Brenda tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Tiba-tiba terdengar suara manja dan manis milik Joan yang berkata, “Papi, Papi sudah pulang?”Hugh sudah pulang. Brenda kembali memasukkan laporan pemeriksaan itu ke dalam laci dengan gerakan cepat. Dia juga membuang alat kontrasepsi yang tadi dia gunakan ke dalam tempat sampah agar lelaki itu tidak melihatnya. Ada banyak pertanyaan dalam benak Brenda yang harus dia buktikan sendiri. Sebaiknya dia tidak langsung memberi tahu lelaki itu dulu.Brenda berjalan keluar dan melihat Hugh tengah berdiri di ruang tengah dan sedang menggendong Juan. Lelaki itu bahkan mendaratkan kecupan di pipi anak itu. Terlihat sekali bahwa Hugh sedang bahagia.“Sudah pulang?” tanya Brenda dengan suara pelan.Hugh menurunkan Joan dan berjalan ke hadapannya sambil menjawab, “Iya, aku pulang lebih awal untuk menemani kamu dan Joan.”“Kalau gitu aku siapkan makan malam dulu,” sahut Brenda sambil melangkah ke arah dapur.Hugh buru-buru mengikutinya dan memeluknya dari
Hugh tidak pernah menyangka bahwa Brenda bisa bersikap begitu agresif seperti siluman yang terus mengecupnya tanpa henti.Sekarang Brenda menyerangnya lagi dengan kecupan yang dalam. Jari Hugh mencengkeram pinggul perempuan itu. Lidah keduanya saling bertabrakan hingga membuat napas keduanya berpacu. Dia mengecup leher Brenda hingga menjalar dan berhenti di samping telinga perempuan itu dan bertanya,“Hari ini kenapa?”“Menurut kamu?”Brenda tidak langsung menjawab pertanyaannya. Tangan mungil perempuan itu turun dari dada Hugh hingga ke bawah dan bertanya dengan nada menggoda, “Memangnya kamu nggak suka?”Suka! Sangat suka!Namun ketika tangan perempuan itu terus bergerak ke bawah, Hugh mencari lagi sisa kesadarannya dan langsung menahan tangan Brenda agar tidak terus bergerak ke sembarang tempat.“Kenapa?” tanya Brenda sambil menatapnya.Hugh ada alasannya sendiri karena dia tahu keadaannya tidak memungkinkan. Brenda masih hamil dan dia juga tidak berani terlalu menekan perempuan itu
Brenda tidur dengan nyaman dalam pelukan lelaki itu. Hugh mendaratkan kecupan di kening Brenda dan berkata, “Mandi pakai apa? Kenapa wangi sekali?”Perempuan itu mendongak dan menatap wajah Hugh sambil berkata, “Kamu juga boleh masuk buat mandi. Sabunnya ada di sana dan kamu juga akan wangi.”Lelaki itu menatapnya sekilas dan berkata, “Pintar sekali bersandiwara dan pura-pura nggak ngerti. Memangnya aku bilang kamu wangi maksudnya seperti itu?”“Lalu apa maksud kamu?” Brenda membalik tubuhnya dan setengah dari badannya sudah dalam posisi merangkak di atas tubuh lelaki itu. Sedangkan Hugh yang setengah duduk dengan kepala yang disandarkan pada kepala kasur hanya bisa meneguk air liurnya ketika melihat posisi Brenda yang seperti anak kucing.Brenda tersenyum dan berkata, “Sekarang aku sudah ngerti, bukan? Artinya itu?”Hugh baru menyadari ternyata Brenda memiliki bakat penggoda. Dia memeluk pinggang ramping perempuan itu dan membawanya naik ke atas sambil bertanya, “Brenda, kamu itu kena
Brenda hanya diam saja selama Hugh berbicara. Akhirnya dia berhasil membuat lelaki itu jujur padanya. Semua ini adalah rencana Hugh. Dari awal hingga detik ini merupakan rencana yang sudah disusun oleh lelaki itu agar bisa menikah dengannya.“Brenda, aku nggak tahu harus menjelaskannya padamu dengan cara apa. Sebenarnya aku nggak minta kakek bilang seperti itu. Tapi kata dia hanya dengan cara seperti ini baru bisa mendapatkan kamu. Aku bahkan cari dia minta penjelasan setelah tahu dia bilang aku sakit. Beneran! Aku nggak bohong.”Brenda menatapnya dan bertanya, “Lalu bagaimana dengan mimpiku? Itu bukan mimpi? Semua itu nyata?”Hugh langsung menggenggam tangan perempuan itu dan dengan wajah memelas berkata, “Brenda, itu semua nyata. Aku yang nggak bisa menahan diriku dan mengendalikan diriku sendiri. Kamu adalah istriku dan setiap malam tidur di sampingku. Aku hanya bisa melihat dan nggak bisa menyentuhmu. Aku nggak tahan makanya aku melakukannya waktu kamu terlelap.”Brenda mendengus s
Perempuan itu bilang dia tidak mau anak ini. Hugh menegang di tempat karena kalimat itu merupakan kalimat yang paling takut untuk dia dengar. Sekarang Brenda mengatakannya di hadapannya.“Brenda, anak ini nggak berdosa. Dia merupakan nyawa mungil yang nggak tahu apa pun. Memangnya kamu tega melepaskan dia?”“Aku tahu semua ini aku yang salah. Aku yang dulu sudah melakukan banyak sekali hal yang menyakitimu. Aku tahu nggak peduli betapa berusahanya aku, aku nggak akan bisa memperbaiki apa yang aku perbuat sebelumnya. Aku juga nggak punya hak untuk memintamu melahirkan anak ini.”“Tapi tolong beri aku kesempatan demi anak di dalam perut kamu. Aku pasti akan menjadi seorang papa yang baik.”Brenda tidak ingin mendengar apa pun ucapan Hugh lagi sehingga dia berkata, “Hugh, kalau kamu begitu menginginkan anak ini, maka kamu saja yang melahirkannya. Kalau kamu nggak bisa melahirkannya, tutup saja mulutmu! Di sini nggak ada hak kamu untuk berbicara!”Hugh terdiam mendengar ucapan perempuan it
Joan selalu ingin mempunyai seorang adik laki-laki. Sekarang dia sangat bahagia sekali dan ingin adik laki-lakinya segera lahir dan bermain dengannya. Brenda mengelus kepala Joan dan berkata, “Joan, siapa yang bilang sama kamu kalau di dalam perut Mami ada adik laki-laki?”“Papi, Papi yang bilang sama aku.”Brenda menatap Hugh yang tengah menutup kompor dan datang menghampirinya sembari memeluk pinggang Brenda dan berkata, “Brenda, Joan yang sering melihat keadaan kamu akhir-akhir ini nggak sehat. Dia sangat khawatir, makanya aku bilang sama dia tentang kehamilan kamu.”“Benarkah? Aku rasa kamu mau memanfaatkan Joan, kan?” balas Brenda yang mengetahui rencana Hugh.Hugh menyunggingkan senyum dan meletakkan telapak tangannya di atas perut Brenda sambil mengelusnya pelan. “Brenda, jangan sakiti anak ini. Asalkan kamu nggak menggugurkan dia, aku rela melakukan apa pun meski harus mati.”Brenda langsung menepis tangan lelaki itu dan berkata, “Siapa yang mau nyawa kamu?!”“Brenda, kamu ngga
Akan tetapi, bagaimana antara dia dan juga Hugh? Dia sendiri masih belum memikirkannya lagi.***Hugh pulang lebih awal karena sepanjang hari ini fokusnya terasa buyar. Kepalanya hanya memikirkan Brenda saja. Di telinganya terus berputar ucapan perempuan itu kemarin malam yang mengatakan dia tidak menginginkan bayi tersebut.Hugh takut Brenda akan menggugurkan kandungannya karena Hugh sendiri juga tidak memiliki alasan untuk mempertahankan perempuan itu dan juga anaknya. Dia kembali ke rumah dan berseru, “Brenda!”Keadaan di rumah sepi dan tidak ada yang membalas panggilannya. Hanya terdengar pantulan suaranya saja yang bergema di sekeliling rumah. Ke mana perempuan itu?“Brenda! Brenda!” Hugh berseru sambil mencari-cari ke seluruh isi rumah. Akan tetapi dia tidak menemukan sosok Brenda di sana.Jantung Hugh berdetak dengan cepat. Dengan tergesa-gesa dia berlari keluar untuk mencari Brenda. Bahkan lelaki itu mengeluarkan ponselnya dan sibuk menghubungi nomor Brenda. Akan tetapi, suara
Orang yang datang adalah Bella. Perempuan itu memandangi keadaan ruang operasi yang berantakan dan bisa membayangkan ekspresi murka Hugh. Inilah yang dia inginkan!Bella mengeluarkan sebuah cek dan mengulurkannya pada dokter itu sambil berkata, “Ambil uang ini dan kalian segera pergi dari rumah sakit ini.”Dokter tersebut menerima kertas cek dengan tergesa-gesa dan bergegas kabur. Hugh sangat menyeramkan sekali dan jika ketahuan mereka bersandiwara, maka lelaki itu pasti akan marah besar.“Bu Bella, terima kasih,” ucap dokter tersebut dan setelah itu langsung berbalik kabur.Bella hanya menyunggingkan senyum penuh puas karena tahu bahwa selanjutnya akan ada pertunjukkan yang sangat seru.***Brenda membuka kelopak matanya dengan perlahan dan tampak bingung saat menyadari dirinya sudah ada di rumah. Sekarang dia tengah terbaring di ranjang yang ada di dalam kamarnya sendiri. Kenapa dia bisa di rumah?Seingat Brenda, dia tadi masih melakukan USG dan sepertinya tertidur. Aneh sekali.Dia