Jantung Shanaz seakan loncat dari tempatnya, saat menyaksikan tubuhnya yang dinyatakan hilang terbaring lemah di brankar sebuah rumah sakit. Tuhan masih memberinya kesempatan hidup. Itupun jika dia bisa memberikan pendonor darah untuk dirinya sendiri. Atau ini saat terakhir dia bisa melihat wajah dan tubuhnya sendiri sebelum menyaksikan dirinya sendiri mati.Shanaz tak pernah menyangka bahwa keponakan yang dimaksud oleh Tante Virna adalah dirinya sendiri. Sebab dalam hidupnya dia tidak pernah mengenal Virna sebelumnya. Jika tahu lebih awal dia akan bergerak dengan cepat untuk menyelamatkan dirinya."Telepon dari siapa Nabila?" tanya Santi dengan menepuk pundak Shanaz dari belakang.Pertanyaan itu berhasil mengagetkan Syahnaz, dan membuatnya terhuyung ke belakang satu langkah. "Nyonya Besar membuat saya kaget saja," ucapnya sambil mengelus dadanya sendiri.Santi terkekeh. "Kamu saja yang kagetan," sahutnya. "Tadi telepon dari Ibu saya, Nyonya," jawab Shanaz."Ada apa? Apa terjadi sesu
Lita ingin membantah perintah ibu mertuanya. Akan tetapi Fernando mencegahnya. Menepuk pahanya pelan. Lita kaget dan langsung menoleh ke arah Fernando.Fernando memberinya kode agar Lita mau menurut. Lelaki itu berpikir hal ini bagus karena Lita sementara waktu bisa lebih dekat dengan anaknya sendiri karena bisa langsung mengasuhnya. Jadi dia pikir tidak masalah."Kamu mau kembali ke rumah jam berapa besok?" tanya Fernando kepada Shanaz. Lorenzo yang tadi hanya diam kemudian berpamitan dari acara makan malam itu. Toh acara makan malamnya sudah selesai. Dia merasa tidak ada kepentingan lagi di sana."Acara makan malamnya sudah selesai. Lorenzo pergi dulu ya Bu," pinta Lorenzo kepada ibunya. Sasaran utamanya memang ibunya. Karena wanita itu kunci utama dari semua anggota keluarga."Kamu mau ke mana memangnya?" tanya Santi."Lorenzo mau menemui Meisya sebentar," jawab Lorenzo.Senyum sumringah langsung ditunjukkan oleh Santi. Saat Lorenzo mengatakan alasannya pergi untuk Meisya. Sontak
Butuh waktu lumayan lama bagi Shanaz untuk menata hati dan mengatakan jati dirinya yang sebenarnya. Semua ini pasti rumit bagi ibunya. Dia mengaku telah menemukan Shanaz yang sedang koma. Akan tetapi di saat yang sama juga akan mengakui bahwa dia yang sebenarnya adalah Shanaz."Saya sebenarnya adalah Shanaz," jawab Shanaz. Entah ibunya akan percaya padanya atau tidak. Yang jelas ia lega karena telah berkata jujur kepada ibunya. Namun wanita yang telah melahirkannya itu tampak tidak mempercayainya. "Mustahil. Kamu orang yang berbeda." Farida menyangkalnya. Ia tertawa hampa sambil menggelengkan kepalanya."Apa sebenarnya tujuanmu memberitahu aku soal keberadaan anakku?" tanya Farida dengan raut wajah mengintimidasi. Takut wanita yang ada di depannya ini punya tujuan yang tidak baik. Bulir bening air mata Shanaz mulai mengalir, hingga menganak sungai membasahi kedua pipinya. Hatinya terluka. Tetapi wajar jika ibunya tak mempercayai ucapannya, karena saat ini yang ada di depannya bukan
"Saya pernah lihat kamu di rumah Fernando. Kamu bekerja di sana kan?" tanya Yosi. Yang tak lain adalah suami Farida."Benar, A–" Shanaz ingin menjawabnya. Namun kalimatnya langsung dipotong oleh Farida. Wanita paruh baya itu malah menyuruh Shanaz untuk segera pergi. "Sudah. Kamu segera pergi saja, Nabila. Nanti biar saya jelaskan kepada suami saja," suruhnya.Shanaz mengangguk setuju. "Kalau begitu saya pamit pulang dahulu. Bapak, Ibu," pamitnya. Segera Shanaz menyetop taksi yang kebetulan lewat. Lalu masuk ke dalam.Farida sengaja menyembunyikan identitas Shanaz dari suaminya. Paling tidak sampai mereka nanti dalam perjalanan menuju ke Bandung. Tempat tubuh Shanaz dirawat. Yosi menatap wajah istrinya dengan tatapan penuh penasaran. "Wajah kamu kenapa terlihat cemas seperti itu?" tanyanya."Tidak apa-apa. Kamu tunggu di sini ya Yah. Ibu mau siap-siap. Kita pergi ke Bandung sekarang," jawab Farida terburu-buru.Yosi tambah bingung. Ia memiringkan kepalanya. Tidak ada angin tidak ada
Shanaz terharu. Air mata kebahagiaan tak sanggup dia tahan lebih lama. Dan kini berhasil lolos membuat pipinya basah. Ia bahagia karena ibunya Nabila berkata Shanaz telah berhasil mendapatkan pendonor darah. Tami : Ibu hanya ingin memberitahu kamu kalau keponakan Tante Virna sudah dapat mendonor darah. Kata dokter kondisinya semakin baik.Dengan senyuman yang masih melekat, Shanaz mengetikan pesan balasan untuk ibunya Nabila. Shanaz : Syukurlah Bu. Nabila ikut senang. Ibunya Nabila juga memberitahu jika pendonor darah tersebut berasal dari dirinya. Tami : Tante Virna bilang kamu yang mencarikannya ya? Dia sangat bersyukur dan menitip ucapan terimakasih katanya.Shanaz : Sama-sama Bu. Nabila senang jika dapat menyelamatkan nyawa keponakan Tante Virna.Tentu saja. Tanpa ucapan terimakasih sekalipun dia akan mengusahakannya. Karena masih ingin hidup di dunia ini.Tami : Tante Virna juga bilang nanti kalau keponakannya sudah semakin membaik akan dirujuk ke rumah sakit pusat yang ada d
Lita mengerutkan keningnya. "Kenapa memangnya?" tanya Lita tak mengerti. Seharusnya Shanaz senang kan diberi fasilitas seperti ini?"Itu karena minimarketnya dekat Nyonya. Dan saya hanya sebentar saja," jawab Shanaz.Tak ada gunanya sepertinya. Memaksa wanita keras kepala seperti Shanaz. Lita menyerah dan tidak memaksanya lagi. Toh di sana sudah ada Yuni yang membantunya mengurus Kenny."Ya sudah. Tapi jangan lama-lama ya," pesan Lita."Iya Nyonya. Saya akan segera kembali," sahut Shanaz. Lalu ia berpamitan kepada Lita. "Kalau begitu saya pergi dulu, Nyonya Lita.""Iya," sahut Shanaz. Ia kemudian pergi meninggalkan kamar Kenny dan keluar dari rumah Fernando.Tempat yang dituju oleh Shanaz pertama adalah rumah sakit yang tertera di buku catatan kelahiran Kenny. Shanaz berjalan masuk, melewati pintu masuk rumah sakit dan bertanya kepada perawat yang sedang berjaga di poli kandungan. "Ada yang bisa saya bantu Mbak?" tanya perawat rumah sakit."Saya mau bertanya tentang bayi bernama Kenn
Tak hanya bentakan yang Kenny terima. Yuni bahkan merasakan sakit luar biasa hingga menusuk ke dalam hatinya. Saat Lita menatap wajah Kenny dengan kilatan tajam dan penuh kebencian.Dia membawa Kenny dalam pelukannya untuk menyelamatkan anak itu. Sebelum Lita berbuat lebih jauh kepada bocah malang tersebut. Padahal harusnya jika Felicia benar anak kandungnya. Pasti hal yang membuat Yuni lebih hancur adalah melihat kondisi Felicia saat ini. Tak hanya 2 orang Ibu tersebut yang mengantar Felicia ke rumah sakit. Namun Fernando juga mengajak Shanaz untuk ikut mereka. Karena 2 orang ibu itu pasti dalam keadaan kalut. Jadi Shanaz bisa berguna untuk membantu Fernando nanti."Nabila. Kamu ikut kami ke rumah sakit.""Baik, Tuan Fernando," sahut Fernando. Tanpa pikir panjang dia langsung masuk ke dalam mobil.Pagi yang cerah itu berubah menjadi hari yang kelabu untuk keluarga Fernando. Karena tragedi yang terjadi saat ini. Seakan mentari kehilangan sinarnya. "Kamu harus bertahan ya nak. Jangan
Selepas mengurus administrasi, Shanaz pergi ke apotik yang ada di rumah sakit. Dia tidak menunggu sampai nomor antriannya dipanggil. Shanaz meninggalkannya sementara waktu untuk pergi ke kamar perawatan seorang pasien. Seorang wanita paruh baya bangkit dari tempat duduknya. Saat Shanaz membuka pintu ruang perawatan wanita yang Virna katakan namanya Lisa. Padahal wanita yang terbaring sakit itu adalah dirinya sendiri."Senang bertemu denganmu Nabila," sapa Virna. Dia menyambut Shanaz dengan senyum penuh keramahan. Karena menganggap bahwa Shanaz layaknya dewa penyelamat untuk wanita yang diakui sebagai keponakannya. Hal itu yang menjadi tanda tanya besar bagi Shanaz."Nabila juga senang bertemu dengan Tante," sahut Shanaz tersenyum balik.Shanaz mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tak ada siapapun di ruang perawatan itu selain Virna. Penasaran lalu Shanaz bertanya kepada Virna. "Tante sendirian di sini?" Virna mengangguk. "Tadinya dengan Dafa. Tapi sekarang dia sedang di apotik un
"Apa kamu pikir aku adalah barang. Yang seenaknya sendiri bisa dipindah tangankan seperti ini?!" Nabila tersulut emosi mendengar pernyataan dari Fernando. Kini dia percaya dengan ucapan dari Lorenzo dan Shanaz yang mengatakan hal-hal buruk mengenai lelaki itu. Dia sekarang mengerti mengapa akhirnya Lorenzo dan Shanaz nekat menikah saat wanita itu terjebak di tubuhnya. Karena selain saling mencintai. Lorenzo pasti ingin menyelamatkan Shanaz. "Bukan seperti tapi–" Fernando mau berkilah. Namun Lita memukul lengannya dengan kencang sambil menangis. Dia tak menyangka kalau ternyata kelakuan suaminya masih tak berubah. Laki-laki yang hanya mengedepankan hawa nafsunya saja. "Keterlaluan! Kamu ceraikan saja aku kalau mau menikahi wanita lain," amuk Lita."Aku juga tidak mau menikah dengan suamimu. Jadi kamu tenang saja," sambar Nabila. Ia kemudian pergi meninggalkan tempat itu. "Permisi!" Lorenzo dan Shanaz sebenarnya kasihan. Mereka berniat mengejar Nabila. Namun terlebih dahulu berpamita
Berbagai pengobatan telah dilakukan oleh Shanaz demi bisa sembuh. Dan setelah 3 tahun usahanya membuahkan hasil. Kini dia sudah cukup sehat untuk kembali ke rumah keluarga besar Lorenzo. Keluarga Lorenzo tak pernah mengetahui cerita mengenai jiwa Shanaz yang selama ini terperangkap di dalam tubuh Nabila. Dan saat tiba-tiba Shanaz muncul di keluarga mereka, Lorenzo hanya berkata kebetulan menemukan Shanaz. "Bagaimana bisa tiba-tiba kamu bertemu dengan Shanaz? Dia kan sudah–" tanya Santi yang tak bisa melanjutkan kalimatnya. Entah mengapa perasaannya campur aduk. Ayahnya juga mempunyai pertanyaan yang sama. Namun memilih diam.Sementara Fernando dan Lita di dalam hatinya merasa cemas. Apalagi kalau bukan masalah uang asuransi jiwa yang dimiliki oleh Shanaz. Mereka takut Shanaz akan mempertanyakannya. Padahal tidak. Shanaz dan Lorenzo tak peduli mengenai masalah itu."Belum Ibu. Shanaz belum meninggal," jawab Lorenzo dengan sopan.Di sana juga ada Nabila. Dia duduk di samping Lorenzo.
Karena kesal Santi mengakhiri sambungan teleponnya secara sepihak. Nabila menjauhkan ponselnya dari telinganya. Lalu meminta penjelasan dari Lorenzo."Siapa itu Edward?" tanya Nabila dengan raut wajah yang serius."Edward adalah kami. Maksudku anakku dengan Shanaz," jawab Lorenzo.Nabila mematung. Kini tak tahu harus berbuat apa. Lorenzo memohon agar Nabila mau pulang dengannya. Ini semua dia lakukan demi anaknya."Anakku membutuhkanmu. Setidaknya pulanglah demi Edward," pinta Lorenzo."Okey. Aku mau mengurus Edward. Tapi di rumah ibuku," sahut Nabila. "Dan 1 lagi. Aku tak mau kamu ikut denganku," lanjutnya memberi syarat. Padahal Lorenzo belum menjawabnya.Lorenzo terdiam. Dia tak bisa menyalahkan Nabila dalam hal ini. Seorang gadis yang tak tahu apa-apa. Tiba-tiba bangun dengan status baru sebagai seorang istri dan anak. Dia berhak marah. Meskipun sebenarnya Lorenzo terlanjur nyaman karena terlalu lama bersama dengan Nabila. "Bagaimana?" tanya Nabila ingin memastikan.Lorenzo tak b
Lorenzo menghargai keputusan Shanaz. Hanya saja dia tak menyangka, bahwa istri yang dia nikahi. Istri yang sanggup membuatnya merasa nyaman setelah kepergian Shanaz adalah mantan adik iparnya sendiri. Yang tak lain adalah Shanaz. "Lalu bagaimana cara agar mereka bisa kembali ke tubuh mereka masing-masing?" tanya Lorenzo."Pejamkan mata. Lalu genggam erat tangannya dan katakan mari bertukar posisi lagi sebanyak 3 kali. Maka kalian akan bertukar posisi seperti semula," jawab orang misterius tadi.Shanaz yang awalnya menunduk lesu karena bimbang, menjadi menoleh ke arahnya. "Kamu mau aku kembali ke badanku?" Shanaz bertanya balik."Semua keputusan ada di tanganmu," jawab Lorenzo. Shanaz dan Lorenzo bersitatap. Lorenzo kemudian menoleh ke arah orang misterius tadi. "Apa konsekuensi jika Shanaz memilih kembali ke tubuhnya?" tanyanya."Seperti yang kamu lihat. Dia akan koma. Jika kamu mau kamu harus menunggu sampai dia sembuh," jawab orang misterius tadi. "Jika tidak kembali ke tubuh masi
Lita selalu berupaya mencelakai Shanaz dan juga bayinya. Misalnya menukar obat Shanaz. Namun tak berhasil karena salah seorang pelayan memberi tahu Shanaz. Saya itu Shanaz hanya memberi peringatan agar Lita tak lagi melakukan hal itu. Shanaz tak tega melaporkan kejadian ini karena kasihan kepada Felicia, sebab anak itu sakit-sakitan dan butuh penanganan medis khusus. Namun ternyata Lita tak juga jera. Dia menyabotase mobil Shanaz agar mengalami kecelakaan. Beruntung Fernando dapat mencegahnya. Dia mengorbankan diri dengan mengorbankan mobilnya menjadi penghalang mobil Shanaz yang akan kecelakaan. Shanaz lagi-lagi menemukan bukti bahwa Lita pelakunya. Dan berjanji akan memberi tahu soal ini pada keluarga besar Fernando. Lita mulai jera kali ini.Saat di rumah sakit. Ketika menjenguk Fernando yang sedang kecelakaan. Shanaz menabrak seseorang. Sosok itu tak asing bagi Shanaz. Dia orang yang sama dengan yang menabraknya usai dirinya kecelakaan lalu bertukar tubuh dengan Nabila."Kamu kan–
Setelah mendengar alasan Lita ingin menemui Fernando. Lorenzo yang ada di depan pintu gerbang menyuruh satpam untuk membukakan pintu. "Bukakan pintunya Pak.""Tapi Tuan Fernando melarang saya, Tuan Lorenzo," sahut satpam. "Dia tidak akan berani protes kalau aku yang menyuruhnya," ucap Lorenzo. "Baik Tuan Lorenzo. Kalau begitu akan saya bukakan pintunya," sahut satpam. Ia kemudian membukakan pintu gerbang untuk Lita.Lita tak henti menatap wajah kakak iparnya. Setelah pintu gerbang dibuka ia mengucapkan rasa terimakasihnya yang tulus. Dia begitu terharu akan kebaikan yang ditujukan oleh lelaki yang dulunya sangat ia benci."Terimakasih Kak Lorenzo. Karena telah memberikan izin Lita untuk masuk," ucap Lita dengan berlinang air mata."Aku melakukan ini bukan karenamu. Tapi karena anakmu. Dia bagian dari keluarga ini," sahut Lorenzo dengan nada dingin.Lita menghapus air matanya dengan mandiri. Tak apalah jika Lorenzo berpikiran seperti itu. Yang terpenting dia bisa masuk dan menemui Fe
Lorenzo masih mematung. Namun setelah dapat mengendalikan dirinya, tangannya yang tadi mengambang di udara mendekap erat Shanaz. Akan tetapi dia masih ragu. Apakah ini artinya Shanaz telah menerima cintanya?Lorenzo kemudian mengurai pelukannya. Ia menatap wajah Shanaz dengan intens. "Apa ini artinya kamu sudah dapat menerimaku?" tanya Lorenzo memastikan.Shanaz menangis sambil mengangguk. "Iya," jawabnya dengan singkat. Namun itu sudah cukup membuktikan semuanya. Lorenzo tersenyum. Ia kemudian kembali memeluk tubuh Shanaz dengan erat. Tangannya mengusap lembut rambutnya yang panjang."Terimakasih, karena kamu mau membuka pintu hatimu untukku," ucap Lorenzo."Seharusnya saya yang berterima kasih kepada Tuan. Karena masih mau menerimaku yang—"Lorenzo dengan cepat melepaskan kembali pelukannya. Ia kemudian menangkup kedua sisi pipi Shanaz. Lalu 1 jari telunjuknya ditempelkan pada bibir Shanaz. "Tolong jangan katakan kalimat yang melukai hatiku," sambarnya memotong pernyataan dari Shana
Shanaz terbaring lemah di atas ranjang kamar apartemen Lorenzo. Dengan leluasa Fernando membuka satu persatu pakaian Shanaz, hingga tak menyisakan sehelai benangpun menutupi tubuh wanita itu. Fernando melepas pakaiannya. Kemudian setelah menampilkan tubuh polosnya ia memagut bibir Shanaz dengan lembut. Tangannya mulai turun dan meremas puncak gundukan dada Shanaz. Karena tak dapat menahan gairahnya lagi, Fernando hendak menancapkan kepunyaannya di dalam organ inti milik Shanaz. Fernando mengalami kesulitan, saat tak dapat menembus benteng pertahanan Shanaz. Itu artinya wanita ini belum terjamah oleh laki-laki lain. Fernando semakin bernafsu. "Rupanya kamu benar-benar masih menjaga kesucianmu. Aku sangat beruntung," gumamnya.Shanaz yang mulai merasakan sakit di area sensitifnya, lalu membuka mata. Dia menangis karena shock. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh Fernando. Akan tetapi kekuatannya kalah besar dengan tubuh kekar Fernando."Tuan Fernando jangan lakukan ini kepada saya. Saya mo
Kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Meisya yang mendengar berita tentang Fernando datang ke rumah Fernando untuk mencari kebenaran. Dia shock saat melihat pakaian Shanaz yang compang camping."Ceritanya panjang. Kalau kamu ingin tahu ikut dengan kami," jawab Lorenzo. Tanpa berpamitan Lorenzo berjalan menuju ke mobilnya dan membuka pintu. Lorenzo memberi kode agar Shanaz duduk di belakang. Sementara ia duduk di kursi kemudi. Meisya sebenarnya masih shock. Namun karena ingin tahu apa yang terjadi dia ikut masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping Lorenzo.Mobil Lorenzo kemudian melaju meninggalkan rumah Fernando. Membelah jalanan yang sudah sepi menuju ke apartemennya. Di dalam mobil Lorenzo menjelaskan kronologi kejadian yang dialami oleh Shanaz. Meisya merasa iba."Kasihan sekali dia. Pasti dia menjadi sangat trauma," ucap Meisya dengan tulus."Itu sudah pasti. Maka dari itu aku mau mengamankannya sementara waktu di apartemenku," sahut Lorenzo.Meisya mengangguk. "Aku setuju."Mal