Share

2

Author: MyLunar
last update Last Updated: 2022-12-24 22:06:54

"Lo kok pakai baju kayak begini?" Sasa mengernyit tidak suka sembari membolak balikkan tubuh Nina untuk memastikan kedua bola matanya tidak salah lihat. Khusus di weekend yang cerah ini Sasa merelakan quality time bersama suami dan anaknya demi mendampingi Nina interview di tahap ke 2. Suprisingly, berkat Sasa akhirnya Nina lolos seleksi administrasi yang diumumkan tadi pagi dan siangnya langsung pergi bersiap untuk interview.

Nina memperhatikan penampilannya sekali lagi melalui kaca mobil. Tidak ada yang salah dengan penampilannya. Blouse putih dipadukan dengan rok span di bawah lututnya. Rambut dikuncir satu dengan rapi dan flat shoes hak 5 cm menghias kakinya. Dalam formulir, Nina digambarkan sebagai sosok yang rapi dan cinta kebersihan. Jadi, Nina berusaha mengambarkan image tersebut lewat penampilannya hari ini.

"Lo mau interview acara dating bukan magang."

"Ya terus gue harus pake baju apa?"

"Apa kek yang lebih attractive gitu misalnya baju seksi kek."

Nina mendengus, "Gue itu mau daftar acara dating bukan mau jadi lonte."

"Ganti baju sana!"

"Udah nggak keburu. Ayo jalan." Nina mengibaskan tangannya kemudian masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.

Sasa pusing kepalang main. Kalau begini jadinya bagaimana mungkin Nina bisa mengambil hati sang produser untuk meloloskannya. Sasa akui kalau Nina memanglah cantik. Tetapi penampilannya hari ini tidak menarik sama sekali untuk dibawa sebagai seorang entertrainer. Namun, mau bagaimana lagi cara mengatakannya kepada temannya yang terkenal bebal ini. Semoga saja pihak sana terketuk pintu hatinya saat melihat Nina. Paling tidak Nina bisa lah jadi finalis tambahan karena dia cantik.

Tak lama mereka akhirnya sampai. Ternyata lumayan banyak peserta yang sudah memenuhi gedung agensi. Ada sekitar 40 orang dari 1000 orang pendaftar yang lolos tahap administrasi, bergerombol dengan kelompoknya masing-masing. Boomingnya season pertama menyebabkan peminatnya semakin naik tahun ini. Terutama bagi pada jomblo abadi seperti Nina yang sudah lama mendambakan ingin mendapatkan sang pujaan hati.

Nina dan Sasa memasuki gedung agensi yang terlihat mewah. Agensi entertaiment terbesar di Indonesia dengan gedung 8 lantai. Furniturenya sangat kekinian dengan berbagai pernak pernik berbentuk hati yang mencerminkan image agensi pagi ini, khusus untuk audisi Find Your Love. Ada banner besar bertuliskan Find Your Love terpampang di depan pintu saat Nina dan Sasa melangkahkan kakinya memasuki area gedung.

Tidak terhitung berapa kali Sasa mengucapkan kata 'Wow' semenjak pertama kali memasuki gedung ini. Ada banyak visual bertebaran membuat wanita rahim anget seperti Sasa pun memulai fangirlingnya. Seolah lupa kalau dia adalah wanita yang sudah pernah melahirkan dan memiliki anak yang hendak akan beranjak 9 bulan. Nina akui, seperti yang Sasa bilang, para calon finalis yang lolos audisi ini bukanlah sembarang orang. Orang agensi memang paling tahu siapa yang pantas untuk masuk ke dunia hiburan walaupun hanya sebuah variety show. Mulai dari lelaki macho ala CEO di novel sampai kepada lelaki imut ala Kpop Idol dan daun muda yang masih fresh from the oven, atau tipe cowok cool bertato dengan jam tangan mahal melekat di pergelangannya.

Nina juga sebenarnya beberapa kali salah fokus, tetapi dia berusaha menutupinya saja. Nina tidak ingin memberikan first impression yang buruk karena mereka diawasi tindak tanduknya oleh para staf yang terlibat di acara ini. Bertingkah seperti wanita murahan yang gemar jelalatan kesana kemari sangatlah kurang pantas. Jadi mau tidak mau Nina menahan lirikan matanya yang tidak bisa diajak kompromi. Aduh! Baru begini saja Nina sudah oleng, bagaimana nanti kalau Nina lolos dan harus tinggal di asrama bersama salah satu dari mereka selama 30 hari? Nina bisa mimisan terus!

"Wah, gue nyesel udah kawin."

"Inget, Sa. Anak lo di rumah neneknya lagi minum asi dari botol dot." Peringat Nina. Sedangkan sang empu yang diperingatkan malah mengabaikannya dan sibuk jelalatan sambil cengengesan sendiri. Memang susah bergaul sama wanita gatal.

"Perhatian! Untuk calon finalis silahkan lakukan daftar ulang di meja sayap kanan. Bagi pendamping silahkan menunggu di ruang tunggu agar tidak mengganggu para peserta. Untuk sesi interview akan segera dimulai dan akan dibagi menjadi dua sesi. Pertama sesi 1 untuk perempuan dulu baru sesi 2 nanti untuk para laki-laki. Silahkan peserta laki-laki untuk ikut menunggu di ruang tunggu dan menikmati kudapan yang telah tersedia. Terimakasih!" Seseorang laki-laki dengan kaos bertuliskan Find Your Love mulai mengarahkan para peserta dengan ramah.

"Oke, ini saatnya kita berpisah. Jangan sia-siakan kepercayaan gue. Lo pasti bisa. Fighting!"

Nina memutarkan bola matanya dengan malas. Sasa sudah seperti seorang ibu yang mengantarkan anaknya tes masuk kuliah. Akhirnya Nina pun berjalan terus menuju ruangan di sayap kanan meninggalkan Sasa tanpa kata perpisahan. Karena dia tahu, Sasa akan sangat baik-baik saja ditinggalkan dengan para lelaki tampan itu.

***

"Gimana tadi, Nin?" Sasa menyetir mobil dengan ekspresi lebih cerah daripada saat berangkat tadi. Memang luar biasa efek dari pada kaum good looking ya. Sasa yang biasanya tidak sabaran pun bisa berada di dalam good mood seperti ini. Nina masih bisa ingat bagaimana Sasa menyambutnya dengan senyuman manis di ruang tunggu, padahal Nina interview hampir dua jam lamanya.

"Lancar." Singkatnya. Nina memilih memejamkan mata karena merasa lelah.

"Yakin? Kok kayak sendu gitu muka lo? Pasti lo jawab aneh-aneh ya." Tebak Sasa yang dibalas desahan lelah dari teman disebelahnya. 

"Nggak. Nggak salah lagi." Ujar Nina santai. Sasa sendiri sudah menduganya sejak awal. Tetapi entah mengapa Ia tidak marah. Mungkin karena sudah puas memanjakan matanya di ruang tunggu. 

SESI 1 INTERVIEW

"Peserta nomor 4 dipersilahkan memasuki ruang interview." Nina bergegas mengecek kembali nomor yang tertera pada ID Cardnya. Kemudian dengan tergesa merapikan rambutnya yang tergerai akibat ikat rambut satu-satunya putus. Nina tergesa merapikan bajunya dan masuk ke dalam ruangan.

Ruangan itu tidak terlalu besar. Tampak seperti ruangan rapat dengan meja bundar yang agak besar. Ada papan tulis dan monitor untuk presentasi. Nina sempat terkejut karena akan mengira dia harus mempresentasikan dirinya karena dia tidak membawa bahan apapun. Tapi ternyata setelah dia berdiri untuk memperkenalkan diri, monitor di belakangnya tiba-tiba menampilkan desain poster Find Your Love yang pernah dilihatnya di I*******m.

"Kita santai saja ya Nina. Nggak usah tegang." Ucap seorang wanita berkacamata dengan gaya kasual yang Nina ketahui sebagai produser acara ini.

"Kalau boleh tahu alasan Nina mendaftar acara ini untuk apa?" Tanya sang produser.

Mau cari cowok lah masa mau cari pembantu. "Saya ingin mencoba mencari laki-laki yang saya impikan. Saya lelah terus berkelana kesana kemari tapi tidak ada laki-laki yang berhasil merebut hati saya. Saya juga ingin seperti teman-teman yang lain, merasakan bagaimana jantung mereka berdegub kencang, bagaimana adrenalin mereka terpacu saat menggenggam tangan pacarnya, bagaimana rasanya pipi bersemu saat mendengar pujiannya. Jadi saya ingin menantang diri di acara ini, apakah saya akan menemukan lelaki seperti itu dan membiarkan takdir menggiring saya menuju lelaki itu." Wow, apik sekali kebohongan yang dilontarkannya ini. Tidak heran dulu saat sekolah Nina selalu dipilih rekan kelompokknya untuk melakukan presentasi.

"Kalau misalnya kalian ternyata nggak bersama di final nanti, apa yang akan kamu lakukan?"

"Saya akan pergi dengan lapang kok. Saya juga tidak terlalu berambisi harus mendapatkan pasangan melalui acara ini. Yang penting saya tau rasanya jatuh cinta walaupun sesaat. Saya selalu bahagia melihat orang yang saya sukai berbahagia, walaupun bukan saya alasan kebahagiaannya itu." Halah tai, mana ada manusia kayak gitu.

Produser mengangguk, "Disini Nina menuliskan kekurangan Nina adalah kurang romantis dalam hal percintaan. Maksudnya gimana ya?"

"Saya tidak bisa berkata-kata manis. Saya tipe orang yang menunjukkan semuanya lewat tindakan. Soalnya mulut manusia itu bisa berbohong, tetapi tingkah laku kita tidak akan bisa mengelabui."

"Tipe idealmu seperti apa?"

"Saya suka cowok yang bisa menghargai wanita dan bisa diajak komunikasi dengan baik. Menurut saya itu adalah kunci hubungan jangka panjang. Saya sudah tidak muda lagi, jadi saya kesini bukan ingin mencari pacar tetapi calon suami."

"Oke, terakhir menurut kamu, kamu ini orangnya seperti apa?"

Wah, pertanyaan menjebak, "Engg--saya orangnya biasa aja."

Sang produser mengernyitkan dahinya. Tanda tidak puas dengan jawaban Nina, "Itu saja?"

Nina kemudian mengangguk, "Saya bukan super hero yang sempurna. Saya cuman manusia biasa. Saya bukan perempuan lembut seperti yang diidamkan para lelaki, saya juga nggak punya bakat untuk menjadi wife material, saya juga bukan orang yang penyabar. Tetapi, saya juga punya kelebihan walaupun tidak sempurna sepenuhnya. Saya berharap ada sosok yang mau menerima saya apa adanya, karena saya juga orangnya nggak neko-neko."

"Hm, oke." Produser kemudian berbisik kepada orang disebelahnya sembari menggelengkan kepalanya heran. Sesekali keningnya mengkerut tanda tak setuju dengan pendapat rekannya.

Nina menunggu sambil mengetuk-ngetuk kakinya pelan. Kakinya pegal akibat berdiri dengan heels 5 cm tanpa disuruh duduk. Nina bukan penggemar heels, dia lebih suka menggunakan sneakers saat bekerja. Dalam hatinya Nina mengomel melihat produser tengah berdiskusi alot dengan rekan disebelahnya yang tidak Nina ketahui apa tugasnya. Nina ingin segera keluar dari ruangan ini dan tidur siang. Perlu energi yang banyak bagi Nina untuk keluar di minggu yang cerah ini dan bertemu dengan banyak orang. Rasanya Nina sudah lelah sekali.

"Oke, silahkan keluar ya Nina. Pengumumannya minggu depan. Semoga berhasil!"

****

"Sasa udah cerita semuanya, kamu ngapain ikut audisi acara begituan sih, Ninn." Ibunya mengomel dengan gemas. Seperti siap menyantap Nina dengan oseng-oseng kangkung yang baru dibuatnya sore tadi. Nina sendiri hanya bisa meringis mendengar omelan sang ibu. Sasa sialan! Satu dunia lama-lama bisa tahu jika Nina ikut acara dating show. Dasar wanita ular.

"Nina awalnya juga nggak mau, Bu. Tapi dipaksa sama Sasa."

"Ya ngapain juga kamu harus menurut? Kamu itu ndak hidup dibawah kakinya Sasa toh. Kalau bapak tau bisa murka beliau."

"Belum tentu Nina lolos, Bu. Nggak usah khawatir." Ujar Nina tenang. Kenapa juga orang-orang disekitarnya harus membuat hal ini sesuatu yang besar? Toh, bukannya pasti Nina akan lolos. Nina masih ingat bagaimana wajah produser yang terlihat ragu di akhir wawancara. Nina yakin dia tidak akan meloloskannya dengan mudah. Hei, ayolah ini acara hiburan. Tentu saja mereka mencari talent yang mampu menarik perhatian massa. Apalagi season 1 yang sangat terkenal hingga trending berhari-hari. Tentu saja harga diri mereka akan jatuh jika meloloskan manusia seperti Nina.

"Ibu senang kalau kamu ada keinginan mencari jodoh sendiri. Tapi nggak begini caranya. Kamu pikir ibu nggak tahu acara seperti apa itu? Itu salah satu acara favorit ibu juga tahu." Nina sontak menganga. Jadi selama ini ibunya satu sekutu dengan Sasa. Ck, pantas saja tahun lalu ibunya curhat sehabis menangis sesegukan di depan TV. Ibunya bilang dia merasa sedih karena Angel dan Zaki tidak bisa bersatu. Kabar-kabarnya Zaki lebih memilih Chelsea daripada Angel. Nina kira ibunya tengah menonton sinetron yang memuat jalan cerita tentang cinta segitiga, ternyata acara Find Your Love toh.

"Kalau begitu kenapa ibu nggak setuju Nina ikut? Bukannya bagus ya ibu jadi punya jagoan yaitu anak ibu sendiri?" Nina menaikkan sebelah alisnya.

"Ibu ndak mau anak ibu yang ayu ini sakit hati karena lelaki. Kamu pikir acara itu diciptakan untuk berpasang-pasangan? Mereka kencan dengan orang yang berbeda setiap episode. Seperti selingkuh saja. Ibu ndak mau kamu disakiti sama lelaki disana."

"Itu kan bagian dari proses saling mengenal, Bu." Sahut Nina malas. Lagipula, Nina tidak mungkin sebodoh itu mau bertekuk lutut dibawah lelaki apalagi sampai jadi sad girl. Malah, Nina rencananya ingin mengencani semua finalis lelaki yang ada untuk mencari pengalaman berbeda. Lihat saja nanti, mungkin Nina yang akan membuat salah satu lelaki menangis diacara itu.

"Pokoknya ibu nggak ikut campur kalau sampai Bapak marah ya. Kamu tahu tidak kalau mereka tinggal di asrama dalam satu rumah dicampur-campur. Bisa-bisa Bapak datangi tempatnya sambil membawa parang." Ibunya menakut-nakuti.

"Ya, jangan bilang Bapak lah."

"Cepat atau lambat Bapak pasti tahu. Lebih baik kamu nanti bilang langsung dengan mulutmu sendiri sebelum orang lain yang mengatakannya."

"Bilang ke Bapak kalau pas sudah lolos aja, Bu. Lebih baik minta maaf daripada minta izin."

"Hush! Siapa yang ngajarin kamu begitu?"

"Ibu lah. Kan Nina yang sering bantu Ibu ngeles ke Bapak kalau mau izin ngumpul sama teman-teman. Kali ini Ibu juga harus bantu Nina dong." Nina menyeringai penuh kemenangan melihat wajah masam ibunya.

"Yo wes. Semoga anak ibu nggak lolos."

"Aamiin."

"Kalau nggak lolos, mau kan kenalan sama Mas Lingga?"

"Ya, nanti Nina pikirkan."

****

"Hah? Lolos audisi, Bang?" Seorang wanita paruh baya tengah memandangi ponsel anaknya. Karena ponselnya sedang di servis, sehingga Ia meminjam ponsel anaknya untuk mencari resep membuat Soto Lamongan. Tiba-tiba saja, masuk sebuah notifikasi dari email anaknya yang mengatakan anaknya telah lolos menjadi finalis Find Your Love. Anak lelaki disebelahnya pun mengambil kaca mata di meja dan ikut menilik di samping sang mama. Matanya mengernyit dan mendesah lelah.

"Aku nggak mau ikut, Ma." Decaknya sebal. Dia sudah terlalu pusing mengurus pekerjaannya yang tak kunjung selesai.

"Kasih tahu Anggit, Bang. Kan dia yang punya acara." Saran sang mama.

"Aku dengar nama aku disebut." Anggit datang menuruni tangga sembari membawa beberapa toples camilan yang kosong dan tumpukan kertas ditangannya dengan santai. Sedangkan sang abang sudah menatapnya dengan aura penuh permusuhan.

"Abang kamu lolos audisi...apa ini err-- acara yang kamu pegang itu lho."

Anggit tersenyum tenang, "Iyalah, kekuatan orang dalam gitu loh."

"Abang kan udah bilang nggak berminat, Git." Desah sang kakak yang menjadi korban kejahilan sang adik.

"Nggak apa-apa, Bang. Inget umur lah udah bau tanah masih aja jomblo. Mama udah mau menimang cucu tau. Iya kan, Ma?" Anggit mengedipkan matanya kepada sang mama. Sedangkan mamanya hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan anak bungsunya itu.

"Kenapa nggak kamu aja kasih Mama cucu duluan? Abang ikhlas kok dilangkahin adik sendiri."

"Anggit masih muda ya. Masih mau bersenang-senang." Ejek Anggit kepada sang kakak.

"Kalau kamu nggak mau nggak perlu dipaksa, Bang. Jodoh itu biar Gusti Allah yang atur sendiri." Ibunya menimpali. Kemudian mengambil toples kosong ditangan Anggit dan membawanya menuju dapur. Sengaja meninggalkan kedua anaknya untuk menyelesaikan urusannya sendiri.

"EH! JANGAN, BU! Nanti acara Anggit nggak bisa jalan kalau kurang finalisnya."

"Ya, cari aja pengganti abang. Kan yang daftar banyak." Abangnya masih bersikukuh menolak. Umurnya sudah mencapai kepala 3. Sudah seharusnya Ia mulai mencari istri, bukan bermain-main dengan ikut acara yang digarap sang adik sejak tahun lalu.

"Nggak bisa, Bang. Emangnya ganti talent seenak ganti popok bayi?" Anggit berseru kesal. Ia pun beranjak duduk disamping sang abang dan menyerahkan kertas berisikan formulir para finalis yang lolos.

"Nih, aku udah baik nih sama abangku tersayang. Ini formulir semua peserta cewek yang ikut. Siapa tau ada yang nyantol. Baca aja formulirnya disitu ada kelebihan, kekurangan, tipe ideal, dan lain-lain deh. Jadi abang nggak perlu repot perkenalan lagi."

Lelaki itu mengambil tumpukan kertas ditangan sang adik dengan malas. Ia membalik satu persatu biodata yang tertera di atas formulir. Harus Ia akui, 6 tahun bekerja di dunia entertaiment membuat adiknya pintar dalam memilih talent. Dari kelima wanita yang ada, semuanya memiliki paras yang cantik dan mungkin akan berhasil memikat hati penonton. Tetapi, ada satu wanita yang menarik perhatiannya. Bukan karena dia yang tercantik, hanya saja....deskripsi dirinya tampak biasa saja dibandingkan dengan empat wanita lainnya.

"Karenina Subagyo." Gumam lelaki itu pelan. Perlahan-lahan matanya menyusuri biodata singkat wanita itu,

"Jangan yang itu, Bang. Dia mah cuma pelengkap acara doang. Pemeran utamanya itu yang ini." Anggit bergegas menarik satu biodata dan menunjukkannya. "Mantan Miss Indonesia tahun 2020. Kanaya Wiranti Bahar."

"Kata kamu nggak settingan. Kok ada pemeran utama segala?"

"Emang nggak settingan. Cuman yang paling menarik nanti bakalan paling banyak dapat screentime buat menarik penggemar juga, Bang. Ya ujung-ujungnya rating juga sih."

"Ck, udahlah abang nggak bisa. Abang sibuk."

"Yah, jangan begitu dong. Ih, nggak kasihan sama aku? Udah bela-belain loh ini lolosin abang."

"Nggaklah! Siapa suruh kamu lolosin abang? Acara buat bocil kayak gitu masa abang disuruh ikut?"

"Enak aja bocil! Ini acara semua kalangan yang nonton tahu! Makanya jangan jadi manusia purba, Bang. Kalau nggak kerja, tidur mulu di kamar. Sekali-kali nonton TV."

"Nggak ah, acara TV sekarang nggak berbobot, contohnya kaya acara kamu ini. Settingan."

"Nggak settingan ih abang!"

Ibunya kemudian datang dengan toples yang terisi dengan camilan baru, "Sudah-sudah jangan berantem. Nggak enak didengar tetangga. Suara kalian itu kayak toa masjid tahu."

"Pokoknya abang harus ikut acara ini. Aku udah teken kontrak pakai tanda tangan abang. Kalau abang batalin sepihak nanti kena denda 50 juta." Anggit berlari ke atas kamarnya dengan membawa toples camilan yang sudah terisi. Seketika sang abang menyesali, kenapa dulu Ia membiarkan adiknya meniru tanda tangannya. 

Related chapters

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   3

    Nina harus rela terjaga pukul 5 pagi karena Sasa menelepon pagi buta demi memberitahukan bahwa Nina lolos menjadi salah satu finalis Find Your Love. Nina hanya punya waktu 3 hari untuk packing seluruh keperluannya selama di asrama dan teken kontrak dengan agensi. Jika ditanya bagaimana perasaan Nina, maka Ia akan menjawab biasa saja. Ia mengikuti acara itu hanya demi uang. Sebut saja Nina matre, tetapi siapa manusia yang tidak suka uang di dunia ini?Nina memutuskan untuk bangun setelah terdiam sejenak untuk mengumpulkan nyawanya. Ia memutuskan untuk membereskan tempat tidurnya sendiri hari ini. Hitung-hitung sebagai latihan karena tidak mungkin Nina membawa ART ke asrama. Nina ingin applause dengan dirinya sendiri karena berhasil merapikan tempat tidurnya, walaupun tidak serapih jika Aziza yang merapikannya. Sekarang, Nina tinggal memikirkan cara agar ayahnya setuju dengan keputusan Nina. Bagaimana pun Nina tidak mungkin bisa membatalkan kontraknya. Nasi sudah menjadi bubur, tinggal

    Last Updated : 2023-01-17
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   4

    "Baju sudah, dalaman sudah, catokan...eh nanti aja pas h-1 deh," Gumam Nina. Ia kini tengah menyicil barang yang harus dibawa untuk 30 hari ke depan. Setelah kongkalikong yang cukup alot dengan Bapak tadi pagi. Akhirnya Bapak mengizinkan Nina untuk ke asrama dengan syarat harus mengirimkan kabar setiap hari ke rumah. Tentu saja hal tersebut juga disambut baik oleh ibunya. Ibunya akan memanfaatkan Nina sebaik mungkin untuk mendapatkan spoiler tentang pasangan-pasangan disana. Tanpa memikirkan anaknya akan mendapatkan jodoh atau tidak."Udah kamu berangkat kantor sana. Biar ibu yang beresin nanti." Ibunya datang menyeret koper Nina ke samping. Kemudian mulai menggeledah isi lemari Nina yang berisikan banyak sekali baju. Bahkan Bapak sampai harus membuatkannya walk in closet agar baju-baju Nina mendapatkan kesempatan muat ke dalam lemari."Kalau baju jangan ibu deh. Nanti Nina malah dipilihkan baju gamis lagi. Nina bukannya mau qasidahan ya, Bu," Protes Nina. Nina masih ingat ketika per

    Last Updated : 2023-01-17
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   5

    "Bisa tanda tangan disini ya." Anggit mengarahkan Map merah jambu ke arah Nina. Tentu saja tidak langsung disetujui oleh Nina. Ia memilih untuk membaca terlebih dahulu isi kontrak yang tertera. Jaga-jaga kalau saja ada poin yang merugikan Nina."Tidak boleh membawa handphone...." Gumam Nina. Kemudian Ia mengangkat wajahnya untuk melihat Anggit yang masih setia tersenyum manis dihadapannya, "Kalau nggak boleh bawa handphone, gimana nanti saya mau hubungi keluarga? Atau kalau ada telepon penting dari kantor? Saya kan bukan pengangguran Mbak." Mungkin Nina terdengar agak sewot. Tapi sebenarnya Nina berbicara dengan nada yang sangat santai. Bagaimana pun juga kekhawatirannya tidak bisa menghubungi Bapak selama acara menjadi faktor utama kegelisahannya. Nina lebih takut jika Bapak akan benar-benar datang untuk mengobrak abrik agensi.Anggit tersenyum tenang, "Nanti kami akan berikan handphone khusus yang akan digunakan ketika di dalam asrama. Soalnya nanti setiap malam pihak staf akan meng

    Last Updated : 2023-01-17
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   6

    Day 1Nina bersusah bayah menggeret koper besarnya menuju asrama. Jalanan yang menanjak membuat Nina menyesali keputusannya menggunakan heels. Kurang ajar! Baru hari pertama Nina merasa sudah dianak tirikan saja oleh pihak staf. Bagaimana tidak, pihak staf tiba-tiba saja membatalkan perjanjiannya secara sepihak. Harusnya kemarin Nina akan merekam video singkat tentang kesehariannya di kantor. Tapi karena alasan harus merekam terlebih dahulu 'A day in my life' dari salah satu peserta lainnya, akhirnya Nina harus merekam videonya hari ini, tepat dimana hari shooting dimulai. Merekam video memerlukan beberapa kali take sehingga memakan waktu hampir 5 jam hanya untuk Nina saja. Harusnya dari jam 9 Nina sudah berangkat menuju asrama, namun karena rekaman sialan itu Nina baru sampai saat matahari tepat di atas kepalanya.Nina sampai di depan pintu sambil mengaduh pelan. Mulutnya tak berhenti mengumpat-ngumpat sejak turun dari mobil. Ia pun menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya dan menge

    Last Updated : 2023-01-17
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   7

    Setelah perkenalan singkat Adam, mereka memutuskan untuk melakukan tur singkat di asrama yang sebenarnya lebih pantas disebut guest house. Rumah berlantai 1 itu memiliki ruang tamu yang cukup luas dan langsung bertemu dengan dapur. Sedangkan diseberang bangunannya terdapat 4 kamar yang akan mereka tinggali. Dua gedung ini dipisahkan oleh taman dan kolam renang dengan meja makan besar di depannya. Nina sampai berpikir, apakah pihak produksi tidak akan rugi menyediakan fasilitas segini banyaknya kepada mereka.Setelah diskusi singkat, Nina akhirnya sekamar dengan Chelsea. Tentu saja Nina dengan senang hati menerimanya. Nina pikir kepribadian mereka cukup mirip. Nina juga selalu mengidam-ngidamkan sosok adik perempuan. Jujur saja, memiliki Gilang sebagai adiknya tidaklah menyenangkan.Nina dan Chelsea pun menyusun koper mereka ke dalam walk in closet yang menyatu dengan kamar mandi. Seperti dugaan Nina, Chelsea membawa lebih banyak barang darinya. Bahkan

    Last Updated : 2023-01-24
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   8

    Ezra memutuskan untuk membuat Aglio E Olio, Mac n Cheese, dan Taco sebab Ilham terus mengeluh kelaparan. Jadi Ia akan membuat sesuatu yang kemungkinan tidak memakan banyak waktu. Nina sendiri berniat untuk menolongnya sekaligus ingin menunjukkan pesonanya melalui masak. Tapi sudah beberapa kali Nina menawarkan bantuan, Ezra tidak menggubrisnya dan malah sibuk sendiri dengan dunianya. "Ada yang bisa gue bantu nggak?" Tanya Nina untuk yang ketiga kalinya. Dirasa tidak mendapatkan jawaban, Nina memilih untuk inisiatif mengambil pisau dan memotong daging untuk isian Taco. Keduanya bekerja dalam diam, mungkin Ezra bahkan tidak menyadari kalau ada Nina di sisinya. Kemudian Kanaya datang setelah berganti dengan baju santai. Barefacenya justru malah membuatnya terlihat semakin cantik. Nina yang masih menggunakan make up saja merasa jauh lebih kucel. "Aku bisa bantu apa nih?" Tawarnya. "Potongin bawang bombay sama tomat." Sahut Ezra cepat, bahkan

    Last Updated : 2023-01-25
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   9

    Day 2Nina rencananya akan bangun pagi-pagi sekali untuk mengecek keadaan restaurant sebentar. Tetapi mau dikata apalagi, nyatanya Ia malah terbangun pukul 11 siang gara-gara sibuk begadang sampai jam 3 pagi.Nina melihat kasur disebelahnya, Chelsea ternyata lebih parah darinya. Gadis itu masih terlelap, sibuk mengarungi alam mimpi. Ia pun merenggangkan tubuh sejenak sebelum kemudian menuju dapur. Ia harus membuat sesuatu karena perutnya meraung-raung minta diisi.Suasana asrama terlihat sepi. Mungkin beberapa orang sudah pergi bekerja sejak pagi tadi. Jadi, Nina memutuskan untuk membuat jus dan toast saja pagi ini. Karena jika memasak makanan berat akan memakan waktu terlalu lama."Wah, masak apa nih?" Nina terkesiap saat mendengar suara berat di telinganya. Entah sejak kapan Ikbal sudah berada di dapur, Nina pun tidak tahu."Eh? Sejak kapan lo disitu?" Tanya Nina dengan canggung sambil menggaruk pelipisnya yang tidak

    Last Updated : 2023-01-26
  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   10

    Nina memutuskan untuk kembali ke tempat tidur setelah makan. Tiba-tiba saja setelah melihat sosok Ikbal, moodnya langsung terjun bebas. Ia pun menenggelamkan kepalanya di bantal, menggerutu didalam sana. Ia merasa malu pada dirinya sendiri. Padahal sejak awal, dirinya lah yang mewanti-wanti untuk tidak mudah terjatuh dalam pesona siapapun disini. Niatnya untuk mengunjungi restaurant harus Ia batalkan, sehingga Ia pun menghubungi Andre untuk izin mengerjakan pekerjaannya dari asrama saja. Nina memutuskan untuk membuka Macbooknya kemudian mengerjakan di atas kasur. "Ugh!" Chelsea menggeliat pelan. Ia membuka matanya, sedikit menyipit karena menyesuaikan diri dengan cahaya mentari yang mulai menyengat masuk melalui celah gorden. "Jam berapa ini?" Gumamnya. "Udah jam 12. Kamu mandi gih sana," Saran Nina yang masih sibuk bergelut dengan laptop. "OMG, aku ada kel--maksudnya kerjaan jam 1 nanti," Chelsea pun terburu-buru turun dari

    Last Updated : 2023-01-27

Latest chapter

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story- Kanaya Ezra (End)

    "Apapun itu yang kamu pikirkan...aku nggak tertarik untuk mencoba. Jadi lupakan aja.""Haahh..." Kanaya menyandarkan kepalanya pada bahu kursi. Kenapa? Kenapa ia harus berkata seperti itu pada Ezra dan menyakitinya lagi? Kanaya terlalu kasar, tapi itu karena ia tidak ingin memulai apapun lagi dengan Ezra kemudian berseteru dengan ibunya yang tidak menyetujuinya."Ka?" Nina mengguncang tubuhnya, membuat Kanaya kembali tersadar."Eh, maaf...aku..""Kamu nggak enak badan? Istirahat aja atau pulang. Kamu kan lagi sibuk syuting, kalau kamu merasa keteteran, nggak ke cafe juga nggak apa-apa. Aku masih bisa handle kok, karyawan juga banyak.""Aku masih bisa kok.""Ka..." Ucap Nina dengan serius. Secara tersirat memerintahkan Kanaya agar istirahat saja.Bukan begitu...Kanaya hanya sedang berharap Ezra akan datang lagi walau sebentar. Kanaya tidak ingin kehilangan momen yang langka. Kenyataan bahwa kampus Ezra berdekatan dengan cafenya, membuat besar kemungkinan pria itu datang lagi. Kanaya s

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story Kanaya-Ezra

    "Za! Ada cafe baru di persimpangan, lo join nggak? Sekalian udud." Ajak Wahyu.Pria dengan jaket kupluk hitam dan headseat di telinganya tidak menjawab, pun menoleh. Matanya terpejam dengan tangan bersedekap."Za!" Panggil Jovi lagi, temannya. Kali ini dengan sedikit dorongan keras.Ezra membuka matanya yang memerah karena dibangunkan mendadak. Pria itu menguap lalu mengendikkan dagunya tanda bertanya."Kita mau kerja kelompok di cafe dekat persimpangan yang lagi rame itu.""Cafe Heureux itu ya? Yang punya seleb? Mau! Mau! Sekalian foto-foto disana yuk!" Abigail menyahuti."Terserah," Singkat pria kulkas itu."Sekalian cuci mata, katanya anak FEB pada sering nongkrong disitu. Mereka kan cakep-cakep. Itung-itung bantu lo move on, Za!"Ezra memilih acuh kemudian membereskan barangnya. Lagipula, ia ingin segera menyelesaikan tugas yang menumpuk dan tidur di apartemennya sampai pagi esok untuk membayar 2 malam begadangnya."Buset! Gercep banget ya Ezra kalau udah ngomongin cewek cakep. Ma

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short story-Adam End

    Bos'Dimana?'MeDikantin, Pak.Bos'Oke'Sudah 5 bulan berlalu sejak kesepakatan itu. Baik Adam maupun Norma tidak ada yang berniat untuk mengakhiri hubungan palsu ini. Setiap kali Norma bertanya, Adam hanya menjawab....'Sampai waktu yang tidak ditentukan.'"Lo kapan mau putusin si Bos?" Tanya Ika, sahabat dekat, satu-satunya manusia di kantor yang tahu rahasianya."Putusin gimana? Hubungan aja nggak ada.""Nah, itu maksud gue. Lo mau sampai kapan nggak dikasih kepastian dari bos? Lo nggak mau cari pacar emang?"Bagaimana mau cari pacar, kalau hatinya terlanjur berlabuh pada Adam Prakarsa...Melihat Norma yang hanya diam, Ika kembali bicara, "Lo suka ya sama bos?""Jangan ngasal.""Cih, lo pikri gue bego? Waktu awal-awal lo ngeluh ke gue 24 jam, bos nyebelin lah, bos kampret lah, bos inilah itulah. Sekarang, coba lihat, lo udah bukan ngeluh lagi. Tapi kayak cewek yang lagi jatuh cinta tahu nggak. Adam tuh baik banget dia malam-malam bawain gue obat pas sakit, Adam ngajak gue jalan-j

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   Short Story-Adam

    Pria itu sibuk menatap jalanan yang padat di bawah sana dari gedung pencakar langit lantai 10. Terhitung sejak kembali dari Bali, Adam belum memiliki semangat yang sama untuk bekerja. Padahal, seluruh karyawan perusahaan tahu, bagaimana bos workaholic mereka itu, jika menyangkut pekerjaan, ia pasti akan menggila sampai lupa waktu.Makanya, uangnya tidak akan habis tujuh turunan."Permisi, Pak. Izin saya Norma." Suara dari intercom memecahkan lamunan Adam, "Masuk."Gadis dengan setelah kemeja garis berwarna biru langit dan rok span diatas lutut itu menunduk setelah sampai di depan meja besar Adam, bosnya."Bapak memanggil saya?""Saya udah manggil dari tadi, kenapa kamu baru datang?""Maaf, Pak tadi saya mengerjakan laporan yang bapak minta hari ini...""Harusnya kamu tahu prioritas. Saya panggil kamu, artinya kamu harus tinggalkan laporan itu dan datang ke saya. Paham?"Ah, kena lagi..."Hm, baik, Pak."Adam mematikan rokoknya ke wadah kaca dengan aksen emas lalu duduk di kursi kebesa

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   116

    "Saya terima nikah dan kawinnya Karenina Subagyo binti Subagyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!""Sah?""Sah!!!""Alhamdulillah."Nina segera mencium tangan suaminya. Terhitung 1 tahun sejak pacaran, dan 6 bulan setelah lamaran, mereka menikah. Kini Nina benar-benar menjadi seorang istri yang ia pun tak sangka. Bahwa hari ini akan datang juga. Bagas menangis dengan haru. Terbayang masa-masa perjuangannya untuk meyakinkan Nina. Banyaknya hambatan tak serta merta menyurutkan rasa cintanya kepada gadis itu.Ada banyak hal yang tidak bisa terungkapkan dengan kata. Sehingga air mata akhirnya mewakilkan segala perasaan senang yang mendera.Dengan telaten Nina menghapus air mata suaminya. Bibirnya tersenyum malu saat melihat Bagas menatapnya lamat. Astaga, padahal mereka sudah menikah. Tapi malah bertingkah seperti remaja puber. Kemudian acara pun dilanjutkan dengan resepsi.Nina yang meminta agar acara diselesaikan dalam 1 hari saja meskipun memakan waku sampai sore

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   115

    Ruang tamu yang disulap menjadi dekorasi sederhana, semakin ramai oleh keluarga Nina dan Bagas. Hiasan berbagai bunga asli yang memanjang dengan kaki besi pada masing-masing sisi lalu ada nama kedua calon di belakang berwarna emas. Nina sendiri sudah anggun dengan rambut yang tersanggul sederhana dipadukan dengan kebaya simple pilihannya. Senada dengan kemeja katun hijau sage milik Bagas.Nina merasa hari ini hanya imajinasinya, tetapi riakan ramai dari tamu-tamu yang datang membuatnya sadar bahwa ini adalah nyata.Ia telah dilamar.Bagaimana bisa ia sampai pada titik ini? Tentu saja berawal dari hal terkonyol yang Bagas lakukan. Menyematkan jemarinya dengan cincin plastik hadiah dari snack bulan lalu. Cincin dengan lampu kecil merah menyala seperti sirine. Kemudian, tak lama setelahnya, Bagas benar-benar datang membawa ibu beserta adiknya dengan maksud serius karena...ia rasa Nina sudah memberikan lampu hijau."Nah! Sudah!" Kanaya memutar tubuh Nina menghadap cermin agar gadis itu b

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   114

    "Mas, pulang..." Sambut Intan ramah. Namun, sikap Bagas terlampau dingin. Ia sudah terlalu malas meladeni sikap Intan. Ia tidak ingin kehadiran Intan akan membuatnya kehilangan Nina."Sini--" Omongan Intan terpotong oleh tangan Bagas yang menepisnya agak keras, "Kapan kamu keluar dari rumah ini?" Intan mengerjap, berusaha memcerna apa yang barusan Bagas katakan, "Maksud kamu?""Kamu nggak lupa kan kalau kamu hanya menumpang sementara disini? Jadi, kapan kamu siap pindah? Bukannya kamu sudah bayar uang muka? Sepertinya juga kamu udah sehat."Intan meremas kedua tangannya. Tidak, ini tidak seperti apa yang ia rencanakan. Bagas tidak boleh seperti ini. Intan mengelus perutnya pelan, menatap Bagas dengan memelas."Nggak usah pakai alasan itu lagi untuk mengelabui aku. Aku tau kamu udah pulih. Kamu nggak bisa selamanya tinggal disini, Intan.""Apa aku merepotkan? Kenapa tiba-tiba kamu mengusir aku? Kalau iya, aku janji akan sebisa mungkin bantu-bantu di rumah.""Bukan itu masalahnya," Oh

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   113

    Setelah membantu Intan memakan makanannya, Bagas pergi keluar ruangan untuk mencari udara segar. Setelah sekian lama, akhirnya Intan bisa makan, meskipun masih belum ada sepatah dua patah kata yang keluar dari mulutnya. Ia masih dalam suasana berduka karena kehilangan anak pertamanya. Keluarga wanita itu tidak ada yang bisa dihubungi membuat Bagas bertanya-tanya. Sebenarnya bagaimana hidup Intan selama ini. Karena setahunya, Intan terlahir dari keluarga yang baik-baik saja. Intan hidup bagaikan putri di negeri dongeng."Abang ngapain bengong disini?" Anggit datang membawa bingkisan hitam. Menyerahkan bingkisan itu ke dada Bagas dengan paksa, sambil memakan es krim yang tersisa setengah."Eh, kesini kamu, Nggit?""Iya, nggak tega juga biarin abang nunggu nenek lampir sendirian di rumah sakit." Anggit kemudian ikut duduk di sampingnya, lalu melanjutkan, "Lagian kenapa sih, Bang? Masih mau bantuin dia? Nina tahu kalau abang segininya bantuin mantan?""Ya mau gimana lagi. Sejak awal aban

  • Tunjukkan Pesonamu, Nina!   112

    Sudah beberapa hari ini ia diselimuti oleh kalut. Bagaimana tidak, bayangan Bagas memeluk pinggang Intan erat, menuntun wanita itu berjalan seperti suami siaga, membuat Nina merasa dikhianati secara tidak langsung. Kenyataan bahwa, selama Bagas tidak membalas pesannya, karena pria itu sibuk mendampingi Intan membuatnya tidak bisa berpikir jernih.Oleh karena itu, Nina ingin memastikan sesuatu. Dia berdiri menatap pagar hitam di depannya lama, sebelum memutuskan untuk membukanya atau berbalik pergi. Ia membuka pagar perlahan, lalu melangkah mendekati pintu utama. Dengan rantang di tangan kanannya, berisikan rawon buatannya sendiri, ia teringat akan pesan ibu sebelum masuk rumah sakit.'Jangan lupa kasih rawon ini ke Bagas ya, Nak. Meskipun belum kenal, tapi kan calon besan ibu. Anggap aja salam perkenalan.'Nina merasa...punya wasiat yang harus ia tuntaskan, sekaligus alibi untuknya karena Bagas tidak bisa dihubungi."Assalamualaikum..."Nina mengetuk, kemudian memperhatikan penampila

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status