Niat Lita adalah menginterogasi Shanaz. Apakah dia yang sudah memberitahu Fernando mengenai absennya dia dari vaksin Kenny tadi pagi. Namun ia dibuat terkejut dengan adanya Meisya dan Lorenzo yang masih ada di kamar Kenny.Namun hal itu tak menyurutkan niatnya untuk tetap melabrak Shanaz. Jika perlu dia akan memecat pengasuh anaknya yang dinilai tidak tahu diri tersebut. Lita menatap tajam ke arah Shanaz dan menunjuk Shanaz dengan jari telunjuknya dengan ekspresi wajah membunuh. "Kau! Pasti kau yang sudah berkata macam-macam kepada suamiku kan?!" tuduh Lita.Shanaz merasa sangat ketakutan, karena apa yang dikatakan oleh Lita sebenarnya memang benar. Tetapi mengakuinya bukan jalan yang tepat saat ini. Bisa habis karirnya di rumah Fernando detik itu juga.Lorenzo dan Meisya saling bersitatap. Dalam kepala mereka memiliki pertanyaan yang sama. "Ada apa ini?" tanya Lorenzo akhirnya buka suara. Karena ia sangat penasaran. Sementara Meisya masih bungkam.Akan tetapi lama-lama Meisya merasa
"Tekanan darah Ibu tinggi. Lalu dibawa ke rumah sakit. Karena panik aku langsung ke sana," jawab Lita. "Mengertilah bahwa Ibu saat itu sangat membutuhkan aku," lanjut Lita yang sengaja memasang wajah sedih agar Fernando mempercayai aktingnya.Dan seperti yang telah diharapkan oleh Lita. Fernando akhirnya hatinya luluh. Dia sudah ikhlas dengan semua yang terjadi. Apalagi setelah Lita menghambur dan memeluknya. Semua kekesalan itu bak es batu yang mencair. "Tolong maafkan aku ya," ucap Lita. Ucapan itu hanya dari bibirnya. Namun hatinya sebenarnya tak tulus mengatakannya.Fernando mengusap lembut punggung Lita lalu tersenyum. "Iya. Tapi lain kali kamu harus memberi aku kabar, agar tak membuat khawatir," sahutnya.**Sementara itu di kamar Lorenzo, suasana menjadi hening. Antara Lorenzo dan Shanaz tak saling bicara karena didera rasa canggung. Kenny sudah tertidur dengan pulas. Karena tak ada yang bisa Lorenzo lakukan jadi dia memilih untuk keluar dari kamar Kenny.Lorenzo bangkit dan
Shanaz masih bisa mendengar suara nyaring tangisan bayi yang ternyata bukan Kenny. Ia lalu mengikuti ke sumber suara. Demi memenuhi rasa penasarannya.Shanaz terus berjalan, dan suara itu berhenti di kamar Yuni. Ia baru paham ternyata suara tangisan itu berasal dari bayi yang ada di atas ranjang Yuni. Bayi itu menangis karena popoknya sudah penuh, dan Yuni sedang menggantinya dengan yang baru."Jadi ini anak Bibi?" tanya Shanaz. Yuni menoleh sebentar lalu menganggukkan kepalanya. "Iya benar. Dia adalah anakku yang aku ceritakan tadi," jawab Yuni yang lalu kembali fokus dengan kegiatan mengganti popok bayinya."Apa suami Bibi tidak keberatan, Bibi membawa anaknya ikut bekerja di sini?" tanya Shanaz. Entahlah, begitu banyak sekali pertanyaan yang berseliweran di kepalanya. Rasanya dia harus menulis pertanyaannya pada selembar kertas dan memenuhinya. Karena dia merasa banyak kejanggalan."Dia ada di penjara saat ini. Jadi akulah tulang punggung, sekaligus kepala keluarganya. Tidak ada y
Fernando dan Lita datang ke kamar Kenny. Setelah mendengar suara tangisan bayi. Fernando menanyakan apa yang terjadi. Sedangkan Lita bergerak cepat menggendong Felicia.Shanaz sedikit tercengang dengan pemandangan yang barusan dilihatnya. Lita mengurus anaknya saja malas-malasan. Kenapa kini malah mau bersusah payah mau menggendong Felicia yang merupakan bukan siapa-siapanya.Namun pertanyaan itu hanya mampu dipendamnya. Setelah selesai membuat susu formula untuk Kenny kemudian Shanaz menghampiri Kenny dan memberikan susu tersebut. Ia sudah tidak terlalu panik sebab bayi itu juga sudah tenang dalam dekapan hangat Yuni."Kemarikan Tuan Muda, Bi. Biar saya saja yang gendong," pinta Shanaz merentangkan tangannya. "Bibi gendong saja Felicia," lanjutnya. Yang ditakutkan oleh Shanaz kalau sampai Lita mengamuk karena Kenny tak diutamakan. Namun ternyata hal itu terpatahkan dengan ucapan Lita yang tiba-tiba masih ingin menggendong Felicia. "Dia sudah terlanjur nyaman dengan Yuni. Berikan saj
Lita membuka pintu, sudah ada Fernando yang berdiri di depan pintu. "Ibu mengundang kita untuk makan malam di rumahnya," ucap Fernando."Kapan?" tanya Lita."Sekarang. Kamu siap-siap ya," jawab Fernando."Pantas saja Ibu tidak pulang seharian ini," ucap Lita sambil berjalan keluar dari kamar Yuni. Saat kakinya melangkah, Lita masih memikirkan tentang tempat tidur untuk anaknya.Saat Lita dan Fernando mau masuk ke kamar. Ibunya datang. Lita menghampirinya. "Fernando bilang ibu mau mengadakan acara di rumah. Acara apa Bu?" tanya Lita penasaran."Aku mau membuat kopi. Kamu bisa mengikutiku ke dapur jika ingin mengetahui jawabannya," jawab Santi. "Kamu sama Ibu ya. Aku mau masuk ke kamar dan mandi," ucap Fernando.Lita mengangguk. Kemudian Fernando masuk ke dalam kamar. Sedangkan Lita dan Santi berjalan menuju ke dapur.Selembar kertas di tangan Santi rupanya membuat Lita menjadi penasaran. "Apa yang sedang Ibu bawa?" tanyanya.Santi menunjukkannya pada Lita. "Ini adalah daftar masakan y
Lita terhenyak mendengar pertanyaan dari mertuanya. Dia tadi sibuk menatap box bayi Kenny. Berpikir akan memberi box bayi juga untuk Felicia. "I–iya Bu? Ada apa?" tanya Lita tergagap.Santi menghela napas pelan. "Ibu tadi menyuruhmu mandi dan bersiap-siap," jawabnya. Kalau saja bukan menantunya pasti sudah habis dimarahinya wanita itu.Lita terkekeh. "Oh, baiklah Bu," sahutnya. "Kalau begitu Lita ke kamar dulu Bu," pamit Lita.Santi mengangguk. "Iya. Ibu akan tunggu di sini," sahutnya. Lita kemudian berjalan keluar dari kamar Kenny."Kalau begitu biar saya saja yang membuatkan kopi untuk Nyonya Besar," ucap Shanaz. Santi menoleh ke arah Shanaz, lalu mengangguk. "Iya. Terimakasih ya," ucapnya."Sama-sama Nyonya," sahut Shanaz. Ia kemudian berjalan keluar dari kamar Kenny.Shanaz berjalan menuju ke dapur. Ia membuat kopi untuk mantan ibu mertuanya dengan lesu. Hidupnya kian tak menemukan kebahagiaan semenjak Fernando mencampakkannya.Kopi buatan Shanaz telah selesai. Shanaz menaruhnya
Jantung Shanaz seakan loncat dari tempatnya, saat menyaksikan tubuhnya yang dinyatakan hilang terbaring lemah di brankar sebuah rumah sakit. Tuhan masih memberinya kesempatan hidup. Itupun jika dia bisa memberikan pendonor darah untuk dirinya sendiri. Atau ini saat terakhir dia bisa melihat wajah dan tubuhnya sendiri sebelum menyaksikan dirinya sendiri mati.Shanaz tak pernah menyangka bahwa keponakan yang dimaksud oleh Tante Virna adalah dirinya sendiri. Sebab dalam hidupnya dia tidak pernah mengenal Virna sebelumnya. Jika tahu lebih awal dia akan bergerak dengan cepat untuk menyelamatkan dirinya."Telepon dari siapa Nabila?" tanya Santi dengan menepuk pundak Shanaz dari belakang.Pertanyaan itu berhasil mengagetkan Syahnaz, dan membuatnya terhuyung ke belakang satu langkah. "Nyonya Besar membuat saya kaget saja," ucapnya sambil mengelus dadanya sendiri.Santi terkekeh. "Kamu saja yang kagetan," sahutnya. "Tadi telepon dari Ibu saya, Nyonya," jawab Shanaz."Ada apa? Apa terjadi sesu
Lita ingin membantah perintah ibu mertuanya. Akan tetapi Fernando mencegahnya. Menepuk pahanya pelan. Lita kaget dan langsung menoleh ke arah Fernando.Fernando memberinya kode agar Lita mau menurut. Lelaki itu berpikir hal ini bagus karena Lita sementara waktu bisa lebih dekat dengan anaknya sendiri karena bisa langsung mengasuhnya. Jadi dia pikir tidak masalah."Kamu mau kembali ke rumah jam berapa besok?" tanya Fernando kepada Shanaz. Lorenzo yang tadi hanya diam kemudian berpamitan dari acara makan malam itu. Toh acara makan malamnya sudah selesai. Dia merasa tidak ada kepentingan lagi di sana."Acara makan malamnya sudah selesai. Lorenzo pergi dulu ya Bu," pinta Lorenzo kepada ibunya. Sasaran utamanya memang ibunya. Karena wanita itu kunci utama dari semua anggota keluarga."Kamu mau ke mana memangnya?" tanya Santi."Lorenzo mau menemui Meisya sebentar," jawab Lorenzo.Senyum sumringah langsung ditunjukkan oleh Santi. Saat Lorenzo mengatakan alasannya pergi untuk Meisya. Sontak