Rahasia dunia persilatan?Mark Lewis memandang sekretaris pribadinya, "Rahasia dunia persilatan apa?""Buku ini baru tiba dua hari lalu dan akan dilelang hari ini. Jika CEO ingin melihatnya, aku akan membawanya ke sini sekarang."Mark Lewis mengerutkan alisnya. Dia tahu otak Sophia Lowry penuh dengan banyak ide yang unik dan menantang. Charlotte dan Wallace sangat mirip dengannya. Kali ini dia datang untuk sebuah buku rahasia dunia persilatan. Apakah dia mau belajar seni bela diri?“Tidak, perlu aku akan pergi melihatnya sendiri sekarang.” Mark Lewis bangkit dan berjalan ke aula lelang....Sophia Lowry sedang menunggu Charlotte Shimon dan Monica Morris, tetapi yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang.Pemandu lelang berkata dengan penuh semangat, "Selanjutnya, kami akan melelang sebuah harta karun, ini adalah buku rahasia dunia persilatan, para tamu dipersilakan mengangkat papan dan membuka harga penawaran."Sophia Lowry langsung bersemangat dan membelalakkan matanya, buku yang dia tun
Kepala Pelayan Lynch bertanya dengan waspada, "Tuan, apakah kita akan kembali ke rumah lama?"Henry Hank mengerutkan bibirnya. "Di mana Nyonya Tua, apakah masih tinggal di kuil?""Tuan, sepengetahuan aku, setelah Nona Shimon dan Nyonya Monica tiba di Kota Regalsen, mereka langsung menjemput Nyonya Tua dari kuil. Mereka seharusnya sudah berada di rumah lama saat ini."Nyonya Hank Tua masih belum mengetahui kondisi Jeanny Hank. Sekarang Charlotte Shimon langsung menjemputnya, jelas dia tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari Nyonya Tua.Nyonya Hank Tua sudah semakin tua, dia tidak boleh terlalu emosional. Charlotte Shimon terlalu berani, dia mengumpulkan semua anggota keluarga Hank, pasti akan ada pertunjukan besar.“Tuan, Nyonya Tua sangat mencintai Nona Shimon, dia juga memiliki keterampilan medis, jadi aku rasa Anda tidak perlu khawatir tentang Nyonya Tua. Sebaliknya, Nona Shimon memanggil kita kembali ke rumah lama kali ini, aku pikir Nona Shimon pasti punya alasannya sendiri.
Charlotte Shimon menggenggam tangan Nyonya Hank Tua. "Nenek, itu semua karena ... Bibi Monica."“Karena Monica?” Nyonya Hank Tua bingung."Nenek, Bibi Monica bukanlah putri dari Keluarga Morris. Dia sebenarnya adalah Tuan Putri tertua dari Keluarga Kerajaan Hollinswood."Apa?Nyonya Hank tua memandang Monica Morris, kemudian pada Henry Hank di sebelahnya dan tiba-tiba berkata, "Henry, bukankah kau menjadi menantu Hollinswood?"Henry Hank, "..."Nyonya Hank Tua tertawa sendiri. “Saat Henry masih muda, dia pulang ke rumah lama. Aku sedang duduk di sofa di sana. Henry berlari pulang dan berkata padaku, Bu, aku jatuh cinta dengan seorang gadis dan ingin menikahinya.""Saat itu, aku kaget. Aku tahu selera putraku sangat tinggi. Tidak ada wanita yang dapat memenuhi persyaratannya. Kemudian, aku mengetahui bahwa gadis yang membuat putraku jatuh cinta pada pandangan pertama dan tidak bisa melupakannya, ternyata adalah putri Keluarga Morris yang memukau Kota Regalsen.""Sekarang aku lebih men
Monica Morris juga tidak tahu cara menjelaskannya, dia hanya merasa pria ini agak aneh, tidak seperti biasanya. Henry Hank memeluknya dengan erat dan perlahan menutup matanya. "Aku baik-baik saja, hanya... agak lelah, biarkan aku memelukmu sebentar, sebentar saja."Jantung Monica Morris berdebar-debar, ternyata dia bisa lelah juga. Pria yang sangat kuat ini, tiba-tiba mengatakan dia agak lelah. Dia tidak tahu harus berbuat apa, merasa bingung, juga sakit hati.Pria ini berkata dia sangat bahagia.Karena Charlotte telah membuktikan Monica Morris tidak bersalah, dia tahu tidak ada apa-apa antara Monica Morris dan Harvey Spencer. Selama bertahun-tahun, dia menanggung beban perasaan bersalah pada adiknya, Jeanny Hank. Di satu sisi adalah keluarga yang dia sayangi, di sisi lain adalah wanita yang dia cintai. Berapa banyak malam yang dia lewati dengan rasa tertekan sampai sulit bernafas.Dia benar-benar sangat bahagia.Monica Morris melepaskan tangannya dari setelan pria itu, lalu menurunk
Tetapi, apa yang dia lakukan di kamarnya?Monica Morris tidak sempat berpikir karena bibirnya diblokir. Seluruh dunia ditutupi dengan ciuman dan napasnya yang kuat.Semuanya terasa... persis sama dengan dua mimpinya sebelumnya.Apakah?Monica Morris segera memikirkan sebuah kemungkinan, tetapi seharusnya tidak mungkin.Dia merasa mual setelah dua kali bangun tidur. Sebenarnya dia sudah curiga, tetapi ketika melihatnya bersama dokter, dia juga mengatakan bahwa tubuhnya sudah tidak mampu, tidak bisa melakukan itu ...Sekarang Monica Morris sudah mengerti. Itu sama sekali bukan mimpi, tetapi ... kenyataan.Namun dia masih punya satu pertanyaan, yaitu tubuhnya ...Apakah dia sudah sembuh?“Aku memintamu jangan pergi malam ini, mengapa tidak patuh?” Pada saat itu, suaranya terdengar, “Meskipun obat yang diberikan padamu tidak akan melukai tubuhmu, tetapi kondisi tubuhmu sekarang sudah tidak bisa makan obat lagi."Tangan pria itu bergerak ke bawah dan mendarat di perutnya, dia mengusap perut
"Monica, jangan melawan lagi. Aku tidak akan melepaskanmu. Kau juga tahu bahwa kau tidak bisa melarikan diri. Apalagi, kita sudah punya anak.""Anak?"“Ya, Monica, apakah kau tidak tahu bahwa kau sedang hamil, kau mengandung bayi kita.” Mata Henry Hank tertuju pada perutnya.Monica Morris mengerutkan alisnya. "Henry Hank, aku tidak tahu mengapa kau bisa salah paham, aku tidak mungkin hamil, aku tidak hamil."Henry Hank berpikir dia hanya tidak dapat diterima kenyataan pada saat ini. Sekarang dia adalah wanita hamil, dia tetap harus membujuknya dengan sabar, "Monica, aku ingin kau melahirkan anak ini. Kau berhutang seorang anak padaku."Monica Morris tahu yang dia bicarakan. Dia pernah mengandung seorang bayi perempuan. Henry Hank selalu mengira bayi perempuan itu adalah anak Brian Morgan.Setelah putrinya meninggal. Henry Hank selalu berusaha agar dia hamil lagi. Pria itu mengatakan dia berutang padanya.Dia tidak tahan dan pada malam itu, Monica melukainya dengan gunting, memanfaatka
Henry Hank, "..."Di mana Lucas Hank?Lucas Hank, cepat bawa istrimu pulang!Saat itu, pintu kamar dibuka, Nyonya Hank Tua masuk. "Henry, ini sudah larut malam, apa yang kau lakukan di sini?"Melihat Nyonya Hank Tua, emosi Henry Hank agak mereda, "Ibu.""Nenek," Charlotte Shimon segera berjalan ke sisi Nyonya Hank Tua.“Charlotte, ada apa, kenapa wajahmu pucat?” Nyonya Hank Tua menyentuh wajah Charlotte Shimon dengan hangat, “Apakah ada yang mengganggumu? Beritahu Nenek, Nenek akan membelamu!”Charlotte Shimon berkata, "Nenek, tidak ada yang mengganggu aku."Charlotte Shimon diam-diam melirik ke arah Henry Hank.Henry Hank, "..."Dia mengatakan tidak ada yang mengganggunya, tetapi menatapnya dengan jujur.Mata Nyonya Hank tua segera tertuju pada Henry Hank dan memaki, "Bah, sudah tua begini masih menindas menantunya sendiri. Charlotte, ayo kita pergi, apakah kau ketakutan tadi?"Nyonya Hank Tua meraih tangan Charlotte Shimon dan langsung membawanya pergi.Charlotte Shimon mengikuti Ny
Charlotte Shimon tersenyum dengan misterius. "Aku punya ide, tapi aku membutuhkan bantuan Nenek."“Charlotte, cepat katakan.” Nyonya Hank Tua sudah tidak sabar.Charlotte Shimon meraih lengan Nyonya Hank Tua. "Nenek, tidak perlu terburu-buru. Tadi aku dengar Kepala Pelayan Lynch mengatakan bahwa kau tidak makan malam. Aku tahu kau mengkhawatirkan Paman Hank dan Bibi Jeanny, tetapi kau adalah pilar Keluarga Hank, kau tidak boleh jatuh. Aku masih membutuhkan bantuanmu, jadi Nenek makan malam dulu sekarang. Aku akan memberitahumu ide bagus ini setelah kau kenyang."Nyonya Hank Tua tertawa, dia mengusap rambut panjang Charlotte Shimon dengan hangat. "Charlotte, kau bahkan ingin menjebak Nenek sekarang.""Kalau begitu, apakah Nenek mau makan malam?""Tentu saja, aku akan makan!"Charlotte Shimon tersenyum, dia menyandarkan kepalanya di pundak Nyonya Hank Tua. Malam ini, Charlotte Shimon mengenakan gaun panjang, dia berdiri di samping Nyonya Hank Tua dengan tenang, menemani Nyonya Hank Tu
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan