Ya, ampun!Semua orang menatap ayah dan anak itu dengan kaget. Sudah cukup mengejutkan bahwa Presiden Hill membawa putranya ke luar negeri.Julius Hill menggendong putranya agar dan menyuruhnya duduk yang benar. Dia menolak dengan tegas, "Tidak bisa. Kau akan mengganggu tidur ibumu."“Baiklah kalau begitu.” Ray Kecil merasa bosan dan bermain-main dengan mobil kecilnya.Julius Hill melanjutkan pidatonya.Namun semua orang tidak bisa merasa tenang lagi setelah melihat pemandangannya ini. Wartawan juga mulai gelisah, ada apa sebenarnya?Pidato akhirnya selesai. Setelah sesi foto, berikutnya adalah sesi tanya jawab para wartawan.Namun, semua orang tidak bertanya tentang isi pidato, melainkan membombardirnya dengan pertanyaan pribadi."Presiden Hill, kami semua tahu Anda baru menikah baru-baru ini. Selamat ya."Julius Hill mengangkat alisnya dan tampak penuh semangat. Dia tidak menyembunyikan kegembiraan sama sekali. "Terima kasih.""Presiden Hill, mengapa Anda membawa putra Anda dalam pi
Joan mengedipkan mata besarnya dan menatap Chelsea. Dia berkata dengan lembut, "Halo Bibi, kau cantik sekali seperti peri di langit."Setelah mendengar pujian dari mulut manis Joan Kecil, Chelsea tidak bisa menahan diri untuk tidak menciumnya. "Joan pintar sekali."Brenda Wright membawa Joan Kecil masuk ke kamar, setelah meletakkan barang-barang bawaannya. Mereka bertiga pergi mencari Julius Hill. Brenda Wright sudah lama tidak melihat adiknya dan Ray Kecil."Chelsea, aku sangat senang melihat kau sudah kembali. Kau tidak tahu betapa sedihnya Julius selama kau pergi dalam tiga tahun ini. Meskipun Julius tidak mengatakan apa-apa, aku tahu dia merindukanmu setiap hari."Chelsea melengkungkan bibirnya. "Tepatnya, dia benci denganku. Kak Brenda, kau tidak tahu dia sebenarnya sangat membenciku.""Chelsea, mana ada perasaan benci jika tidak ada cinta? Kau tiba-tiba meninggalkan Julius dan Ray tiga tahun yang lalu. Julius memang sangat membencimu. Ray tidak bisa minum seteguk susu saat dia
“Chelsea, Kak Brenda ada di sini, cepat lepaskan aku.” Julius Hill berbisik di telinga Chelsea.Chelsea tidak ingin melepaskannya, alih-alih dia semakin mengencangkan pelukannya. Dia berharap bisa selalu berada di dekat pria ini sepanjang hidupnya dan tidak pernah meninggalkannya.Chelsea memutuskan ingin mencari ingatannya kembali.Dia ingin mencari tahu apa yang terjadi tiga tahun lalu, mengapa dia rela meninggalkan Julius Hill yang terbaik di dunia ini?Chelsea telah melupakan kisah cinta mereka. Dia tidak ingin mendengarnya dari orang lain, tetapi ingin mengingat kembali semuanya.Julius Hill merasa bingung, dia baru pergi sebentar mengapa Chelsea tiba-tiba begitu lengket dengannya. Meskipun dia merasa sangat senang, dia tetap harus menjaga citranya di depan Kak Brenda.“Chelsea, aku akan membiarkanmu memeluk aku sepuasnya setelah kita kembali ke kamar.” Julius Hill membujuknya dengan lembut.Chelsea baru melepaskannya dengan berat hati.Brenda Wright tersenyum dan berkata, "Juli
Brenda Wright yang berada di luar langsung mematung, karena dia mengenali suara itu.Meskipun tiga tahun sudah berlalu, dia masih mengenali suara itu adalah suara Hugh Randall!Pada saat ini, pintu kamar kecil pria didorong dan sebuah sosok yang tampan berjalan keluar.Brenda Wright mendongak dan langsung melihat Hugh Randall di depannya.Pria itu benar-benar tidak berubah selama tiga tahun ini. Dia masih terlihat tampan dan sombong, juga sangat ganas sehingga membuat orang-orang takut mendekatinya.Brenda Wright belum siap bertemu dengannya, tetapi pria ini tiba-tiba muncul di depannya. Jadi dia mematung.Hugh Randall menyimpan ponselnya dan mendongak. Pada saat ini, dia juga melihat Brenda Wright.Dia menyipitkan matanya dan meliriknya, lalu melangkah pergi melewatinya, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.Brenda Wright bahkan tidak yakin apakah pria itu mengenalinya tadi. Dia hanya menatapnya sekilas seperti sedang melihat orang asing.Mungkin, pria itu sudah melupakan dirinya.Brenda
Brenda Wright buru-buru menatap putrinya dan bertanya dengan lembut, "Ada apa Joan?"Joan Kecil menggosok betisnya dan menjulurkan lidahnya dengan malu. "Bu, kakiku agak pegal, bisakah kau menggendongku?"Julius Hill segera berkata, "Joan, mari Paman gendong, ya?"Brenda Wright mengulurkan tangannya untuk menggendong Joan Kecil, sambil tersenyum pada Julius Hill. "Tidak apa-apa, Julius. Joan sangat ringan, aku bisa menggendongnya."Julius Hill tersenyum dan tidak berkata apa-apa.Joan Kecil memeluk leher ibunya dengan kedua tangan dan mencium pipinya, lalu berkata dengan manis, "Ibu, aku mencintaimu.""Ibu juga mencintai Joan."Pada saat ini, Joan Kecil merasa ada yang selalu menatapnya. Mata besarnya segera melirik ke samping dan melihat Hugh Randall yang memasukkan tangan ke dalam saku celananya, bersandar di lift dengan malas dan sedang menatapnya.Joan Kecil berbisik kepada Brenda Wright, "Ibu, ada Paman tampan yang selalu menatapku di sana."Brenda Wright tahu siapa yang Joan Ke
Brenda Wright mencium putrinya, lalu pergi berendam di kamar mandi dan bersantai sebentar.Dia sudah menjadi kepala desainer terkemuka bertaraf internasional sekarang. Dia tidak kekurangan uang dan menikmati hidupnya. Jadi dia juga merawat tubuhnya dengan baik.Setelah mandi, dia melihat dirinya di cermin. Wajah mungilnya yang cantik terlihat merah dan bersinar. Dia menyeka tetesan air di tubuhnya dengan handuk, lalu mengoleskan pelembab. Seluruh tubuhnya menjadi harum dan mulus.Dia keluar dari kamar mandi, bersiap untuk tidur.Namun pada saat ini bel pintunya tiba-tiba berbunyi.Siapa itu?Jangan-jangan Julius atau Chelsea?Brenda Wright berjalan ke pintu dan membuka pintu kamar. Sosok tinggi dan tampan yang berdiri di luar pintu adalah Hugh Randall.Dia ternyata langsung datang mencarinya.Hari ini Hugh Randall mengikuti dia dan Joan dari dalam mobil, tetapi dia segera pergi setelah Brenda Wright dan Joan memasuki ruang pameran. Brenda tidak menyangka dia akan datang.Brenda Wright
Ekspresi di wajah Hugh Randall tidak berubah, tetapi nada suaranya diturunkan dan terdengar lebih lembut, "Tidak."Wenda tentu saja merasa senang mendengarnya. "Suamiku, kalau begitu kau teruskan saja pekerjaanmu. Aku tidak akan mengganggumu lagi, aku tidur dulu."Wenda menutup telepon.Hugh Randall menutupi Joan Kecil dengan selimut, lalu bangkit dan berjalan ke depan pintu kamar mandi. Dia mengangkat tangannya dan mengetuk pintu kamar mandi.Brenda Wright membuka pintu kamar mandi. "Sudah selesai teleponnya?""Ya." Mata Hugh Randall tertuju pada wajah mungilnya, lalu dia mengeluarkan ponselnya. "Berapa nomor ponselmu? Aku akan menyimpannya.""Untuk apa kau menginginkan nomor ponselku?"Kelopak mata Hugh Randall tampak berkedut. Dia menatap mata Brenda Wright yang terlihat waspada. Dia tersenyum tipis dan berkata, "Agar lebih mudah menghubungimu nanti. Aku ingin melihat anakku."Brenda Wright tidak memberikan nomor ponselnya. Dia berpikir sebentar lalu berkata, "Kau adalah ayah Joan
Ketika melihat Brenda Wright, Wenda langsung tertegun dan senyumnya langsung lenyap.Pada saat ini, Hugh Randall mengangkat kepalanya dan menatap Brenda Wright.Seorang staf berjalan mendekat dan berkata, "Laksamana, Nyonya Laksamana, silakan ke arah sini. Ini adalah tempat duduk Anda."Staf menunjuk ke dua tempat duduk di samping Brenda Wright.Kebetulan sekali, mereka bertiga bukan hanya bertemu di sini hari ini, bahkan telah diatur untuk duduk bersama.Wenda menatap Brenda Wright. "Nona Brenda, mengapa kau juga ada di sini?"Setelah itu, Wenda bertanya kepada Hugh Randall dengan marah, "Suamiku, apakah kau yang membawanya masuk? Sejak kapan kau menghubungi dia secara diam-diam di belakangku?"Hugh Randall mengerutkan alisnya. Brenda Wright buru-buru menjelaskan, "Nyonya Wenda, kau salah paham. Bukan dia yang membawaku masuk. Aku datang ke sini sendiri. Ini hanya kebetulan."Wenda langsung mendengus. "Brenda Wright, kau masih berkata bukan suamiku yang membawamu? Apakah kau memenuh
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan