prisha yang membludak drastis.Berbanding jauh oleh Flora. Cewek itu amat terkesiap mendapat reaksi spontan berupa sentuhan fisik yang sebenarnya diidam-idamkan. Nahas, bukan seperti harapan yang dipenuhi kasih sayang, justru berbentuk luka kepalang dalam. Memunculkan nyeri sampai ke ulu hati. Tak bisa berkata banyak—sekadar menyalahkan tuduhan—karena terlanjur diredam kekecewaan."Ma ....

  • Twins Problem   06 | Tuduhan Palsu

    Kasih sayang orang tua adalah anugerah terindah–"Mikirin apa?" Rizal menolehkan kepala menyamping, meneliti ekspresi bimbang yang terpampang jelas menghiasi wajah cantik kekasihnya.Sedari awal memasuki mobil, Flora memang terlihat sibuk memikirkan sesuatu. Entah hal apa yang berhasil memenuhi otak gadisnya, tetapi Rizal belum memutuskan menanyakan secara langsung atas rasa penasaran dalam dirinya. Menunggu beberapa menit kemudian berharap Flora segera membuka mulut, sekadar mencairkan suasana seperti biasa. Namun, sampai perempatan— jalanan hampir memasuki komplek perumahan, cewek itu terus-menerus bungkam.Maka, Rizal menceletuk bertepatan lampu merah menyala terang. Mengalihkan seluruh pusat perhatian dari jalanan ke pahatan tanpa celah milik sang dambaan hati. Walau sudah melambungkan suara, nyatanya kesadaran Flora belum juga kembali. Menghela napas panjang, tangan Rizal pun terulu

  • Twins Problem   05 | Siapa Dia?

    Gerakan spontan adalah kejujuran–Flora berjalan menepi, masih mencengkeram kuat pergelangan tangan cewek di belakangnya. Menuntut Fiona bergerak mengikuti tanpa menerima penolakan sedikit pun. Jauh dari dugaan yang sempat hinggap dalam pikiran, cewek berperawakan lebih kurus itu justru diam menurut seolah pasrah saja hendak dibawa ke mana oleh sang adik. Tentu saja beragam pikiran berkecamuk liar menutupi luapan amarah yang sempat meraup habis menutupi akal sehat.Berbelok memasuki ruang kelas XI-IPA 2, cekalan Flora akhirnya terlepas. Dua siswi berwajah hampir sama saling berhadapan, menyembulkan sorot masing-masing. Air muka cewek bernama lengkap Flora Gavesha Wijaksana berubah bingung manakala menangkap tatapan kosong Fiona. Ternyata jiwa cewek itu sedang menikmati dunia fantasi. Pantas saja rasanya Flora tengah menyeret benda, alih-alih manusia.Menajamkan indra, Flora dililit penasaran j

  • Twins Problem   04 | Luka dan Amarah

    Terlalu buru-buru adalah tindakan paling merugikan.–Fiona sudah bersiap membawa tubuh ke luar ruangan. Kebetulan sempat menangkap sosok adik kembarannya melintas bersama dua cewek yang pernah melakoni perkenalan singkat bernama Anaya Anvika dan Jihan Farahah. Ada keinginan memiliki hubungan lebih dekat dengan mereka melihat betapa asiknya ketiga cewek itu bercengkrama di tengah padatnya lalu lintas area sekolah saat ini.Anggap saja sebagai pembentukan eksistensi agar namanya bisa sebagus di sekolahnya dulu. Maka perlu berbagai upaya, salah satu cara adalah dengan menempeli Flora. Dia sempat mengira adiknya tidak akan mengambil predikat siswi terkenal di tempat semegah SMA Tunas Harapan yang digadang-gadang selalu sukses mengeluarkan ratusan murid berprestasi setiap tahun. Akan tetapi, mengingat nilai rapor sodoran Prabu semalam serta meneliti langsung setiap pergerakan membuktikan atensi Flora benar-benar nyata.

DMCA.com Protection Status