Share

Titik Terlelah

Menghampiri Bang Damian, mengajak dia dan anak-anak pulang, namun, kedua buah hatiku malah menangis karena masih ingin melihat-lihat binatang. Mungkin karena sudah hampir empat bulan aku tidak pernah mengajak mereka kemana-mana, sehingga mereka ingin berlama-lama di luar rumah, menghilangkan jenuh yang pasti jua mereka rasakan.

"Lagian masih siang, Van. Baru jam satu. Biarin lah anak-anak main sebentar. Kasian mereka dikurung terus sama kamu!" kata si abang seraya memindai wajahku.

"Mas Erlang sudah di rumah, dan dia meminta kami untuk segera pulang."

"Ribet banget suami kamu itu. Udah nggak bisa bahagiain istri, rempong pula. Udah, abaikan saja. Biarkan anak-anak seneng. Nggak tiap hari ini!"

Aku mengambil gawai, menghubungi Mas Erlangga mengabari kalau anaknya tidak mau diajak pulang.

"Aturan nggak usah kamu ajak pergi, Dek. Kamu tau sendiri, 'kan. Anak-anak kalo udah di luar suka nggak mau pulang!" ucap Mas Erlangga terdengar menyalahkan.

"Tapi mereka juga butuh hiburan, Mas. Makan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status