Share

05 | Siapa Dia?

Penulis: Pinapple
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Gerakan spontan adalah kejujuran

Flora berjalan menepi, masih mencengkeram kuat pergelangan tangan cewek di belakangnya. Menuntut Fiona bergerak mengikuti tanpa menerima penolakan sedikit pun. Jauh dari dugaan yang sempat hinggap dalam pikiran, cewek berperawakan lebih kurus itu justru diam menurut seolah pasrah saja hendak dibawa ke mana oleh sang adik. Tentu saja beragam pikiran berkecamuk liar menutupi luapan amarah yang sempat meraup habis menutupi akal sehat.

Berbelok memasuki ruang kelas XI-IPA 2, cekalan Flora akhirnya terlepas. Dua siswi berwajah hampir sama saling berhadapan, menyembulkan sorot masing-masing. Air muka cewek bernama lengkap Flora Gavesha Wijaksana berubah bingung manakala menangkap tatapan kosong Fiona. Ternyata jiwa cewek itu sedang menikmati dunia fantasi. Pantas saja rasanya Flora tengah menyeret benda, alih-alih manusia.

Menajamkan indra, Flora dililit penasaran juga. Dia mencoba mendekatkan wajah setelah usahanya menjentikkan jari berbuah sia-sia belaka. Roh Fiona betulan mengambang alias terbang entah ke mana meninggalkan raga yang terpampang kosong. Lama-kelamaan hal itu membuat Flora menjadi gemas sendiri. Menunggu kesadaran cewek itu kembali sama saja dengan menukar waktu sisa istirahat secara cuma-cuma.

Maka, dia pun memutuskan untuk mengambil cara ekstrim yang sudah pasti akan berhasil mengambil alih kesadaran kakaknya secara utuh.

PLAK!

"Hah!" Fiona menghela napas kasar sambil memegang pipi kanan yang tampak memerah.

Menampakkan senyum bangga, Flora sempat bertepuk tangan atas upayanya yang terbilang sukses. Namun, justru menghadirkan tatapan nyalang dari cewek di hadapannya.

"Maksud lo apa?" pekik cewek berambut hitam panjang lurus menjuntai sampai pinggang. Melepas sorot penuh tanya berbalut emosi yang meletup-letup.

Flora mengangkat bahu acuh. "Salah siapa melamun," jawabnya santai, merasa tidak bersalah sama sekali.

"Lo—"

Denting bel terdengar pertanda waktu istirahat telah usai sekaligus sukses memotong ucapan Fiona. Kegiatan belajar mengajar pun segera dilanjutkan. Mengenai hal itu, turut membuat siswa-siswi mulai memadati jalan guna menuju kelas masing-masing. Sebagian murid penghuni kelas kakaknya itu juga perlahan kembali, alhasil memicu reaksi spontan Flora untuk menggerakkan kaki pergi.

Namun, aksinya terhenti manakala Fiona lebih dulu memegang pergelangan tangannya, menyuruh bertahan sebentar lagi. Sementara, mau tak mau Flora mengeluarkan decak sembari menolehkan kepala menghadap sang lawan bicara.

"Apa lagi? Buruan! Gue mau balik."

"Cowok ganteng yang tadi itu siapa namanya?" Raut Fiona berganti riang sarat akan keceriaan yang jauh berbanding terbalik dari detik sebelumnya. Bahkan, Flora bisa melihat ada pancaran binar pada bola mata hitam pekat milik kakaknya.

"Cowok ganteng?" Fiona mengangguk antusias membuat Flora mengerutkan dahi bingung, mencoba memutar balik memori ketika berada di kantin. Akan tetapi, sekeras apa pun dia berpikir, hasilnya nihil.

Terlalu serius berpikir, beruntung dia masih diberi kesempatan kabur saat tak sengaja mata sipitnya menangkap figur Bu Prima melangkah anggun menaiki anak tangga. Guru killer hobi memukul menggunakan penggaris panjang sangatlah mengerikan, apalagi  terang-terangan kepergok telat memasuki pelajarannya.

Flora pun buru-buru melepaskan diri, enggan menanggapi teriakan Fiona yang menggelegar. Namun, baru beberapa langkah menjauh, dia menutup mata rapat kala teringat sesuatu. Maka, kakinya kembali berbelok. Menghunuskan tatapan tajam yang sering diperlihatkan pada sosok di depannya.

"Jangan cari masalah sama Fay dan antek-anteknya."

Kemudian, Flora benar-benar pergi. Harap-harap cemas Bu Prima belum sigap memasuki ruangan sebelum dirinya. Sedangkan Fiona mematung. Merasakan fenomena langka terjadi. Tentang hari ini dan kelakuan cewek berparas lebih garang itu yang membuatnya berpikir dua kali.

'Dia udah maafin gue?'

***

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Siswa-siswi SMA Tunas Harapan terlampau senang memijakkan kaki menyusuri koridor menuju gerbang, sebagian berbelok ke parkiran. Ruang berbentuk kotak bertuliskan XI-IPS 1 pun sudah sepi, tersisa tiga cewek yang langganan menyedot wifi sekolah sebelum memutuskan kembali ke rumah.

Flora yang pada awalnya sibuk memasukkan perkakas dalam tas tiba-tiba diingatkan oleh sesuatu. Tentang kedekatannya dengan Fiona beberapa jam lalu. Dia baru sadar sudah tertular sifat humble kekasihnya sampai mengesampingkan kebencian yang terbungkus rapi nan erat setiap berhubungan dengan sang kakak. Bagaimana bisa dia menjadi begitu baik dan anehnya tidak sadar sudah menolong bahkan menarik Fiona dari kumpulan penjahat?

Menggelengkan kepala pelan, dia merasa telah dirasuki seseorang baik hati. Terlalu mustahil kenangan masa lalu yang amat menyakitkan bisa terlupakan hanya dengan sekejap mata.

"Ra! Woi!"

Senggolan penuh tenaga beserta sentakan nyaring Anaya sontak mengambil alih kesadarannya. Flora mengerjapkan mata berulang kali, mencoba menetralkan kondisi.

"Ra, lo abis kesurupan?" Anaya dan mulut tanpa saringan selalu membuat tangan Flora gatal.

Sementara Jihan sibuk menjilat lolipop sambil memainkan ponsel, sesekali melirik dua manusia yang entah membahas apa. Dia mengaku pasif kalau merasa tidak berminat nimbrung ke dalam obrolan temannya. Lagi pula, dia terlalu nyaman menikmati kegiatan men-scroll beranda sosial media.

Flora mendelik, melayangkan satu pukulan cukup keras di bahu cewek berhidung bak perosotan itu. "Mulut lo ya!"

"Lagian, tiba-tiba ngelamun gitu. Serem," ungkap Anaya, mengelus bekas sentuhan kasar temannya. "Duh, jahat banget, sih," keluhnya kemudian.

"Ya maaf. Sakit banget, ya?" Flora beringsut mendekat, turut mengusap bahu temannya. Berharap Anaya tidak sedang mengambil kesempatan dalam kesempitan.

"Kayaknya bakal sembuh kalau dibeliin bakso plus es teh manis."

Flora langsung mengubah wajah menjadi datar diiringi pemberian hadiah tambahan berupa pukulan sama kerasnya di bagian lain, yaitu paha. Anaya pun memekik kesakitan seraya mengelus area bekas sasaran cewek di sampingnya sebelum tertawa keras karena berhasil membuat Flora kesal.

Jauh dari kebisingan dua temannya, Jihan terbawa arus tenang ketika jemari lentik membawa layar naik-turun beraturan. Ponsel pintar selalu bisa menghadirkan informasi aktual, menarik, serta memusatkan fokusnya. Tak terasa waktu terbuang sia-sia hanya untuk mendeteksi berbagai akun seleb fenomenal penghuni setia beranda sosial media. Namun, dia sempat dibuat terkejut tatkala mata sipitnya menangkap foto dua manusia sedang mengumbar kemesraan. Wajah mereka dipenuhi binar bahagia, tampak jelas hubungan lebih dari teman melekat hanya dengan meneliti seragam pasangan yang terpampang menghiasi tubuh keduanya.

Jihan pun buru-buru menghentikan aksi gila Flora yang hampir melayangkan buku jurnal ke arah bawah bangku—tempat Anaya sedang bersembunyi. Menodongkan benda pipih keluaran terbaru tepat di hadapan cewek berpipi gembul, tetapi berbadan kurus itu.

"Dia bukannya Fiona, ya?" Jihan melontarkan pendapat yang tentu saja langsung menarik perhatian Anaya.

Ketiganya kompak saling memandangi potret kebersamaan pasangan muda yang tampak jatuh cinta. Cewek berparas cantik mirip Fiona—versi baru menginjak remaja—berdiri tegap menghadap kamera dengan seorang cowok di sampingnya lengkap beserta tangan yang dikalungkan pada pundak si cewek kontras begitu bahagia manakala keduanya tersenyum lebar seakan sengaja menunjukkan kedekatan sebagai pasangan.

"Lo kenal cowoknya, Ra?" Giliran Anaya bertanya, masih memperhatikan detail foto berlatar belakang restoran itu.

Flora menggeleng pelan. Detik kemudian memilih menjauhkan ponsel milik Jihan dari hadapannya. Kebetulan, Rizal sudah berdiri menunggu di ambang pintu kelas. Seperti biasa, mereka menikmati momen berangkat dan pulang sekolah bersama.

Memberi senyuman lebar, Flora bergegas mengambil tas. Mengabaikan gumaman dua temannya yang masih disibukkan mencari tahu identitas laki-laki di foto sebelah Fiona.

"Gue duluan, guys!"

Walaupun tanpa mendapat jawaban, Flora tak peduli. Dia terus melangkah pergi. Menarik kuat lengan Rizal menghindari kadar penasaran cowok itu yang sering membuat Flora darah tinggi. Tetap saja hati kecilnya masih bertanya-tanya perihal hubungan antara dua manusia dalam foto tadi.

'Apa benar cowok itu pacarnya Fiona?'

Akan tetapi, detik kemudian Flora menggelengkan kepala. Menyingkirkan pikiran aneh yang hinggap di sana.

Bersambung

Bab terkait

  • Twins Problem   06 | Tuduhan Palsu

    Kasih sayang orang tua adalah anugerah terindah–"Mikirin apa?" Rizal menolehkan kepala menyamping, meneliti ekspresi bimbang yang terpampang jelas menghiasi wajah cantik kekasihnya.Sedari awal memasuki mobil, Flora memang terlihat sibuk memikirkan sesuatu. Entah hal apa yang berhasil memenuhi otak gadisnya, tetapi Rizal belum memutuskan menanyakan secara langsung atas rasa penasaran dalam dirinya. Menunggu beberapa menit kemudian berharap Flora segera membuka mulut, sekadar mencairkan suasana seperti biasa. Namun, sampai perempatan— jalanan hampir memasuki komplek perumahan, cewek itu terus-menerus bungkam.Maka, Rizal menceletuk bertepatan lampu merah menyala terang. Mengalihkan seluruh pusat perhatian dari jalanan ke pahatan tanpa celah milik sang dambaan hati. Walau sudah melambungkan suara, nyatanya kesadaran Flora belum juga kembali. Menghela napas panjang, tangan Rizal pun terulu

  • Twins Problem   07 | Kesalahpahaman Membesar

    Keadilan perlu ditegakkan demi menciptakan keharmonisan–Hawa sekitaran mulai memanas. Dua manusia berstatus sebagai ibu dan anak saling melemparkan pancaran berbeda. Keheningan meluap bebas tanpa ada seorang pun menghancurkan dengan seuntai kalimat penenang. Bagai penonton gratisan, Fiona tampak terkejut mengetahui kesalahpahaman itu. Namun, belum berani menengahi amarah Prisha yang membludak drastis.Berbanding jauh oleh Flora. Cewek itu amat terkesiap mendapat reaksi spontan berupa sentuhan fisik yang sebenarnya diidam-idamkan. Nahas, bukan seperti harapan yang dipenuhi kasih sayang, justru berbentuk luka kepalang dalam. Memunculkan nyeri sampai ke ulu hati. Tak bisa berkata banyak—sekadar menyalahkan tuduhan—karena terlanjur diredam kekecewaan."Ma ....

  • Twins Problem   08 | Permintaan Mutlak

    Seindah apapun hidup seseorang, pasti memiliki masa kejam yang membuat orang lain terkena imbas–"Mama!"Fiona tidak sanggup lagi mendengar lontaran kejam bagai belati mendarat mulus melalui bibir wanita paling dia sayang. Mungkin terdengar konyol kalau sifat lemah lembut Prisha selama enam belas tahun ini berubah sekejap mata menjadi seperti kerasukan setan. Antara mustahil terjadi dengan meragukan kasih sayang yang terus dia dapatkan.Beban pikirannya bertambah. Tak lagi mencakup perihal dunia remaja, melainkan menyebar hingga pertengkaran keluarga. Lingkup terlampau jauh baginya mengingat belum genap memasuki masa penuh pilihan. Namun, dia dituntut lebih dewasa dalam menangani kasus yang melibatkan saudaranya ini. Entah sanggup atau tidak, harapan tinggi menjulang selalu terulur kepada Tuhan. Melibatkan seluruh pihak sebagai bahan tambahan guna memperlancarkan serentetan doa.

  • Twins Problem   09 | Cemburu dan Iri

    Rasa iri normal terjadi. Yang tidak wajar ketika dibiarkan menguasai diri–Tak lagi melewati pekarangan rumah adalah rutinitas baru anak bungsu Wijaksana. Kehadiran yang justru dianggap bakteri menimbulkan lara menganga teramat pilu. Amanah Prabu terpaksa dilakoni demi mengharapkan kepulihan sosok kesayangan. Flora memandang miris tiap kali melirik bangunan megah menjulang indah. Dia seperti orang asing yang numpang hidup di sana. Tiga hari berlalu begitu berat. Pijakan kaki terkulai lemah acap kali memasukkan badan melalui pintu belakang. Prisha selalu menunggu kepulangan anak tercinta, mustahil dapat menghindari sorot nyalang ketika leluasa melewati pintu utama.Flora ingin cepat-cepat melihat senyum merekah penuh pesona di bibir Prisha, walau itu tidak diperuntukkan baginya. Sudah cukup hanya lewat perantara saja. Efek bahagia dapat menular begitu saja. Sederhana, tetapi sulit terlaksana. Apa lagi dia gagal tur

  • Twins Problem   10 | Tentang Kasih Sayang

    Tanpa disadari, banyak orang sekitar yang menyayangimu sepenuh hati–Pertanyaan gamblang kala sibuk merenung mengakibatkan waktu setengah jam istirahat terbuang sia-sia. Perut yang sedari pagi mengomel minta diberi asupan, nyatanya harus mengkerut menahan nyeri mati-matian. Flora tidak berbohong tentang jawaban sudah sarapan. Iya, makan roti pakai selai strawberry satu biji. Lalu meneguk separuh susu sajian sendiri. Sarapan praktis nan kurang mengenyangkan.Mengaduh terus-menerus sepanjang pembelajaran, Jihan memutuskan meminta izin untuk mengantar teman sebangkunya pergi ke UKS. Sekalian juga menabung tidur sebentar biar nanti malam puas maraton drama baru, ungkapnya jujur manakala kaki menyusuri koridor sunyi. Melewati banyak ruangan memicu rasa penasaran dua manusia berseliweran itu, meski sesekali Flora mencengkeram rok bagian bawah, merasakan gejolak perih mengoyak habis perutnya.Cewek i

  • Twins Problem   11 | Berdua Selamanya

    Kamu tidak sendirian. Aku selalu bersamamu – "Bimbel kamu jadi gimana?" Flora menolehkan kepala, mengganti perhatian dari pemandangan jalanan menuju wajah tampan sang kekasih. Beruntung pikiran mengajak berdamai sejenak, menghalau beragam teka-teki maupun beban yang hendak mendekam. Akan tetapi, hal itu agaknya tidak berlangsung lama. Sebab, laki-laki mengemudikan kendaraan ini menyulut masalah baru, menggali sesuatu yang membuat otak berputar guna mencari jawaban paling tepat. Tak lekas mendapat sahutan, Rizal mencoba menggerakkan bola mata sekilas disela kesibukan memutar-mutar setir. Tampaknya cewek berambut kecokelatan itu dilahap lamunan panjang. Tentu saja tatapan kosong tercipta ditunjang dengan badan yang enggan bergerak bak patung. Menghela napas kasar, Rizal bingung menanggapi sifat kekasihnya akhir-akhir ini. Flora terlihat

  • Twins Problem   12 | Laki-laki Misterius

    Syukuri orang-orang sekitar yang memedulikanmu–Begadang membantu mengurus wanita tersayang membuat mata teramat berat sekadar terbuka guna memperhatikan pelajaran. Gerakan menguap berulang kali mengambil perhatian dua temannya. Anaya pun mendukung aksi tiduran Flora yang berujung terlelap pulas, tertinggal beberapa materi penting seputar pelajaran favorit. Sangat tidak beruntung dirinya gagal mendapat kesempatan menjadi anak teladan.Berhubung kelas bukanlah tempat paling ampuh untuk menuju alam mimpi, Flora berjalan ogah-ogahan memasuki perpustakaan. Hawa dingin langsung menghampiri, menyergap tubuh melalui celah seragam. Benar-benar ruangan ternyaman di seluruh sekolah. Dia hanya baru menyadari saja betapa nikmat mendekam lama-lama di dalam tempat berbau buku.Indra penglihatan melebar menemukan tempat kesukaan terang-terangan menyambut bahagia. Kaki bergerak cepat menghampiri bangku pojokan. Duduk tegap sepersekian detik sembari mengedarkan pan

  • Twins Problem   01 | Dua Pilihan

    Ketidakadilan itu nyata terasa ketika keluargalah pelaku sesungguhnya.–"Mama kok bawa dia ke sini?"Suara melengking khas cewek pubertas disertai wajah memerah padam ditunjang alis menukik tajam sarat akan emosi meledak-ledak. Iris kecokelatan bagai pisau tajam menghunus bergantian ke arah dua manusia di hadapannya. Semakin memancarkan kobaran api kala bersinggungan dengan mata indah milik perempuan berwajah sedikit mirip dengannya.Boneka beruang yang ada dalam dekapan pun terus bergerak seiring kedua tangannya terkepal erat. Benar-benar menyiratkan kebencian mendalam melalui sorot tajam bak elang. Dia melupakan keberadaan sosok berharga di sebelah. Semua berganti menjadi mimpi buruk. Kehadiran seseorang yang tak pernah diharapkan tiba-tiba berada dalam satu atap lagi dengannya."Jawab, Ma! Kenapa dia ada di sini?""Flora! Dia kakak kamu!"&nb

Bab terbaru

  • Twins Problem   12 | Laki-laki Misterius

    Syukuri orang-orang sekitar yang memedulikanmu–Begadang membantu mengurus wanita tersayang membuat mata teramat berat sekadar terbuka guna memperhatikan pelajaran. Gerakan menguap berulang kali mengambil perhatian dua temannya. Anaya pun mendukung aksi tiduran Flora yang berujung terlelap pulas, tertinggal beberapa materi penting seputar pelajaran favorit. Sangat tidak beruntung dirinya gagal mendapat kesempatan menjadi anak teladan.Berhubung kelas bukanlah tempat paling ampuh untuk menuju alam mimpi, Flora berjalan ogah-ogahan memasuki perpustakaan. Hawa dingin langsung menghampiri, menyergap tubuh melalui celah seragam. Benar-benar ruangan ternyaman di seluruh sekolah. Dia hanya baru menyadari saja betapa nikmat mendekam lama-lama di dalam tempat berbau buku.Indra penglihatan melebar menemukan tempat kesukaan terang-terangan menyambut bahagia. Kaki bergerak cepat menghampiri bangku pojokan. Duduk tegap sepersekian detik sembari mengedarkan pan

  • Twins Problem   11 | Berdua Selamanya

    Kamu tidak sendirian. Aku selalu bersamamu – "Bimbel kamu jadi gimana?" Flora menolehkan kepala, mengganti perhatian dari pemandangan jalanan menuju wajah tampan sang kekasih. Beruntung pikiran mengajak berdamai sejenak, menghalau beragam teka-teki maupun beban yang hendak mendekam. Akan tetapi, hal itu agaknya tidak berlangsung lama. Sebab, laki-laki mengemudikan kendaraan ini menyulut masalah baru, menggali sesuatu yang membuat otak berputar guna mencari jawaban paling tepat. Tak lekas mendapat sahutan, Rizal mencoba menggerakkan bola mata sekilas disela kesibukan memutar-mutar setir. Tampaknya cewek berambut kecokelatan itu dilahap lamunan panjang. Tentu saja tatapan kosong tercipta ditunjang dengan badan yang enggan bergerak bak patung. Menghela napas kasar, Rizal bingung menanggapi sifat kekasihnya akhir-akhir ini. Flora terlihat

  • Twins Problem   10 | Tentang Kasih Sayang

    Tanpa disadari, banyak orang sekitar yang menyayangimu sepenuh hati–Pertanyaan gamblang kala sibuk merenung mengakibatkan waktu setengah jam istirahat terbuang sia-sia. Perut yang sedari pagi mengomel minta diberi asupan, nyatanya harus mengkerut menahan nyeri mati-matian. Flora tidak berbohong tentang jawaban sudah sarapan. Iya, makan roti pakai selai strawberry satu biji. Lalu meneguk separuh susu sajian sendiri. Sarapan praktis nan kurang mengenyangkan.Mengaduh terus-menerus sepanjang pembelajaran, Jihan memutuskan meminta izin untuk mengantar teman sebangkunya pergi ke UKS. Sekalian juga menabung tidur sebentar biar nanti malam puas maraton drama baru, ungkapnya jujur manakala kaki menyusuri koridor sunyi. Melewati banyak ruangan memicu rasa penasaran dua manusia berseliweran itu, meski sesekali Flora mencengkeram rok bagian bawah, merasakan gejolak perih mengoyak habis perutnya.Cewek i

  • Twins Problem   09 | Cemburu dan Iri

    Rasa iri normal terjadi. Yang tidak wajar ketika dibiarkan menguasai diri–Tak lagi melewati pekarangan rumah adalah rutinitas baru anak bungsu Wijaksana. Kehadiran yang justru dianggap bakteri menimbulkan lara menganga teramat pilu. Amanah Prabu terpaksa dilakoni demi mengharapkan kepulihan sosok kesayangan. Flora memandang miris tiap kali melirik bangunan megah menjulang indah. Dia seperti orang asing yang numpang hidup di sana. Tiga hari berlalu begitu berat. Pijakan kaki terkulai lemah acap kali memasukkan badan melalui pintu belakang. Prisha selalu menunggu kepulangan anak tercinta, mustahil dapat menghindari sorot nyalang ketika leluasa melewati pintu utama.Flora ingin cepat-cepat melihat senyum merekah penuh pesona di bibir Prisha, walau itu tidak diperuntukkan baginya. Sudah cukup hanya lewat perantara saja. Efek bahagia dapat menular begitu saja. Sederhana, tetapi sulit terlaksana. Apa lagi dia gagal tur

  • Twins Problem   08 | Permintaan Mutlak

    Seindah apapun hidup seseorang, pasti memiliki masa kejam yang membuat orang lain terkena imbas–"Mama!"Fiona tidak sanggup lagi mendengar lontaran kejam bagai belati mendarat mulus melalui bibir wanita paling dia sayang. Mungkin terdengar konyol kalau sifat lemah lembut Prisha selama enam belas tahun ini berubah sekejap mata menjadi seperti kerasukan setan. Antara mustahil terjadi dengan meragukan kasih sayang yang terus dia dapatkan.Beban pikirannya bertambah. Tak lagi mencakup perihal dunia remaja, melainkan menyebar hingga pertengkaran keluarga. Lingkup terlampau jauh baginya mengingat belum genap memasuki masa penuh pilihan. Namun, dia dituntut lebih dewasa dalam menangani kasus yang melibatkan saudaranya ini. Entah sanggup atau tidak, harapan tinggi menjulang selalu terulur kepada Tuhan. Melibatkan seluruh pihak sebagai bahan tambahan guna memperlancarkan serentetan doa.

  • Twins Problem   07 | Kesalahpahaman Membesar

    Keadilan perlu ditegakkan demi menciptakan keharmonisan–Hawa sekitaran mulai memanas. Dua manusia berstatus sebagai ibu dan anak saling melemparkan pancaran berbeda. Keheningan meluap bebas tanpa ada seorang pun menghancurkan dengan seuntai kalimat penenang. Bagai penonton gratisan, Fiona tampak terkejut mengetahui kesalahpahaman itu. Namun, belum berani menengahi amarah Prisha yang membludak drastis.Berbanding jauh oleh Flora. Cewek itu amat terkesiap mendapat reaksi spontan berupa sentuhan fisik yang sebenarnya diidam-idamkan. Nahas, bukan seperti harapan yang dipenuhi kasih sayang, justru berbentuk luka kepalang dalam. Memunculkan nyeri sampai ke ulu hati. Tak bisa berkata banyak—sekadar menyalahkan tuduhan—karena terlanjur diredam kekecewaan."Ma ....

  • Twins Problem   06 | Tuduhan Palsu

    Kasih sayang orang tua adalah anugerah terindah–"Mikirin apa?" Rizal menolehkan kepala menyamping, meneliti ekspresi bimbang yang terpampang jelas menghiasi wajah cantik kekasihnya.Sedari awal memasuki mobil, Flora memang terlihat sibuk memikirkan sesuatu. Entah hal apa yang berhasil memenuhi otak gadisnya, tetapi Rizal belum memutuskan menanyakan secara langsung atas rasa penasaran dalam dirinya. Menunggu beberapa menit kemudian berharap Flora segera membuka mulut, sekadar mencairkan suasana seperti biasa. Namun, sampai perempatan— jalanan hampir memasuki komplek perumahan, cewek itu terus-menerus bungkam.Maka, Rizal menceletuk bertepatan lampu merah menyala terang. Mengalihkan seluruh pusat perhatian dari jalanan ke pahatan tanpa celah milik sang dambaan hati. Walau sudah melambungkan suara, nyatanya kesadaran Flora belum juga kembali. Menghela napas panjang, tangan Rizal pun terulu

  • Twins Problem   05 | Siapa Dia?

    Gerakan spontan adalah kejujuran–Flora berjalan menepi, masih mencengkeram kuat pergelangan tangan cewek di belakangnya. Menuntut Fiona bergerak mengikuti tanpa menerima penolakan sedikit pun. Jauh dari dugaan yang sempat hinggap dalam pikiran, cewek berperawakan lebih kurus itu justru diam menurut seolah pasrah saja hendak dibawa ke mana oleh sang adik. Tentu saja beragam pikiran berkecamuk liar menutupi luapan amarah yang sempat meraup habis menutupi akal sehat.Berbelok memasuki ruang kelas XI-IPA 2, cekalan Flora akhirnya terlepas. Dua siswi berwajah hampir sama saling berhadapan, menyembulkan sorot masing-masing. Air muka cewek bernama lengkap Flora Gavesha Wijaksana berubah bingung manakala menangkap tatapan kosong Fiona. Ternyata jiwa cewek itu sedang menikmati dunia fantasi. Pantas saja rasanya Flora tengah menyeret benda, alih-alih manusia.Menajamkan indra, Flora dililit penasaran j

  • Twins Problem   04 | Luka dan Amarah

    Terlalu buru-buru adalah tindakan paling merugikan.–Fiona sudah bersiap membawa tubuh ke luar ruangan. Kebetulan sempat menangkap sosok adik kembarannya melintas bersama dua cewek yang pernah melakoni perkenalan singkat bernama Anaya Anvika dan Jihan Farahah. Ada keinginan memiliki hubungan lebih dekat dengan mereka melihat betapa asiknya ketiga cewek itu bercengkrama di tengah padatnya lalu lintas area sekolah saat ini.Anggap saja sebagai pembentukan eksistensi agar namanya bisa sebagus di sekolahnya dulu. Maka perlu berbagai upaya, salah satu cara adalah dengan menempeli Flora. Dia sempat mengira adiknya tidak akan mengambil predikat siswi terkenal di tempat semegah SMA Tunas Harapan yang digadang-gadang selalu sukses mengeluarkan ratusan murid berprestasi setiap tahun. Akan tetapi, mengingat nilai rapor sodoran Prabu semalam serta meneliti langsung setiap pergerakan membuktikan atensi Flora benar-benar nyata.

DMCA.com Protection Status