Henry Hank, "..."Di mana Lucas Hank?Lucas Hank, cepat bawa istrimu pulang!Saat itu, pintu kamar dibuka, Nyonya Hank Tua masuk. "Henry, ini sudah larut malam, apa yang kau lakukan di sini?"Melihat Nyonya Hank Tua, emosi Henry Hank agak mereda, "Ibu.""Nenek," Charlotte Shimon segera berjalan ke sisi Nyonya Hank Tua.“Charlotte, ada apa, kenapa wajahmu pucat?” Nyonya Hank Tua menyentuh wajah Charlotte Shimon dengan hangat, “Apakah ada yang mengganggumu? Beritahu Nenek, Nenek akan membelamu!”Charlotte Shimon berkata, "Nenek, tidak ada yang mengganggu aku."Charlotte Shimon diam-diam melirik ke arah Henry Hank.Henry Hank, "..."Dia mengatakan tidak ada yang mengganggunya, tetapi menatapnya dengan jujur.Mata Nyonya Hank tua segera tertuju pada Henry Hank dan memaki, "Bah, sudah tua begini masih menindas menantunya sendiri. Charlotte, ayo kita pergi, apakah kau ketakutan tadi?"Nyonya Hank Tua meraih tangan Charlotte Shimon dan langsung membawanya pergi.Charlotte Shimon mengikuti Ny
Charlotte Shimon tersenyum dengan misterius. "Aku punya ide, tapi aku membutuhkan bantuan Nenek."“Charlotte, cepat katakan.” Nyonya Hank Tua sudah tidak sabar.Charlotte Shimon meraih lengan Nyonya Hank Tua. "Nenek, tidak perlu terburu-buru. Tadi aku dengar Kepala Pelayan Lynch mengatakan bahwa kau tidak makan malam. Aku tahu kau mengkhawatirkan Paman Hank dan Bibi Jeanny, tetapi kau adalah pilar Keluarga Hank, kau tidak boleh jatuh. Aku masih membutuhkan bantuanmu, jadi Nenek makan malam dulu sekarang. Aku akan memberitahumu ide bagus ini setelah kau kenyang."Nyonya Hank Tua tertawa, dia mengusap rambut panjang Charlotte Shimon dengan hangat. "Charlotte, kau bahkan ingin menjebak Nenek sekarang.""Kalau begitu, apakah Nenek mau makan malam?""Tentu saja, aku akan makan!"Charlotte Shimon tersenyum, dia menyandarkan kepalanya di pundak Nyonya Hank Tua. Malam ini, Charlotte Shimon mengenakan gaun panjang, dia berdiri di samping Nyonya Hank Tua dengan tenang, menemani Nyonya Hank Tu
“Nyonya Muda, apakah kita pulang begitu saja?” Kepala Pelayan Lynch semakin tidak dapat memahami yang dipikirkan Nyonya Muda. Nyonya begitu mesra dengan pria lain di luar, tetapi Nyonya Muda terlihat begitu tenang dan santai.Charlotte Shimon mengangguk. "Ya, kita pulang saja.""Tapi, Nyonya ..." Kepala Pelayan Lynch memandang Monica Morris dan Brian Morgan di luar.“Oh,” Charlotte Shimon seperti baru memperhatikan kejadian ini, “Apakah Kepala Pelayan Lynch merasa sangat kesal? Sederhana saja, mari kita bantu Paman Hank memberi pelajaran pada Paman Morgan, nanti cari beberapa orang untuk mengikat dan menghajar Paman Morgan.""..." Kepala Pelayan Lynch memandang Charlotte Shimon, artinya --- Nyonya Muda, apakah Anda serius?Charlotte Shimon mengerutkan bibirnya. "Aku serius."Kepala Pelayan Lynch menatap mata Nyonya Muda, sepertinya ada kekuatan yang dapat menenangkan dan menyakinkan orang. Kepala Pelayan Lynch mengeraskan hatinya, tidak peduli apa konsekuensinya setelah memukul Brian
Sekarang mata mereka saling bertatapan. Monica Morris tampak pucat, sedangkan Henry Hank bersikap dingin dan acuh tak acuh.“Tuan, Nyonya dan Nyonya Muda di sana.” Kepala Pelayan Lynch memperhatikan suasananya agak canggung, jadi dia membuka suara.Baru kemudian Henry Hank melangkah ke depan Charlotte Shimon dan Monica Morris.“Paman Hank, apakah kau akan kembali ke Hollinswood? Kami juga ingin kembali ke Hollinswood. Bisakah kami menumpang pesawatmu?” Charlotte Shimon bertanya sambil mengaitkan tangannya pada lengan Monica Morris.Henry Hank mengerutkan bibirnya dan berkata, "Boleh."Setelah berbicara, dia membalikkan badan dan melangkah masuk.Monica Morris berdiri di tempatnya dan memperhatikan punggung Henry Hank. Dia menatapnya dengan dingin sekarang, seolah-olah melihat orang asing.Selama bertahun-tahun, tidak peduli apa yang terjadi, dia selalu memegang erat tangannya dan tidak pernah melepaskannya.Tetapi pada saat ini, Monica Morris merasa dia telah melepaskannya.Monica Morr
Pada saat itu ponsel Monica Morris berbunyi."Charlotte, tunggu sebentar, aku akan menjawab telepon dulu.""Baik."Monica Morris berjalan ke samping dan menjawab panggilan itu.Telepon dari rumah sakit, "Halo, apakah Anda kerabat Brian Morgan?"Brian Morgan juga seorang yatim piatu sejak kecil. Dia belum menikah sampai sekarang, jadi kerabatnya mungkin hanya Monica Morris.Monica Morris mengangguk, "Ya, ada apa?"Brian Morgan pergi dengan putus asa hari itu dan mereka tidak berhubungan lagi setelahnya. Sekarang rumah sakit tiba-tiba menelepon, jantung Monica Morris berdetak kencang."Tuan Brian Morgan kemarin dipukuli, sekarang dirawat di rumah sakit kami."Apa?Brian Morgan dipukuli?"Siapa yang melakukannya? Apakah dia terluka parah?"“Aku dengar ketika Tuan Brian Morgan sedang mengemudi, sebuah van tanpa plat nomor tiba-tiba muncul dari belakang. Beberapa orang turun dari mobil. Mereka langsung menarik Tuan Brian Morgan tanpa berkata apa pun. Mereka menutup kepalanya lalu meninju da
##Pada saat Charlotte Shimon muncul, Henry Hank sudah mengetahui yang terjadi. Dia mendengus, "Jadi kau yang memerintahkan orang untuk memukul Brian Morgan?"Charlotte Shimon mengangguk dengan tenang. "Ya, aku."“Setelah memukul orang, kau sengaja menyalahkan aku?” Henry Hank bertanya.Charlotte Shimon masih mengangguk. "Ya."Henry Hank melirik ke arah yang baru ditinggalkan Cindy Watson. "Ibuku entah kenapa menyodorkan orang ini di sisiku. Apakah itu juga idemu?"Charlotte Shimon. "Ya."Kepala Pelayan Lynch di satu sisi memeras keringat dingin untuk Nyonya Mudanya --- kenapa kau begitu jujur?Henry Hank menatap Charlotte Shimon dengan dingin dan tajam. "Katakan saja, apa yang ingin kau lakukan sebenarnya?"Charlotte Shimon mendekat ke sisi Henry Hank, dengan kedua tangan di punggungnya, "Paman Hank, apakah kau pernah mendengar cerita Seorang Tuan Putri dan Ksatria?"“Apakah kau yakin ingin berbicara tentang dongeng denganku?” Henry Hank mengerutkan alisnya dan melangkah pergi. Di
Lisa segera datang dan melihat kata "Hayes".Charlotte Shimon memandang kata “Hayes” yang tersembunyi sangat dalam dan ditulis dengan darah, tulisannya terlihat seperti ditulis terburu-buru.Selir Wilma menyamar sebagai Nyonya Wendy dan bersembunyi di sisi Bibi Jeanny. Sepertinya Bibi Jeanny mengetahui sesuatu sebelum kejadian itu. Ketika Bibi Jeanny dan Nyonya Wendy berseteru, Bibi Jeanny meninggalkan tulisan ini dengan tergesa-gesa. Itu adalah petunjuk yang sangat kritis, tertulis dalam darah --- Hayes.Charlotte Shimon meraba tulisan itu dengan ujung jarinya, dia berbisik, kata ini mengingatkanku pada seseorang.""Siapa?"Charlotte Shimon mendongak dan menyebut nama seseorang. "Helen Hayes."Lisa menarik napas dalam-dalam.Charlotte Shimon telah terpikirkan sesuatu, tetapi dia harus memastikannya!Pada saat itu, ponselnya berbunyi."Tuan Putri, telepon dari CEO Hank."Charlotte Shimon mengambil ponsel dan menekan tombol untuk menyambungkan panggilan."Charlotte, di mana kau sekaran
Manajer Harbour City segera mengangguk. "Baik, Nona besar.” Manajer itu mengalihkan pandangannya pada Ayah Hayes dan Ibu Hayes.”Jaga sikap kalian! Jika kalian berani berbicara kasar pada Nona Besar kami, aku akan memerintahkan orang untuk mengusir kalian. Jika bukan karena Lucas Hank, kami tidak akan membiarkan kalian mengadakan pesta ulang tahun di sini. Bahkan di hadapan Bos kami, CEO Hank hanyalah seorang junior."Ayah Hayes, Ibu Hayes dan kerabat mereka langsung terdiam. Ayah Charlotte Shimon, Mark Lewis, adalah orang terkaya di dunia. Di hadapan Mark Lewis, Lucas Hank adalah seorang bintang yang sedang naik daun. Hanya dalam beberapa tahun terakhir, dia dipromosikan menjadi chaebol nomor satu, dia memang junior.Charlotte Shimon memiliki ayah yang sangat hebat, mereka langsung tertampar.Ayah Hayes dan Ibu Hayes merasa sangat malu, mereka benar-benar tidak berani menyinggung Charlotte Shimon sekarang, Tetapi mereka tidak percaya Charlotte Shimon begitu baik, akan membiarkan mer
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan