Pada saat ini, lagu pernikahan mengalun. Julius Hill berdiri di ujung depan karpet merah. Dia terlihat sangat tampan dalam setelan hitam. Dia adalah pengantin pria paling tampan yang pernah Chelsea lihat.Mata Chelsea memerah. Dia berjalan mendekati Lucas Hank dan meraih lengan ayahnya itu. Kemudian, dia berjalan menuju sisi Julius Hill selangkah demi selangkah di mata di bawah tatapan semua orang yang merestui mereka.Lucas Hank menyerahkan tangan putrinya, Chelsea, kepada Julius Hill. "Presiden Hill, Chelsea akan menjadi istrimu mulai sekarang juga ibu dari anakmu. Aku harap kau bisa mencintainya dan menjaganya dengan baik."Julius Hill mengangguk dan berkata, "Baik."Kemudian, Julius Hill meraih tangan Chelsea.Mereka berdua berjalan ke depan pendeta. Pendeta bertanya, "Tuan Julius, apakah Anda bersedia menikahi Nona Chelsea dan berjanji tidak peduli dalam keadaan kaya atau miskin, sehat atau sakit, Anda tidak akan pernah meninggalkannya?"Julius Hill mengangguk. "Aku bersedia.""
Melihat Julius Hill melindungi Chelsea seperti ini, mata Matilda Lambert berkaca-kaca. "Kak Julius, wanita ini pernah menyakitimu sebelumnya, mengapa kau masih begitu baik dengannya? Aku adalah orang yang paling mencintaimu. Mengapa kau tidak pernah menyukai aku?"Julius Hill mengerutkan alis. "Matilda Lambert, aku sudah menjelaskannya kepadamu sebelumnya. Selain itu, aku sendiri yang ingin menikahi Chelsea. Ini tidak ada hubungannya dengan dia, jangan datang lagi kelak. Ada banyak orang yang menyukaimu. Mengapa kau harus selalu mencariku? Ini hanya membuatmu terlihat sangat murahan."Wajah Matilda Lambert memucat, ternyata dia menganggapnya murahan selama ini.“Oke, aku sudah mengerti. Kak Julius, aku benci kamu!” Matilda Lambert menangis dan berlari pergi.Chelsea merasa Matilda Lambert sebenarnya bukan orang jahat, dia hanya seorang gadis kecil. Hatinya terasa hangat saat melihat sosok kekar Julius Hill di depannya. Apakah pria ini sedang berusaha melindunginya?“Apa kau perlu me
Julius Hill berkata, "Kalau begitu kau tidak perlu bermimpi. Kau tidak akan pernah menemukan pengantin yang lebih cantik dari ibumu."Ray Kecil, "Oh."Hati Chelsea terasa hangat saat mendengarkan percakapan ayah dan anak itu. Dia berjalan keluar dari kamar dan memberikan ruang pada ayah dan anak itu.Namun, dia baru menyadarinya. Dia seharusnya tinggal di kamar mana?Dia sudah menikah dengan Julius Hill sekarang, apakah dia perlu tinggal di kamar yang sama denganya? Namun, Julius Hill berkata dia menikahinya untuk membalas dendam, apakah pria itu masih tinggal sekamar dengannya?Chelsea ragu-ragu sejenak dan memasuki kamar tamu lalu masuk ke kamar mandi untuk mandi.Setelah ayah dan anak itu selesai mandi, Julius Hill berpakaian terlebih dahulu lalu membawa Ray Kecil keluar. Ray Kecil menatapnya dan bertanya, "Ayah, bolehkah aku tidur bersama Ibu dan Ayah malam ini?"“Tidak boleh.” Julius Hill langsung menolak.“Kenapa? Aku akan jadi anak baik dan tidur sendiri di dalam.” Ray Kecil be
Dia mengganti topik pembicaraan dengan cukup cepat. Dia masih marah-marah sebelumnya, tetapi sedetik kemudian pria itu bertanya apakah dia sudah mandi.Chelsea berkata, "Sudah."“Ayo, kembali bersamaku.” Julius Hill menarik pergelangan tangan dan membawanya keluar. “Apakah kau tahu di mana kamarmu mulai sekarang? Ini adalah kamarmu.”Dia membawanya ke kamar tidur utama.Chelsea berbisik dari belakang, "Kau tidak menyuruhku masuk, aku tidak berani masuk.”Julius Hill menoleh dan meliriknya. "Chelsea, aku masih muda dan tidak punya berencana untuk pisah ranjang. Kau pikir untuk apa aku menikahimu? Apakah untuk disembah?”“Ya, aku tahu, aku tahu. Sudahlah, kau jangan marah lagi.” Chelsea takut dia akan marah lagi, dan segera meraih tangan besarnya, “Aku akan menurutimu mulai dari sekarang."Entah karena suara lembutnya atau tangan kecilnya yang tiba-tiba meraih tangannya, Julius Hill segera berhenti berbicara, amarahnya juga lenyap dalam seketika.Julius Hill berganti menggenggam tangan
“Oke.” Chelsea mengangguk dan menyerahkan tas kerja padanya.Julius Hill menatapnya. "Kalau begitu, aku pergi dulu.""Baiklah, sampai jumpa, Suamiku."Setelah mengucapkan selamat tinggal, Julius tidak pergi dan menatapnya dalam-dalam.Chelsea merasa bingung. "Mengapa masih berangkat, apa kau melupakan sesuatu?"“Bukan aku yang melupakan sesuatu, tapi kau yang melupakan sesuatu, Chelsea. Pikirkan baik-baik.” Dia masih menatapnya.Chelsea memutar otak untuk memikirkannya."Hm, bisakah kau mengingatkan aku?"Julius Hill menyeret Chelsea ke depan dan menunjuk wajah tampannya dengan jarinya. "Kau tidak menciumku sebelum aku berangkat kerja?"Chelsea terdiam.Dia benar-benar tidak menduganya.“Kenapa, kau tidak ingin menciumku?” Melihat Chelsea hanya terdiam, Julius Hill segera mengerutkan alisnya.Chelsea segera berjinjit dan mengecup wajah tampan. "Sudah oke?"Julius Hill tersenyum puas, tetapi segera berkata dengan serius, "Ingat baik-baik. Jangan lupa lagi nanti.""Baik."Melihat
Obat kontrasepsi?Tatapan Julius Hill tiba-tiba menjadi tegas. Chelsea selalu meminta obat kontrasepsi padanya sebelumnya. Apakah dia tidak ingin melahirkan bayi untuknya?Dia bisa memahaminya dulu, tetapi dia adalah istrinya sekarang. Mengapa dia masih tidak ingin melahirkan bayi untuknya?Julius Hill naik ke lantai atas dan mendorong pintu kamar Ray Kecil. Chelsea dan Ray Kecil sedang bermain plastisin. Mereka sedang membuat orang-orangan dari plastisin sambil tertawa. Ray Kecil langsung menyadari kehadiran ayahnya dan berteriak dengan senang, "Ayah, kau sudah pulang!""Ya." Julius Hill mengangguk.Chelsea segera meletakkan plastisin di tangannya dan bangkit, "Suamiku, lelah tidak hari ini?"Dia mengangkat tangannya untuk membantu Julius Hill melepas jas hitamnya.Namun Julius Hill mendorongnya dan tidak membiarkan Chelsea melepas pakaiannya.Chelsea segera merasa ada yang tidak beres. Jadi dia menatapnya dan bertanya, "Suamiku, ada apa? Apakah kau suasana hatimu sedang buruk hari
Chelsea mengulurkan tangan untuk memeluk pinggangnya. "Kalau begitu, apakah kau masih marah?"Julius Hill menggelengkan kepalanya. "Tidak marah lagi."“Apakah bisa kau jangan marah-marah lagi? Aku sangat takut setiap kali melihatmu tiba-tiba marah padaku.” Chelsea mengedipkan matanya yang cantik dengan agak kesal dan manja.Julius Hill paling tidak tahan dengan sikap manjanya. Hatinya yang keras langsung melunak. Dia memeluk pinggangnya erat-erat dan berkata, "Aku tidak akan marah, kalau kau tidak bandel lagi.""Oke, kalau begitu kita sudah sepakat. Mari kita sama-sama berusaha."Julius Hill mengangguk. "Aku membelikan sesuatu untukmu, coba lihat apakah kau menyukainya."“Apa?” Chelsea segera melihat permen kapas berwarna merah muda dan putih. Dia melompat kegirangan. “Wah, permen kapas. Suamiku, kau membelikan ini untukku?”“Ya, aku melihatnya di jalan tadi,” kata Julius Hill dengan berpura-pura acuh tak acuh.Chelsea menjilat permen kapas. "Sangat manis dan lezat."Melihat wajah
Julius Hill meletakkan dokumen di tangannya. Chelsea ternyata bersembunyi di bawah selimutnya dan sedang merangkak di tubuhnya bahkan mengeong padanya.Chelsea baru selesai mandi, rambut ikal cokelatnya tergerai berantakan di kulitnya yang mulus di bawah selimut. Julius Hill bisa mencium aroma tubuhnya dari kejauhan. Putri yang sejak lahir dirawat dengan baik ini terlihat sangat lembut seperti bunga dalam rumah kaca.Jakun Julius Hill langsung bergerak naik turun. Dia mengerutkan bibirnya dan menegur, "Apa sedang yang kau lakukan?""Aku sedang bermain denganmu."Julius Hill mengambil dokumennya dan melanjutkan membaca, "Aku masih ada pekerjaan malam ini."Dia ternyata harus bekerja.Chelsea tampak kecewa. Dia mengulurkan tangan kecilnya untuk menyingkirkan dokumen di tangannya dan menjulurkan wajah mungilnya ke depan Julius Hill. "Presiden Hill, apa bisa berhenti bekerja dulu? Sekarang adalah waktunya tidur."“Tidak bisa, dokumen-dokumen ini sangat mendesak,” Julius Hill menolak dengan
Bella melihatnya tidak bicara dan mendadak merasa sedikit tidak yakin. Pertama dia tidak tahu apakah Hugh percaya atau tidak, kedua dia tidak tahu apakah Hugh bersedia bertanggung jawab. Bella mengenakan pakaiannya dengan cepat dan mengejar lelaki itu.“Kak Hugh, sekarang aku milikmu, kamu tahu sendiri perasaanku padamu. Aku menyukaimu dan hanya ingin menikah denganmu saja. Sekarang kesucianku sudah kuberikan padamu, kalau kamu nggak mau tanggung jawab, aku akan … aku akan bunuh diri!”Bella terisak hebat sedangkan Hugh hanya diam tidak berbicara.“Kak Hugh, kalau gitu akan mau mati saja,” kata Bella sambil berbalik untuk membanting dirinya ke tembok.Tiba-tiba Hugh mengulurkan tangannya dan menarik perempuan itu sambil berkata, “Bella, kamu ngapain? Aku nggak bilang nggak mau tanggung jawab!”Bella terlonjak dalam hati. Maksudnya lelaki itu mau bertanggung jawab pada dirinya?“Kak Hugh, aku tahu Kakak ada perasaan padaku,” ujar Bella dan langsung memeluk pinggang lelaki itu. Wajahnya
Sakit sekali. Kedua mata Bella berair karena rasa sakit yang luar biasa menyiksanya. Bella mendongak dan menatap lelaki yang ada di atas kasur dengan memelas dan merengek, “Bos.”Hugh berbalik dan kembali memunggungi perempuan itu. Detik itu juga Bella curiga jangan-jangan Hugh sengaja melakukan hal ini. Lelaki itu sengaja mempermainkannya dan menendangnya hingga jatuh. Sebagai seorang perempuan, ditendang hingga jatuh dari kasur merupakan sesuatu yang begitu memalukan.Bella merangkak naik lagi ke sisi Hugh dan melihat lelaki itu yang kedua matanya masih terpejam. Napasnya tampak teratur dan terlihat memang tertidur karena mabuk.“Bos, Bos,” panggil Bella beberapa kali.Hugh tidak ada reaksi dan tetap tidur. Bella merasa sedikit aneh, jangan-jangan dia yang terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh? Lelaki ini pasti sudah mabuk karena sudah menghabiskan begitu banyak alkohol. Dia mendorong pintu kamar mandi dan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.Setelah itu dia mengenakan bathrobe p
“Bos, kenapa minum sendirian? Sini, biar aku temani.”Bella menuangkan satu gelas alkohol untuk dirinya sendiri dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Hugh tidak melihat perempuan itu, tetapi dia tidak menjauhkannya juga. Setelah Bella menghabiskan satu gelas alkohol, Hugh juga ikut menghabiskan satu gelas lagi.Bella melihat ada harapan karena dulu Hugh pasti akan mengabaikannya. Ternyata kepergian Brenda membuatnya memiliki tempat di sisi lelaki itu. Semua usahanya akhirnya terbayarkan.“Bos, Bos terlihat nggak senang karena Brenda? Dia benar-benar nggak tahu bersyukur, mungkin karena terlalu sering dimanja. Brenda nggak bisa jadi istri yang baik, tapi juga nggak bisa jadi ibu yang baik. Dia nggak bisa menyayangimu. Hidup dengan perempuan itu pasti sangat melelahkan. Bos, lupakan saja dia.”Bella menuangkan satu gelas alkohol lagi untuk Hugh. Lelaki itu hanya diam saja dan menerima alkohol dari Bella serta menghabiskannya. Perempuan itu lanjut menuangkan alkohol pada Hugh dan deng
Mendengar Brenda memanggilnya dengan sebutan “Suami” membuat Hugh langsung melayangkan kecupan dalam di bibir perempuan itu.***Bella terlihat sangat panik karena dia selalu menunggu saat-saat di mana Hugh dan Brenda akan cerai. Dengan begitu dia akan mudah untuk kembali dengan Hugh. Teman baiknya yang bernama Jenny berlari ke arahnya. Jenny merupakan orang yang menggantikan vitamin kalsium menjadi obat penggugur janin dan memberikannya pada Brenda. Dengan bahagia dia berkata, “Bella, aku kasih tahu sebuah kabar baik!”“Kabar baik apa?”“Bos sama Brenda sedang ribut. Brenda sampai pindah keluar.”“Benarkah?” tanya Bella dengan kedua mata berbinar.“Tentu saja beneran! Kamu boleh lihat sendiri, ada banyak orang yang lagi tahan dia. Aku juga baru dari sana dan langsung kasih tahu kamu kabar baik ini.”“Kalau gitu buruan kita ke sana!”Bella bergegas berlari ke tempat Hugh dan ternyata di sana sudah ada banyak orang. Kedua suami istri itu sudah saling melempar seruan dengan wajah memerah
Kenapa bahas tentang ini lagi? Hugh khawatir Brenda akan marah dan ngambek lagi. Dengan cepat dia memeluk Brenda dan dengan memelas berkata, “Sudahlah Brenda, kamu maafkan aku saja. Aku juga nggak ingin bunga-bunga jelek itu.”Brenda memeluk pinggul lelaki itu dan bertanya, “Lalu apa rencana kamu untuk memberikan Bella pelajaran?”Hugh berpikir sesaat kemudian membisikkan idenya pada Brenda dan disambut dengan anggukan kepala oleh perempuan itu. Dia merasa ide lelaki itu sangat cemerlang.“Kalau gitu kita jalankan! Nggak perlu takut Bella tunjuk wujud aslinya.”“Iya.”“Kamu buruan bangun, Joan sudah mau pulang.”Hugh mengusap wajah cantik perempuan itu dan mengecupnya sambil berkata, “Masih ada sedikit waktu, aku masih mau sama kamu.”Brenda merasa hatinya dipenuhi dengan bunga-bunga. Kedua tangannya melingkari leher lelaki itu dan membalas kecupannya. Sesaat kemudian Brenda merasakan tangan lelaki itu sudah sampai di kancing bajunya. Dengan cepat dia menghentikan Hugh dan berbisik, “N
Ciuman tersebut membuat keduanya tidak rela untuk menyudahinya. Saat ciumannya terhenti, Hugh masih memeluk tubuh perempuan itu dengan erat.“Brenda, aku nggak berani melepaskan peganganku karena semuanya terlalu indah. Seperti aku sedang bermimpi! Aku takut begitu aku melepaskanmu, aku akan tersadar dari mimpi ini.”Brenda menggigit sudut bibir lelaki itu pelan dan membuat Hugh merintih dan membuka matanya. Bola mata jernih Brenda menatap lelaki itu dengan dalam dan penuh arti sambil bertanya, “Sekarang kamu masih merasa sedang bermimpi?”“Nggak, semua ini nyata! Kamu ada di depanku!” kata Hugh sambil tersenyum lebar.Brenda menenggelamkan dirinya dalam lelaki itu lagi dan membuka hatinya dengan semakin lebar. Hugh mengelus rambut Brenda dan berkata, "Brenda, kita berempat harus bersama dan hidup bahagia. Kamu nggak boleh apa-apain lagi anak di perutmu ini ya?” Tangan Hugh berada di perut rata Brenda.“Kapan aku pernah apa-apain anak di perutku ini? Meski aku dulu benci denganmu, aku
Brenda ingin mendorongnya menjauh tetapi lelaki itu tidak berpindah sama sekali. Mungkin karena dia memang sudah memakai hati dan jatuh cinta pada lelaki itu. Hugh membopong tubuh perempuan itu dan membawa ke mobil kemudian pulang ke rumah.***Brenda sedang baring di kasur untuk istirahat. Lengan Hugh melingkari tubuhnya dari belakang dan memeluknya dengan erat. Saat ini mereka berdua hanya diam dan tidak berbicara, tetapi hati kedua orang tersebut seakan sedang saling terhubung dan berdekatan.Perempuan itu masih memunggungi Hugh dan hanya dibatasi dengan selembar kain tipis. Meski begitu, Brenda masih bisa merasakan detakan jantung lelaki di belakangnya. Hugh mengecup rambut lembut perempuan itu dan berkata,“Brenda, aku tahu kalau aku sudah melakukan banyak kesalahan dulu. Oleh karena itu aku nggak berani berpikir kalau kamu akan jatuh cinta padaku suatu hari nanti. Harapan paling besar dari diri aku adalah kamu bisa selalu berada di sampingku dan menerima cintaku serta menjadi ist
Terlihat seseorang yang berbaring di aspal karena telah ditabrak oleh mobil. Di sekitarnya ada jejak darah yang tampak begitu banyak.Karena ada beberapa orang yang berdiri di depannya, Brenda masih belum bisa melihat wajah korban kecelakaan dengan jelas. Akan tetapi kedua kakinya sudah melemas dan pikirannya mendadak menjadi kosong. Apakah orang itu adalah Hugh? Tadi lelaki itu bilang mau mengambil barang dan sampai sekarang masih belum kembali.Kedua bola mata Brenda perlahan memerah dan tampak berkaca-kaca. Satu kedipan saja sudah berhasil membuat tetesan air matanya luruh membasahi pipi mulusnya. Brenda menangis karena merasa takut. Dia takut kalau orang itu ternyata adalah Hugh.“Permisi! Tolong kasih jalan!”Mobil ambulans telah datang dan para petugas akan mengangkat korban kecelakaan tersebut untuk dibawa ke rumah sakit. Brenda melihat wajah korban tersebut dengan jelas dan ternyata bukan Hugh.“Brenda!”Terdengar sebuah suara dari balik tubuhnya. Dengan cepat Brenda membalikka
Joan sudah pulang ke rumah dan mereka juga sudah makan malam bersama. Hingga tiba waktunya untuk tidur, Hugh ternyata ikut tidur di kasur dengan Brenda dan Joan. Dia kekeh ingin tidur di dalam kamar dan enggan keluar meski sudah diusir oleh Brenda.“Hugh, kamu minggir!” kata Brenda dan hendak mendorong lelaki itu.Akan tetapi tubuh besar Hugh tidak bergeser sedikit pun. Bahkan bergerak saja tidak! Lelaki itu justru mengulurkan tangannya dan memeluk Brenda sambil berkata, “Katanya perempuan itu suka ngomong yang sebaliknya. Di mulut memang ngomong nggak mau, tapi dalam hati justru mau. Aku tahu kamu ingin aku tidur denganmu.”Joan terkekeh bahagia dan berkata, “Benar! Kita itu memang suka ngomong yang kebalikannya. Lain kali Papi harus tidur bersama dengan kami.”Brenda hanya terdiam pasrah. Setelah dia menidurkan Joan, Brenda tidak ingin bergerak lagi. Karena sedari tadi sibuk berontak, sekarang dia merasa tidak ada sisa kekuatan lagi dan sedikit capek. Perempuan yang ada dalam pelukan