Dia mengganti topik pembicaraan dengan cukup cepat. Dia masih marah-marah sebelumnya, tetapi sedetik kemudian pria itu bertanya apakah dia sudah mandi.Chelsea berkata, "Sudah."“Ayo, kembali bersamaku.” Julius Hill menarik pergelangan tangan dan membawanya keluar. “Apakah kau tahu di mana kamarmu mulai sekarang? Ini adalah kamarmu.”Dia membawanya ke kamar tidur utama.Chelsea berbisik dari belakang, "Kau tidak menyuruhku masuk, aku tidak berani masuk.”Julius Hill menoleh dan meliriknya. "Chelsea, aku masih muda dan tidak punya berencana untuk pisah ranjang. Kau pikir untuk apa aku menikahimu? Apakah untuk disembah?”“Ya, aku tahu, aku tahu. Sudahlah, kau jangan marah lagi.” Chelsea takut dia akan marah lagi, dan segera meraih tangan besarnya, “Aku akan menurutimu mulai dari sekarang."Entah karena suara lembutnya atau tangan kecilnya yang tiba-tiba meraih tangannya, Julius Hill segera berhenti berbicara, amarahnya juga lenyap dalam seketika.Julius Hill berganti menggenggam tangan
“Oke.” Chelsea mengangguk dan menyerahkan tas kerja padanya.Julius Hill menatapnya. "Kalau begitu, aku pergi dulu.""Baiklah, sampai jumpa, Suamiku."Setelah mengucapkan selamat tinggal, Julius tidak pergi dan menatapnya dalam-dalam.Chelsea merasa bingung. "Mengapa masih berangkat, apa kau melupakan sesuatu?"“Bukan aku yang melupakan sesuatu, tapi kau yang melupakan sesuatu, Chelsea. Pikirkan baik-baik.” Dia masih menatapnya.Chelsea memutar otak untuk memikirkannya."Hm, bisakah kau mengingatkan aku?"Julius Hill menyeret Chelsea ke depan dan menunjuk wajah tampannya dengan jarinya. "Kau tidak menciumku sebelum aku berangkat kerja?"Chelsea terdiam.Dia benar-benar tidak menduganya.“Kenapa, kau tidak ingin menciumku?” Melihat Chelsea hanya terdiam, Julius Hill segera mengerutkan alisnya.Chelsea segera berjinjit dan mengecup wajah tampan. "Sudah oke?"Julius Hill tersenyum puas, tetapi segera berkata dengan serius, "Ingat baik-baik. Jangan lupa lagi nanti.""Baik."Melihat
Obat kontrasepsi?Tatapan Julius Hill tiba-tiba menjadi tegas. Chelsea selalu meminta obat kontrasepsi padanya sebelumnya. Apakah dia tidak ingin melahirkan bayi untuknya?Dia bisa memahaminya dulu, tetapi dia adalah istrinya sekarang. Mengapa dia masih tidak ingin melahirkan bayi untuknya?Julius Hill naik ke lantai atas dan mendorong pintu kamar Ray Kecil. Chelsea dan Ray Kecil sedang bermain plastisin. Mereka sedang membuat orang-orangan dari plastisin sambil tertawa. Ray Kecil langsung menyadari kehadiran ayahnya dan berteriak dengan senang, "Ayah, kau sudah pulang!""Ya." Julius Hill mengangguk.Chelsea segera meletakkan plastisin di tangannya dan bangkit, "Suamiku, lelah tidak hari ini?"Dia mengangkat tangannya untuk membantu Julius Hill melepas jas hitamnya.Namun Julius Hill mendorongnya dan tidak membiarkan Chelsea melepas pakaiannya.Chelsea segera merasa ada yang tidak beres. Jadi dia menatapnya dan bertanya, "Suamiku, ada apa? Apakah kau suasana hatimu sedang buruk hari
Chelsea mengulurkan tangan untuk memeluk pinggangnya. "Kalau begitu, apakah kau masih marah?"Julius Hill menggelengkan kepalanya. "Tidak marah lagi."“Apakah bisa kau jangan marah-marah lagi? Aku sangat takut setiap kali melihatmu tiba-tiba marah padaku.” Chelsea mengedipkan matanya yang cantik dengan agak kesal dan manja.Julius Hill paling tidak tahan dengan sikap manjanya. Hatinya yang keras langsung melunak. Dia memeluk pinggangnya erat-erat dan berkata, "Aku tidak akan marah, kalau kau tidak bandel lagi.""Oke, kalau begitu kita sudah sepakat. Mari kita sama-sama berusaha."Julius Hill mengangguk. "Aku membelikan sesuatu untukmu, coba lihat apakah kau menyukainya."“Apa?” Chelsea segera melihat permen kapas berwarna merah muda dan putih. Dia melompat kegirangan. “Wah, permen kapas. Suamiku, kau membelikan ini untukku?”“Ya, aku melihatnya di jalan tadi,” kata Julius Hill dengan berpura-pura acuh tak acuh.Chelsea menjilat permen kapas. "Sangat manis dan lezat."Melihat wajah
Julius Hill meletakkan dokumen di tangannya. Chelsea ternyata bersembunyi di bawah selimutnya dan sedang merangkak di tubuhnya bahkan mengeong padanya.Chelsea baru selesai mandi, rambut ikal cokelatnya tergerai berantakan di kulitnya yang mulus di bawah selimut. Julius Hill bisa mencium aroma tubuhnya dari kejauhan. Putri yang sejak lahir dirawat dengan baik ini terlihat sangat lembut seperti bunga dalam rumah kaca.Jakun Julius Hill langsung bergerak naik turun. Dia mengerutkan bibirnya dan menegur, "Apa sedang yang kau lakukan?""Aku sedang bermain denganmu."Julius Hill mengambil dokumennya dan melanjutkan membaca, "Aku masih ada pekerjaan malam ini."Dia ternyata harus bekerja.Chelsea tampak kecewa. Dia mengulurkan tangan kecilnya untuk menyingkirkan dokumen di tangannya dan menjulurkan wajah mungilnya ke depan Julius Hill. "Presiden Hill, apa bisa berhenti bekerja dulu? Sekarang adalah waktunya tidur."“Tidak bisa, dokumen-dokumen ini sangat mendesak,” Julius Hill menolak dengan
“Ada apa, siapa yang membuatmu marah pagi-pagi?” Julius Hill tersenyum.Chelsea menatapnya dan mendengus, "Kamu!"“Aku? Apa salahku?” Julius Hill menunjuk dokumen di tangannya, “Aku harus bangun pagi-pagi untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum selesai semalam gara-gara kamu. Apakah kamu marah karena ini?”Apakah Julius Hill sedang menyalahkan dia telah mengganggunya semalam?Wajah mungil Chelsea yang cantik langsung merona. "Meskipun begitu … kau juga tidak bisa menyalahkan aku sepenuhnya untuk kejadian semalam, kau … kau yang memulainya … "Melihat Julius Hill dan Chelsea begitu mesra, wajah sekretaris wanita menjadi pucat dan berjalan pergi dengan bijak.Julius Hill mencubit hidung kecil Chelsea. "Jika bukan kau yang menggodaku, apakah bisa ada kejadian semalam?"Baiklah, Chelsea merasa ini memang salahnya.Chelsea melihat ke arah sekretaris wanita itu pergi, dan mengedipkan mata dengan penuh arti. "Presiden Hill, mengapa kau tidak memberitahuku lebih awal bahwa kau akan melakukan
Mengapa dia meneleponnya?Chelsea menekan tombol untuk menyambungkan panggilan. "Halo, Suamiku, ada apa? Kau sudah naik pesawat?"Julius Hil berkata, "Aku belum naik pesawat. Aku tiba-tiba tidak ingin memakai jas hitam, tolong antarkan jas biru ke sini."Hah?Chelsea tidak pernah merasa pria ini begitu memperhatikan penampilan sebelumnya. "Oke, aku akan mengantarnya untukmu sekarang.""Ajak Ray bersama."Chelsea menatap Ray Kecil. "Untuk apa mengajaknya?""Aku merindukan putraku, oke?""Oke, aku akan tiba sebentar lagi."Chelsea kembali ke kamar untuk mengambil jas biru yang Julius Hill maksud. Kemudian, dia menggandeng tangan Ray Kecil, "Ray, ayo. Kita pergi ke bandara untuk mengantarkan pakaian Ayah.""Oke, oke," kata Ray Kecil dengan gembira.Chelsea membawa putranya ke bandara. Dari kejauhan dia sudah melihat sosok Julius Hill yang tinggi dan tampan, dia berlari ke sana. "Suamiku."Julius Hill menoleh untuk menatapnya. "Sudah datang?"Chelsea menyodorkan jas biru di tangannya.
Chelsea mengenakan lingerie dengan kardigan krem di atasnya dan duduk di kursi. Dia sedang menulis dengan lincah. Cahaya redup menyinari tubuhnya yang lembut, seperti sebuah gambar yang indah.Julius Hill berjalan mendekat lalu meletakkan kedua tangan di pundak Chelsea. "Sedang menulis apa?"Chelsea mengangkat kepalanya. "Aku menerjemahkan dua dokumen ini untukmu dan sudah memasukkannya ke dalam komputermu. Sekarang aku sedang menandakan poin-poin penting untukmu agar kau bisa langsung melihatnya sekilas saat rapat. Dengan begitu, kau tidak perlu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membacanya terlebih dahulu."Julius Hill tersenyum. Kedua dokumen salah satunya dalam bahasa Jerman dan yang lainnya dalam bahasa Spanyol. Chelsea menerjemahkannya dengan begitu cepat.Julius sudah lupa bahwa Chelsea terlahir sebagai gadis bangsawan. Dia sangat pintar dan menguasai delapan belas bahasa. Ketika Pangeran Rosen meninggal karena sakit, Chelsea adalah ibu negara yang menangani semua urusa