Charlotte Shimon berlari keluar dan meminta dokter untuk pergi. Dokter melihat wajah merahnya dan mengira dia sakit. Charlotte Shimon berdalih dia mungkin terlalu lelah.Dia berdiri di jendela dan menghirup udara segar sebentar, mencaci Lucas Hank yang cabul dalam hatinya, dan menunggu panas di wajahnya menghilang sebelum kembali ke bangsal.Pada saat ini sosok yang akrab berjalan ke depannya, Jeanny Hank.Dua hari yang lalu, mereka berpisah dalam suasana yang tidak nyaman di Hotel Saint Petersburg. Meskipun dia tidak tahu yang dibicarakan Lucas Hank dan bibinya, pasti bukan hal yang menyenangkan.Charlotte Shimon menghentikan langkahnya, "Bibi, mengapa kau ada di sini? Apakah kau datang untuk menjenguk Tuan Hank?"Jeanny Hank menatap Charlotte Shimon, "Aku dengar Lucas mengalami kecelakaan, jadi datang menjenguknya. Charlotte, kebetulan aku sedang mencarimu."Charlotte Shimon melirik ke pintu bangsal yang tertutup di depan, "Bibi, aku tidak tertarik dengan masa lalu Tuan Hank, jadi ka
Charlotte Shimon duduk di seberang Jeanny Hank. Pelayan membawakan dua cangkir kopi. Jeanny Hank menatap Charlotte Shimon dan berkata, "Charlotte, kau sudah datang?"Charlotte Shimon mengangguk, "Ya, Bibi. Kau selalu ingin menceritakan masa lalu Tuan Hank, kau bisa ceritakan sekarang."Setelah bergumul semalaman, Charlotte Shimon memutuskan untuk datang. Kondisi Tuan Hank lebih parah dari yang dia perkirakan. Kali ini dia mengalami kecelakaan mobil karena mengebut dan itu adalah sebuah peringatan. Tuan Hank yang sekarang terlihat tampan, dewasa, kaya dan elegan. Dia tampak sempurna dan tanpa cela, tetapi dia menyembunyikan kesedihan dan perasaannya yang rapuh. Walaupun dia menikmati kondisinya yang sekarang, dia juga harus memahami masa lalunya.Baik masa lalu, sekarang atau masa depan, dia ingin ambil bagian.Jeanny Hank menghirup kopi. Meskipun dia tidak menyukai keponakannya ini, ekspresinya menjadi sangat menyakitkan ketika menceritakan masa lalunya, "Apakah Lucas pernah bercerita
Charlotte Shimon membutuhkan waktu beberapa detik untuk menyatukan anak laki-laki kurus dalam video dengan pria tampan di depannya, "Tuan Hank, mengapa kau di sini?"Lucas Hank menatapnya dan mengangkat ponsel di tangannya, matanya tersenyum tipis, seperti ada dua badai kecil yang hampir bertabrakan, dan bisa menelan orang kapan saja. “Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kau lakukan di sini? Apa yang kau lihat?"Charlotte Shimon belum pernah melihatnya begitu marah, bahkan ketika dia kambuh, dia tidak terlalu dingin dan mengerikan, "Tuan Hank, dengarkan penjelasanku..."Lucas Hank mengulurkan tangannya dan langsung membanting ponsel ke dinding. “Krak!” Ponsel itu rusakSuara kencang itu meledak di telinga Charlotte Shimon dan wajahnya menjadi pucat karena ketakutan. Saat masih syok, sebuah tangan besar terulur dan meraih tangannya kemudian menariknya dari kursi."Cukup, Lucas Hank!" Jeanny Hank segera bangkit. "Lepaskan Charlotte, aku memintanya untuk datang, apakah kau sangat mara
Charlotte Shimon kembali ke Orlane Estate dan tidak mengatakan apa-apa agar neneknya tidak khawatir. Setelah makan malam dan menemani nenek, dia kembali ke kamar tidur.Sekarang sudah larut malam dan Lucas Hank belum pulang.Apakah dia benar-benar tidak pulang malam ini?Apa yang dia lakukan sekarang?Charlotte Shimon tidak percaya dia pergi ke bar untuk mencari wanita cantik, dia sengaja mengatakan ini karena sedang marah.Charlotte Shimon mengeluarkan ponsel dan menekan nomor ponsel Lucas Hank, tetapi tidak terhubung. Terdengar suara mesin penjawab --- Maaf, nomor yang Anda putar tidak dapat dihubungi, silakan coba lagi.Charlotte Shimon menelponnya terus menerus, tetapi tetap tidak dapat menghubunginya.Charlotte Shimon membolakbalikkan badannya di tempat tidur, memikirkan Lucas Hank yang pada saat remaja pernah ditahan dan diintimidasi di tempat yang dingin dan lembap selama tiga tahun. Dia memutuskan pasti akan menyembuhkannya, bagaimana pun caranya!Hasil tes darahnya akan keluar
Di kamar hotel.Charlotte Shimon duduk di kursi dan menusukkan jarum panjang ke pembuluh darahnya. Dia melihat tetesan racun bunga mengalir ke dalam tubuhnya.Dengan pengalaman sebelumnya, Charlotte Shimon mengira tubuhnya sudah tidak asing dengan racun bunga ini. Tetapi ketika racun bunga itu bekerja, sakitnya ribuan kali lipat dari sebelumnya.Dalam dunia medis keadaan ini diakibatkan oleh racun bunga telah meningkatkan tingkat kekebalan terhadap darahnya, dan tingkat pertahanan darahnya telah menurun, sehingga racun bunga menjadi lebih kuat.Wajah Charlotte Shimon menjadi sangat pucat dan keringat dingin bercucuran di keningnya. Seperti ada sesuatu yang mengunyah tulangnya, sakitnya tidak tertahankan.Charlotte Shimon berusaha menahan rasa sakit dan segera mengambil sebuah pulpen. Dia menulis beberapa persamaan reaksi penting di atas kertas, tetapi masih kurang satu persamaan lagi.Charlotte Shimon merasa dia hampir berhasil, kemenangan sudah di depan mata, dia telah menemukan penaw
Di kamar hotel, Larry Hank memeluk Charlotte Shimon dengan tenang, setelah beberapa saat terdengar suara gesekan kartu kamar dari luar dan pintu terbuka.Larry Hank mengangkat wajahnya dan bertemu pandang dengan mata Lucas Hank, Lucas Hank bergegas mendekat.Lucas Hank berdiri tegak di dekat pintu, tatapan yang setajam elang menyapu ke dalam ruangan. Charlotte Shimon sedang memeluk Larry Hank dengan kedua tangannya, dan Larry Hank merangkul pundaknya, mereka berpelukan erat. Alisnya segera mengerut dan bibir tipisnya melengkung.Dia melangkah lebar ke dalam kamar, membanting pintu kamar dengan kencang. Dia mengulurkan tangan untuk meraih lengan Charlotte Shimon dan menariknya dengan kuat.Tubuh ramping Charlotte Shimon menghantam tepat ke dada kokoh pria itu. Rasa sakit ini membuat dia mengangkat alisnya. Dia tidak tahu apakah karena racun dalam darahnya telah terkuras, atau pria di sebelahnya terlalu kuat. Ketika dia mengangkat kepalanya, wajah tampan Lucas Hank menyusut dan membesar
Charlotte Shimon tidak tahu mengapa dia dia tiba-tiba membicarakan topik ini, tetapi dia tidak bodoh. Hari ini Larry Hank membuka cadarnya, dia pasti menyukainya.Jari-jarinya menekuk, Charlotte Shimon menggelengkan kepala, "Aku tidak tahu ..."Lucas Hank menyela, "Kalau begitu aku memberitahumu sekarang, Larry Hank menyukaimu. Dia jatuh cinta padamu pada pandangan pertama di Kota Regalsen dua tahun lalu. Dia mengejarmu sampai ke Barbara Bay dan mencarimu selama setahun penuh, jadi sekarang kau tahu."Charlotte Shimon menoleh dan menatapnya, "Mengapa kau memberitahuku semua ini, aku tidak menyukainya!"Lucas Hank menatap lurus ke depan, Rolls-Royce Phantom melaju dengan sangat mulus, dia tidak berbicara lagi, dia sangat pendiam malam ini....Mereka tiba di Orlane Estate dan memasuki kamar tidur. Lucas Hank berkata dengan suara rendah, "Masuk dulu dan mandi.""Tuan Hank, aku..."Lucas Hank meliriknya, "Kita bicarakan nanti setelah mandi."Sikapnya tegas dan mendominasi seperti biasanya
Setelah berbicara, Lucas Hank melangkah pergi.Apakah dia sudah pergi?Charlotte Shimon mendengar suara langkah kakinya yang semakin menjauh. Dia sudah pergi, meninggalkan Orlane Estate larut malam dan tidak pulang.Charlotte Shimon menutup matanya dan ketika membukanya lagi, dia masih belum bisa melihat apa pun. Dia menjadi buta. Pengujian racun kedua masih meninggalkan racun Bunga Mandara dalam darahnya.Charlotte Shimon mengulurkan tangan untuk meraba-raba dan berhasil meraih jarum perak. Dia menusukkan jarum perak ke titik akupunturnya untuk memaksa racun Bunga Mandara keluar dari tubuhnya.Tetapi usahanya gagal, racun bunga itu terlalu kuat dan dengan kekuatan jarumnya saat ini, dia tidak bisa menyembuhkan dirinya sendiri.Jarum perak jatuh di atas karpet, Charlotte Shimon meringkuk di samping tempat tidur, lalu memeluk lutut dengan kedua tangannya, menatap kosong ke depan.Dia masih tidak percaya Tuan Hank akan menceraikannya, dia tidak akan bercerai dengannya.Tetapi hasil pengu
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan