Dada Lucas Hank sekokoh dinding, dia sama sekali bergeming. Tidak peduli seberapa kuat Charlotte Shimon mendorongnya, Lucas Hank menatap matanya, dan mengerutkan bibir tipisnya, "Apa yang membuatmu benci? Jelaskan padaku."Semuanya... aku membenci semuanya.Charlotte Shimon mengencangkan kepalan tangannya dan memukulnya beberapa kali, "Lepaskan aku, aku tidak mau bicara denganmu!"Dia tidak pernah bersikap begitu dingin sebelumnya. Lucas Hank pikir mungkin dia tidak menyukainya lagi. Dia meraih pergelangan tangan Charlotte Shimon dan menempelkannya ke dinding, dia berbisik ke telinganya, "Aku hanya bertanya apakah kau pernah bersama dengan Larry Hank? Walaupun aku merasa sangat tidak nyaman dulu, aku bahkan tidak rela benar-benar menyentuhmu. Aku hanya ingin tahu apakah kau telah menyerahkan dirimu pada orang lain?"Mendengar pertanyaannya yang kurang ajar, kaki Charlotte Shimon terasa lemas."Lucas Hank, kita sudah bercerai. Kau yang berselingkuh dulu. Kau yang tidak menginginkan ak
Larry Hank kembali menatap Charlotte Shimon. Apakah dia mengenal orang-orang itu, apakah di antara mereka, ada orang dari pihaknya?Larry Hank merasa dia sama sekali tidak memahami gadis ini.Saat ini, suara manis pramugari berkumandang—Perhatian, semua penumpang penerbangan C81 menuju ke Kota Regalsen, harap naik ke pesawat.Saatnya naik ke pesawat."Tuan Muda Kedua, mari kita lewat jalur pemeriksaan VIP."Larry Hank seharusnya terbang dengan pesawat pribadi, tetapi dia takut sesuatu akan terjadi pada Charlotte Shimon, jadi dia memesan penerbangan yang sama dengan Charlotte Shimon.Larry Hank tidak berbicara. Pada saat ini, ponsel di saku celananya tiba-tiba berbunyi. Tina Morris menelponnya.Larry Hank menatap Charlotte Shimon, lalu berbalik dan berjalan ke tempat yang sepi untuk menjawab telepon, "Halo, Bu.""Larry, apakah sudah mau boarding? Bibimu Jeanny memberitahuku di telepon bahwa kau telah menemukan gadis yang kau suka dan akan membawanya kembali ke Kota Regalsen. Aku akan me
Charlotte Shimon memandang nyonya tua itu dengan mata sembap. Dia melihat uban di kepala nyonya tua itu tampak bertambah banyak. Dia menyapa, "Nenek."“Charlotte!” Nyonya tua itu menjawab, lalu berjalan mendekat, dan memeluk Charlotte Shimon, membelai rambut panjangnya, “Anak yang baik, kau sudah lama pergi, Nenek merindukanmu.”Charlotte Shimon juga sangat merindukan nyonya tua itu, tetapi hubungannya dengan Lucas Hank sudah sampai tahap ini. Dia tidak berani mengunjungi nyonya tua itu karena takut Lucas Hank akan mengira dia menyimpan maksud lain."Nenek, ada apa dengannya? Mengapa dia harus menghabiskan sebotol obat tidur? Apakah dia tidak dapat tidur atau penyakitnya bertambah parah?"Nyonya tua itu menggelengkan kepalanya. "Lucas tidak memberitahuku apa-apa. Ketika tiba di rumah sakit, aku baru mengetahui bahwa dia telah menghabiskan sebotol obat tidur. Dokter mengatakan bahwa kondisi penyakitnya sekarang sepertinya lebih parah daripada masa tiga tahun lalu dan dia hanya bisa meng
Charlotte Shimon membuka pintu kantor dan melirik ke dalam. Ada beberapa profesor dari luar negeri, semuanya adalah ahli terkemuka di bidang neurologi. Mereka memegang catatan medis Lucas Hank dan berdebat sengit, namun pada akhirnya semua menggelengkan kepala.Mata Charlotte Shimon tertuju pada jendela, ada sosok tinggi dan kokoh berdiri di sana, dan sedang merokok.Perdebatan orang-orang ini sama sekali tidak mempengaruhinya. Dia hanya berkonsentrasi pada rokok di ujung jarinya, dan ketika mendengar pintu terbuka, dia berbalik. Matanya menatap tajam ke arah Charlotte Shimon.Beberapa detik kemudian dia berjalan ke dekat meja. Dengan menyelipkan salah satu tangan ke saku celananya, dia membungkukkan badannya untuk mematikan rokok di asbak. Charlotte Shimon pernah melihat Henry Hank di sebuah majalah keuangan, tapi ketika melihatnya secara langsung, jantungnya tetap berdebar-debar. Pria legendaris yang telah mengarungi dunia bisnis selama beberapa dekade ini, jauh lebih elegan dari ya
Henry Hank tertegun dan menatap Charlotte Shimon yang masih menunggu jawabannya, apakah dia mencintai Lucas.Seisi kantor menjadi hening. Setelah cukup lama, Henry Hank mengangguk, "Ya, aku mencintainya."Charlotte Shimon berkata dengan lembut, "Jangan lupakan apa yang kau katakan padaku hari ini. Dia memiliki masa depan yang cerah. Dua puluh atau tiga puluh tahun ke depan, dia pasti bisa menjadi pria yang lebih sukses dan berkuasa darimu. Dia tidak membutuhkan nyawaku untuk bisa menjadi seorang pria hebat. Paman Hank, aku hanya menyerahkan hidupku di tanganmu. Aku juga memiliki banyak tugas dan impian yang belum terpenuhi, tapi aku mencintainya. Aku menyerahkan padamu rasa cintaku yang sangat besar untuknya dan berharap kau akan menggantikan aku untuk lebih mencintainya di masa depan."Henry Hank terdiam, dia menatap Charlotte Shimon sangat lama.Charlotte Shimon mengumpulkan foto-foto itu satu per satu, dan memasukkannya kembali ke dalam amplop, lalu memasukkannya ke dalam saku dan p
Tubuh Lucas Hank menegang saat mendengar gadis itu berbicara dengan suaranya yang lembut—Tuan Hank, ayo kita pergi bulan madu selama lima hari.Setelah beberapa saat, dia bergumam, "Kau tahu sesuatu?"Charlotte Shimon mengangguk, "Aku tahu apa yang harus kuketahui."Mata sipit Lucas Hank membesar, dia mengertakkan giginya, "Siapa yang memberitahumu, aku akan mencari mereka!"Dia melepaskan pegangan Charlotte dan pergi.“Lucas Hank!” Charlotte Shimon memanggilnya dari belakang, “Pergilah, kau tidak akan pernah melihatku lagi jika pergi!”Lucas Hank berhenti, lalu berbalik lagi dan menatap mata gadis itu.Dia telihat ingin menangis.Lucas Hank mendekat, menariknya ke dalam pelukannya dan mencium rambutnya, "Charlotte, Aku harap kau tidak tahu apa-apa. Aku telah mengunakan seluruh kekuatanku untuk mengusirmu pergi. Kau harus berada di Kota Regalsen sekarang. Kau harus pergi untuk menghilangkan racun yang ada dalam dirimu."Charlotte Shimon membenamkan wajahnya yang berkaca-kaca d
Lucas Hank memikirkan Steve Turner. Dia tidak memiliki kesan mendalam tentang Steve Turner. Keluarga Turner adalah salah satu dari empat keluarga terpandang di Kota Barbara Bay, tetapi mereka hidup sangat sederhana.Lucas Hank merasa bahwa dia telah mengabaikan orang ini, tetapi sekarang dia tahu bahwa Steve Turner memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan Charlotte.Lucas Hank memberikan mangkuk safir di tangannya kepada Charlotte Shimon, "Aku dengar kamu dan Steve Turner tumbuh bersama, sahabat masa kecil?""Ya, ibuku sangat menyukai Steve Turner. Steve Turner adalah murid ibuku."“Ibumu?” Mata sipit Lucas Hank tiba-tiba menunjukkan sesuatu. Dia sepertinya tidak pernah bertanya tentang ibunya, dia juga tidak menyebutkannya.Charlotte Shimon ingin mengatakan sesuatu, tetapi kemudian Bibi Brown masuk dan tersenyum, "Nona Charlotte, aku dengar kau ingin makan mie hari ini. Aku akan membuatkan adonan mie untukmu.""Bibi Brown," Charlotte Shimon dengan cepat meraih lengan
Ini adalah kali kedua dia mencuci celana dalam Lucas.Setelah mengeringkan pakaian, Charlotte Shimon mendongak dan melihat bahwa celana dalam mereka saling menempel hingga kering. Dia tersenyum bodoh sambil merasa sangat bahagia saat ini.Ketika dia berbalik memegang baskom, Charlotte Shimon melihat Lucas Hank. Dia datang lebih awal, tubuh kakunya bersandar ke dinding dan matanya yang sipit tersenyum lembut menatapnya. Daun telinga Charlotte Shimon berubah merah, "Tuan Hank, mengapa kau tidak sopan, tidakkah kau tahu bagaimana cara mengetuk ketika mau masuk kamar seorang gadis?"Lucas Hank mengangkat alisnya, "Kau menyuruhku untuk bertindak sopan, sedangkan kau memegang celana dalamku tanpa seizinku?""..."Charlotte Shimon merasa bahwa dia tidak pernah kalah dalam pertarungan mulut, tetapi dia tidak bisa menang ketika beradu dengan pria ini.Charlotte Shimon meletakkan baskom dan berdiri di samping tempat tidur lalu menatapnya, dia melambaikan tangannya sambil mengatakan, "Kem