Plak!
Leya mengayunkan tangannya dengan keras ke arah pipi Abram. Hatinya sakit tak terkira, dua kali dia harus menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana suaminya bermain gila bersama sahabatnya itu. Dadanya bergemuruh. "Aku bisa jelaskan tentang ini semua, Sayang!" "Jangan panggil aku dengan sebutan itu! Aku muak mendengarnya!" sergah Leya cepat. Dia mundur satu langkah saat Abram mendekatinya. "Aku tahu kamu marah padaku, Dek. Tapi tolong dengarkan dulu penjelasanku! Semua ini tak seperti yang kamu pikirkan, Leya. Aku dijebak," balas Abram. Leya tersenyum kecut. Bisa-bisa lelaki itu berdalih dengan kalimat yang tak masuk akal. "Di jebak? Jelas-jelas kamu menikmatinya. Bagaimana Mas rasanya selingkuh dariku, enak? Apa membuat barangmu yang kecil loyo itu jadi lbih hidup?" sarkas Leya seraya melirik jijik pada apa yang ada di balik celana Abram. Abram mengepalkan kedua tangannya tak terima dengan apa yang dikatakan istrinya. Begitu tajam menginjak-injak harga dirinya sebagai seorang lelaki. Tapi bibirnya terkatup rapat tak membantah. Posisinya yang berada diujung tanduk membuatnya harus menundukkan kepala saat ini. "Apa yang aku katakan itu benar, Dek. Aku tak pernah berniat mengkhianatimu, tapi wanita itu terus saja menggodaku. Dia memaksaku hingga terjadilah apa yang terjadi saat ini! Aku berani bersumpah!" Abram mengangkat dua jarinya ke atas membentuk huru V. Leya tertawa getir mendengar ucapannya. Bahkan untuk menyelamatkan dirinya sendiri, Abram sanggup melemparkan kesalahannya pada Arsya seorang. Berlagak seperti korban yang baru saja dip3rk0s4 dengan kejam. "Kamu pikir aku akan percaya dengan apa yang kamu katakan? Apa kamu kira aku ini wanita bodoh yang bisa kamu tipu hingga akhir! Dasar b4jing4n sialan!" hardik Leya murka. Matanya mulai terasa panas. Leya kembali memukul Abram. Tapi kali ini lebih membabi buta. Dia luapkan segala amarah dan kebencian yang telah tertanam sejak dirinya mendapati perselingkuhan lelaki itu di malan aniversery pernikahan mereka. Hatinya hancur lebur tak tersisa. Dari luar terdengar beberapa kali jeritan kesakitan Arsya menjadi musik pengiring perdebatan mereka berdua. "Stop Dek! Stop! Mas tahu kalau Mas sudah membuat hatimu terluka. Tolong ampuni Mas kali ini saja, Mas sedang khilaf!" rintih Abram sambil menggulung, menahan rasa sakit atas pukulan Leya yang murka. Di balik kesakitan Abram mencoba mengambil simpati istrinya kembali dengan kata-kata manis yang dia lontarkan. "Tolong beri Mas kesempatan kedua dan Mas janji akan membuatmu bahagia. Mas mencintaimu, Dek. Hanya kamu saja!" Laya menarik dirinya. Merapikan rambutnya yang sedikit berantakan sembari mengontrol napasnya yang ngos-ngosan. Andai membunuh tak membuat dirinya harus menghabiskan hidup di balik jeruji besi. Tentu dia sudah memukul kepala Abram dengan benda keras dan tumpul hingga menghembuskan napas terakhirnya. "Mana ada kebahagian dari seorang pembohong sepertimu. Bahkan kamu tega mengkhiantiku di malam aniversery pernikahan kita, Mas. Di kamar dan di atas ranjang kita!" Air mata kembali mengalir di pipinya. Hatinya termas kuat. Mau sekuat apa pun Leya berusaha untuk menahan air matanya, tetap saja rasa sakit itu mengalahkan segalanya. Abram tersentak. Dia menatap Leya dalam. "Jadi itu sebabnya pulang kamu langsung mengganti ranjang kita dengan yang baru." "Tentu saja, apa kamu pikir aku tidak jijik harus tidur dia atas tempat yang kalian pakai untuk berzina." Abram mengusap kasar wajahnya. "Iya, aku ngaku salah. Tapi tak bisakah kamu memberikanku kesempatan kedua. Aku mohon kali ini saja dan aku janji akan berubah!" "Apa kurangnya aku, Mas. Aku sudah berikan semuanya untukmu. Aku juga berusaha untuk menjadi istri yang baik dengan membagi waktu antara rumah dan pekerjaanku. Aku juga gak pernah nuntut nafkah yang berlebihan darimu bahkan aku yang mensupport usahamu dengan materi yang aku miliki. Lalu kurang apalagi aku hingga kamu menduakan aku dengan sahabatku sendiri!" sungut Leya. Dia masih belum puas sebelum menyampaikan segala uneg-unegnya. Abram kembali mengusap wajahnya kasar. Dia memilih duduk di pinggir ranjang tanpa berani menatap Leya. "Justru karena kamu terlalu sempurna makanya aku selingkuh. Aku merasa menjadi suami yang tak dibutuhkan olehmu. Semuanya bisa kamu lakukan sendiri bahkan kamu juga yang memodalkan usahaku kan. Iya, aku akui kamu hebat. Tapi kamu lupa Leya, aku ini laki-laki. Aku butuh wanita yang mau bermanja-manja denganku. Selalu berkata manis mrnggoda dan juga bisa memuaskan segala fantasiku di ranjang." "Dan selamat, sekarang kamu sudah menemukan orangnya. Orang yang kamu inginkan itu, Mas." Leya menghapus air mstanya kasar. Dia tak msu mengemis ataupun meraung pada suami yang telah memstahkan hatinya. "Sebagai orang yang taak diinginkan lagi aku cukup sadar diri. Aku akan pergi memberikan peluang bagi wanita pilihanmu itu untuk menggantikan posisiku." "Apa maksud ucapanmu itu, Dek. Kamu mau kita berpisah?" tanya Abram seakan tak percaya. Dulu Leya terlihat begitu mencintainya. Itu sebabnya Leya selalu menuruti keinginannya dan memberikan semua uang yang dimilikinya untuk modal. Namun nyatanya habis begitu saja untuk foya-foya. "Apa ucapanku kurang jelas, Mas? Baiklah akan aku perjelas lagi. Talak aku sekarang juga karena aku sudah tak sudi menjadi istrimu!" ucap Leya begitu mantap. Abram kembali terdiam sejenak. Dia menelan salivanya dengan susah payah. Menceraikan Leya sama saja memulai hidupnya dari awal seperti pohon yang patah penyangganya. "Tidak! Aku tidak mau kita bercerai. Aku mohon maafkan aku Dek. Maafkan aku!" Abram langsung bersimpuh di bawah kaki Leya. Dia memeluk betis istrinya erat, seperti anak kecil yang tengah merajuk pada ibunya. Abram kesampingkan harga dirinya untuk saat ini. Toh ... hargaa dirinya memang sudah hancur sejak dirinya tertangkap basah. "Lepaskan aku, Mas! Aku sudah bilang kalau aku tak sudi di sentuh manusia kotor sepertimu. Lepaskan aku!" Leya menendang-nendangkan kakinya agar bisa terlepas dari dekapan Abram yang kuat. Tetapi lelaki itu seakan tuli. "Tidak, aku tak akan melepaskan kamu sebelum kamu mau memafkanku, Dek!" jawab Abram ssmakin membuat Leya geram. "Lepaskan aku sekarang juga selagi aku masih bicara baik-baik dengan, Mas. Lepaskan aku sekarang juga!" "Tidak mau. Pokoknya aku gak akan melepaskan ini sebelum kamu berjanji padaku tak akan menuntut cerai dariku," balas Abram tetap kekeuh. Leya mengeram kesal. Tak ada cara lain untuk lepas darinya, Leya bersusah payah melepaskan salah satu heelnya dan langsung ke sana. "Rasakan ini, Mas!" "Arkkkk!" jeritan Abram terdengar menggema bersama jeritan dari luar sana yang langsung membuat Leya kembali mendorong Abram untuk keluar kamar setelah dekapan lelaki itu terlepas.~ PASANGAN BERZ!N4 ~ Rintik hujan yang turun tak menyurutkan hati seorang Cataleya untuk bertemu pujaan hatinya. Seminggu tak bertemu seperti sewindu saja rasanya. Setelah dua jam mengendarai mobil hitam yang menjadi teman setia akhirnya Leya sampai juga di dalam garasi rumah minimalis miliknya. Senyum ceria tak henti-henti terukir di wajahnya. "Mas Abram pasti senang dengan kejutanku ini, untung saja Mbak Sofa bisa diajak kerja sama. Jadi aku bisa izin pulang lebih cepat," gumam Leya sembari menggapai paperbag yang berisi cake kesukaan suaminya. Tak lupa sebuah buket rangkaian bunga Lili putih yang indah melambangkan kesetiaan. Hujan kembali menggelegar, kilatnya menyambar-nyambar seakan tengah murka pada dunia. "Astaghfirullah, kenapa cuaca semakin buruk sekali. Sepanjang jalan hujan saja, tapi untung aku sudah di rumah. Tapi ... apa mungkin Mas Abram sedang tidur?" Kening Leya terlipat dalam melihat suasana rumahnya yang tampak begitu sepi seakan tak berpenghuni. Di
~ MANUSIA TEBAL MUKA ~Leya menghubungi Abram dan mengabari kedatangannya setelah dua hari menenangkan dirinya di hotel. Dia pulang ke rumah setelah berjuang memantapkan hati untuk bisa bersikap seakan tak terjadi apa-apa "Surprise!!" Baru saja Leya membuka pintu, dia sudah disambut dengan dua sosok manusia yang ingin dia singkirkan dari muka bumi ini.Wajah keduanya tampak begitu ceria. Bram memegang buket bunga Lily putih sementara Arsya memegang sebuah cake yang bertuliskan anniversary pernikahan ke 2 tahun. "Selamat Anniversary pernikahan kita Sayang. Aku harap pernikahan kita langgeng hingga maut memisahkan," ucap Bram memanjatkan harapan.Leya memandang Arsya sekilas kemudian beralih memandang hampa cake berwarna pink dengan gambar sepasang pengantin yang berdiri tegak sembari menari. "Selamat ya, Say. Aku berharap semua doa terbaik untukmu." Arsya menyodorkan kue yang di pegang pada Abram dan berniat untuk merangkul tubuh Leya. Rasa kecewa membuat Leya reflek menolak denga
~ PERMAINAN CANTIK ~Arsya mendekati Leya yang baru saja duduk di ruang tamu dengan toples keripik di tangannya."Ley, sepertinya kamu melupakan sesuatu," ucap Arsya membuat Leya mengernyitkan dahinya."Mana oleh-oleh untukku? Aku kan sudah menitipkannya padamu," ucap Arsya mengingatkan seraya membentangkan telapak tangan kanannya di hadapan Leya."Aku sibuk, jadi mana sempat berbelanja." Tepis Leya pada telapak tangan wanita berambut panjang itu.Arsya merengut. "Tak biasanya dia mengabaikan aku. Ada apa dengannya?" batin Arsya pun bertanya-tanya.Sebagai seorang sahabat yang begitu dekat sejak SMA, Leya selalu mengabulkan keinginan Arsya termasuk membelikan barang-barang yang wanita itu pinta. Walaupun sebenarnya Arsya bisa membelinya sendiri dari uang yang diberikan suaminya, tetapi menikmati uang Leya ada kepuasan tersendiri bagi Arsya. "Kamu sengaja tak membawakannya untukku kan? Padahal aku sudah menantikan tas itu," ucap Arsya merajuk. Leya memutar bola matanya muak, jika dul
~ KEBERANIAN BERMAIN API ~"Sialan! Brengsek! Katanya tidak cinta tapi kenapa memasang foto profil istrinya itu di seluruh sosial media miliknya. Maksudnya apa? Mau mempermainkan aku?" gerutu Arsya di depan meja hiasnya. Kedua tanganny terkepal di atas meja. Dia baru saja berselancar di sosial media dan melihat postingan Leya dan juga Abram yang lewat di beranda sosial medianya. Dadanya bergemuruh melihat Abram mengganti foto profilnya dengan foto istri sahnya yang tengah duduk serta tertawa mesra bersama. Tak lupa terdapat caption manis yang Abram sematkan semakin membakar hatinya. "Sepertinya kamu menikmati waktu liburan bersama istrimu itu, Mas. Kalimat manis laki-laki tak ada yang dapat di percaya."Brak! Prang!Arsya mendorong semua peralatan kosmetik yang ada di atas meja riasnya itu hingga jatuh berhamburan ke lantai. Di merasa iri dengan kemesraan orang lain yang baru saja dia lihat. Arsya dan Leya adalah teman baik jaman smp dulu. Leya yang berasal dari keluarga berada te
~ KETANGKAP BASAH ~Jika ada yang mengatakan uang bukanlah segalanya, maka semua itu salah. Justru uanglah yang menyelesaikan masalah Leya saat ini. Dia membayar seorang pelayan untuk melakukan apa yang di perintahkan secara diam-diam. Leya juga menelpon Asna, meminta bantuan wanita itu untuk membawa suami Arsya datang bagaimanapun caranya. Cukup lama Asna tiba membuat hati Leya was-was. Dia takut pasangan bejad itu sudah lebih dulu pergi. Hampir lima jam Leya menunggu seperti orang bodoh menatap dari balik jendela tanpa bergeming. Dia menyewa kamar yang berada tepat sebelah kiri kamar yang ditempati Bram dan Arsya. Tampaknya keduanya masih asik menikmati surga dunia hingga matahari menghilang di balik langit pun tak kunjung mereka keluar. "Sampai kapan aku menunggu seperti ini?"Pintu terketuk mengagetkan Leya, membuatnya terjaga dari lamunan sedihnya. Leya bergegas membuka pintu dan langsung dia lihat Asna dan juga lelaki tinggi berahang tegas. Asna langsung masuk ke dalam yang