Lita menaikan satu alisnya, seolah menantang Fernando untuk melanjutkan ucapannya. "Teruskan. Atau kamu akan apa jika aku tetap pergi?" Mengusir wanita yang telah dinikahinya tersebut. Itulah yang ingin dilakukan oleh Fernando. Tetapi mana bisa, setelah mengingat Lita telah melahirkan bayi laki-laki yang tampan dan menggemaskan seperti Kenny. Fernando hanya bisa mengepalkan tangannya menahan emosi."Aku mohon. Setidaknya kamu gendong sebentar anakmu agar berhenti menangis," pinta Fernando dengan menyatukan kedua telapak tangannya. Akan tetapi mirisnya Lita tak memedulikannya. Meskipun Fernando sudah menatapnya dengan tatapan mata yang memelas. Lita tetap bersikukuh untuk pergi dengan temannya. "Aku tidak bisa. Nanti aku akan terlambat," tolaknya.Perasaan Fernando berubah menjadi kesal. Menatapnya dengan tatapan mata yang tajam. "Ibu macam apa kamu! Dasar tidak wanita tak punya perasaan!" umpat Fernando dengan napas yang memburu. Wanita macam apa yang telah dinikahi oleh Fernando.
Fernando memanggil Shanaz. Lalu Shanaz membalikkan badannya lagi ke arah Fernando. "Iya Tuan. Ada yang Anda butuhkan lagi?" tanya Shanaz. "Apa kamu masih banyak pekerjaan?" tanya Fernando dengan raut wajah ragu. "Saya mau mengembalikan nampan ini ke tempatnya Tuan," jawab Shanaz dengan menunjukkan nampan yang ia bawa.Fernando menggelengkan kepalanya pelan. "Lakukan nanti saja. Dan bisakah kamu menemaniku sejenak di sini?" pinta Fernando.Banyak hal yang menjadi khawatiran Shanaz untuk meladeni permintaan mantan suaminya itu. Lita atau seseorang akan berpikir yang tidak-tidak melihat mereka berdua berbincang-bincang di ruang tengah. Meskipun niat Shanaz memang ingin menjerat Fernando, ia tetap harus berhati-hati dengan kemungkinan itu. Karena dia bisa dipecat dan kehilangan kesempatan untuk balas dendam.Tak lantas menjawab membuat Fernando menjadi menebak. "Kenapa? Kamu takut Lita akan cemburu? Atau seseorang akan membuat gosip tentang kita?" Shanaz mengangguk. "Saya takut dipecat
Fernando tertidur karena lelah. Setelah menunggu istrinya tak kunjung pulang. Sebelumya Fernando juga telah menyuruh Shanaz untuk kembali ke kamarnya. Khawatir Lita akan salah paham jika Shanaz masih ada di ruang tengah bersamanya.Fernando terbangun dan membuka matanya yang masih berat. Ketika merasakan ada yang menepuk pundaknya. Matanya yang masih merah karena mengantuk menatap tajam ke arah Lita."Dari mana saja kamu? Larut malam begini baru pulang," tanya Fernando bernada keluhan."Aku kan sudah bilang tadi pergi dengan teman-temanku. Apa kamu mau aku menghubungi salah satu dari mereka untuk menanyakannya?" tantang Lita.Fernando tak meragukan ke mana perginya istrinya. Hanya saja yang ia tidak suka istrinya jauh lebih memilih mementingkan teman sosialitanya ketimbang anaknya sendiri. Itulah yang dibenci Fernando dari Lita."Aku percaya akan hal itu. Hanya saja kamu setiap hari pergi dan tak pernah menjadi ibu yang baik untuk Kenny," ucap Fernando menumpahkan kekesalan yang ada d
Fernando menelan salivanya dengan susah payah. Suasana tiba-tiba menjadi panas. Wajah Fernando berubah menjadi memerah seperti tomat karena salah tingkah. Dan semua itu akibat melihat penampilan Shanaz yang kelewat seksi tersebut.Mata Fernando bahkan tak bisa berkedip. Menyaksikan kerah gaun dengan model v yang belahan dada rendah. Lebih parahnya Shanaz sedang tak menggunakan bra, sehingga ujung dadanya menonjol dengan jelas. Menyadari hal itu Shanaz segera menutup pintu dan bersembunyi di balik pintu kamarnya."Maaf Tuan. Saya tidak tahu jika Tuan Fernando yang datang," ucap Shanaz. Dengan kepala yang menyembul dari balik pintu. Rambut panjangnya yang biasa dicepol terurai dengan indah. Fernando hampir gila karena hampir tidak bisa menahan diri. Setelah tersadar dia menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ia lalu menurunkan pandangannya. Padahal semua itu juga sudah terlambat, tubuh seksi Shanaz juga tak terlihat lagi. "Seharusnya aku yang minta maaf padamu, karena menganggu istiraha
Fernando mendekatkan wajahnya pada wajah Lita, semakin dekat. Dengan rakus lelaki itu menyambar bibir Lita, lalu melumatnya. Mata Lita membelalak mendapatkan perlakuan mendadak dari suaminya tersebut. Namun semakin lama dia semakin menikmatinya.Saat hanya nafsu yang ada di dalam diri Fernando. Menikmati hubungan suami istri karena menyalurkan hasratnya yang sempat tertunda karena melihat Shanaz tadi. Dia bahkan tidak peduli walau tadi sedang ada masalah dengan Lita.Fernando mulai mengabsen rongga mulut Lita. Istrinya tak mau kalah. Lita mulai membalas permainan lidah dari Fernando, membuat keduanya semakin dibakar gelora asmara.Fernando melonggarkan sedikit posisinya untuk melepas celananya. Setelah itu membuka pakaian Lita. Hal yang sama dilakukan oleh Lita. Dia tak mau kalah menyingkap kaos yang dipakai oleh Fernando. Kini keduanya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang yang menutupi seluruh tubuhnya.Fernando meremas kedua buah dada Lita dengan liar. Sesekali keluar desahan ke
Fernando yang tersadar dari lamunannya kemudian membantu Shanaz untuk kembali berdiri dengan tegak. Lalu membenarkan bajunya yang tak berantakan. Shanaz melakukan hal yang sama, membenarkan pakaiannya juga."Hati-hati lain kali," ucap Fernando tanpa memandang ke arah Shanaz. Itu karena dia takut salah tingkah lagi."Iya Tuan. Saya minta maaf atas kecerobohan saya tadi," sahut Shanaz. Ia lalu berjalan ke arah Kenny lalu menggendongnya. Namun bayi itu masih menangis. "Kenapa dia masih menangis?" tanya Fernando tak mengerti."Tuan Muda Kenny haus Tuan. Apa boleh saya minta bantuan Tuan untuk menggendong Tuan Muda? Selagi saya membuatkan susu," pinta Shanaz.Fernando menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Kemari, datanglah kepada Ayah, nak," ucap Fernando sambil mengulurkan kedua tangannya ke depan.Dengan hati-hati Shanaz menyerahkan Kenny kepada Fernando. Kini bayi kecil yang lucu itu sudah berpindah tangan pada gendongan Fernando. Shanaz bergerak cepat untuk membuatkan susu formula unt
2 orang lelaki berpostur tinggi besar, dan dengan otot-otot yang kuat memegangi Galih. Sehingga membuatnya tak bisa melawan. Mau kabur saja tidak bisa. Sehingga hanya bisa pasrah menerima pukulan demi pukulan yang dilayangkan kepada dirinya.Istri Galih yang tidak lain adalah Yuni tak berniat menolong lelaki yang sudah lama menikahinya itu. Meskipun Galih memohon pertolongan darinya. Tetapi dia tidak peduli."Yuni, aku mohon tolong aku, Yuni…" rintih Galih.Air mata Yuni telah membanjiri kedua pipinya, namun enggan menolong. "Aku tidak sudi menolongmu lagi. Kamu sudah keterlaluan," sahutnya.Bug! Satu pukulan melayang dan mendarat di pipi sebelah kiri Galih, terasa sangat perih hingga membuat lelaki itu meringis, karena kesakitan. "Ini untuk istri yang telah kamu aniaya," ucap Lita dengan wajah yang sangat menakutkan, seakan hari itu Lita adalah perwakilan malaikat kematian untuk Galih.Galih sudah tak berdaya namun tak menyurutkan niat Lita untuk tetap menyiksanya. Sekali lagi ia mem
Shanaz selesai mandi. Dia sengaja mandi dengan tempo yang lebih cepat dari biasanya. Shanaz takut Lorenzo dan Meisya tak dapat mengatasi saat Kenny menangis atau membutuhkan sesuatu. Namun yang terjadi tidak demikian. Kenny terlihat sangat bahagia diasuh oleh paman dan tantenya. Ia sangat menikmatinya dengan bukti tertawa riang. Shanaz masuk ke dalam kamar Kenny.Langkah kaki Shanaz sempat terhenti di balik dinding kamar Kenny. Ia harus menata hatinya, saat harus kembali berhadapan dengan Lorenzo. Lelaki yang membuat hatinya terasa bergetar saat ada di sampingnya.Shanaz mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskan perlahan. Dia harus melawan gejolak hatinya dan bersikap senormal mungkin di depan Lorenzo. Apalagi lelaki itu kini sedang dekat dengan Meisya. Shanaz akan mendukung dan berdoa semoga hubungan Lorenzo dan Meisya dapat langgeng dan sampai ke pelaminan. Karena Meisya adalah gadis yang baik. Setelah merasa lebih tenang Shanaz kemudian berjalan masuk ke dalam kamar Kenny."Wa
"Apa kamu pikir aku adalah barang. Yang seenaknya sendiri bisa dipindah tangankan seperti ini?!" Nabila tersulut emosi mendengar pernyataan dari Fernando. Kini dia percaya dengan ucapan dari Lorenzo dan Shanaz yang mengatakan hal-hal buruk mengenai lelaki itu. Dia sekarang mengerti mengapa akhirnya Lorenzo dan Shanaz nekat menikah saat wanita itu terjebak di tubuhnya. Karena selain saling mencintai. Lorenzo pasti ingin menyelamatkan Shanaz. "Bukan seperti tapi–" Fernando mau berkilah. Namun Lita memukul lengannya dengan kencang sambil menangis. Dia tak menyangka kalau ternyata kelakuan suaminya masih tak berubah. Laki-laki yang hanya mengedepankan hawa nafsunya saja. "Keterlaluan! Kamu ceraikan saja aku kalau mau menikahi wanita lain," amuk Lita."Aku juga tidak mau menikah dengan suamimu. Jadi kamu tenang saja," sambar Nabila. Ia kemudian pergi meninggalkan tempat itu. "Permisi!" Lorenzo dan Shanaz sebenarnya kasihan. Mereka berniat mengejar Nabila. Namun terlebih dahulu berpamita
Berbagai pengobatan telah dilakukan oleh Shanaz demi bisa sembuh. Dan setelah 3 tahun usahanya membuahkan hasil. Kini dia sudah cukup sehat untuk kembali ke rumah keluarga besar Lorenzo. Keluarga Lorenzo tak pernah mengetahui cerita mengenai jiwa Shanaz yang selama ini terperangkap di dalam tubuh Nabila. Dan saat tiba-tiba Shanaz muncul di keluarga mereka, Lorenzo hanya berkata kebetulan menemukan Shanaz. "Bagaimana bisa tiba-tiba kamu bertemu dengan Shanaz? Dia kan sudah–" tanya Santi yang tak bisa melanjutkan kalimatnya. Entah mengapa perasaannya campur aduk. Ayahnya juga mempunyai pertanyaan yang sama. Namun memilih diam.Sementara Fernando dan Lita di dalam hatinya merasa cemas. Apalagi kalau bukan masalah uang asuransi jiwa yang dimiliki oleh Shanaz. Mereka takut Shanaz akan mempertanyakannya. Padahal tidak. Shanaz dan Lorenzo tak peduli mengenai masalah itu."Belum Ibu. Shanaz belum meninggal," jawab Lorenzo dengan sopan.Di sana juga ada Nabila. Dia duduk di samping Lorenzo.
Karena kesal Santi mengakhiri sambungan teleponnya secara sepihak. Nabila menjauhkan ponselnya dari telinganya. Lalu meminta penjelasan dari Lorenzo."Siapa itu Edward?" tanya Nabila dengan raut wajah yang serius."Edward adalah kami. Maksudku anakku dengan Shanaz," jawab Lorenzo.Nabila mematung. Kini tak tahu harus berbuat apa. Lorenzo memohon agar Nabila mau pulang dengannya. Ini semua dia lakukan demi anaknya."Anakku membutuhkanmu. Setidaknya pulanglah demi Edward," pinta Lorenzo."Okey. Aku mau mengurus Edward. Tapi di rumah ibuku," sahut Nabila. "Dan 1 lagi. Aku tak mau kamu ikut denganku," lanjutnya memberi syarat. Padahal Lorenzo belum menjawabnya.Lorenzo terdiam. Dia tak bisa menyalahkan Nabila dalam hal ini. Seorang gadis yang tak tahu apa-apa. Tiba-tiba bangun dengan status baru sebagai seorang istri dan anak. Dia berhak marah. Meskipun sebenarnya Lorenzo terlanjur nyaman karena terlalu lama bersama dengan Nabila. "Bagaimana?" tanya Nabila ingin memastikan.Lorenzo tak b
Lorenzo menghargai keputusan Shanaz. Hanya saja dia tak menyangka, bahwa istri yang dia nikahi. Istri yang sanggup membuatnya merasa nyaman setelah kepergian Shanaz adalah mantan adik iparnya sendiri. Yang tak lain adalah Shanaz. "Lalu bagaimana cara agar mereka bisa kembali ke tubuh mereka masing-masing?" tanya Lorenzo."Pejamkan mata. Lalu genggam erat tangannya dan katakan mari bertukar posisi lagi sebanyak 3 kali. Maka kalian akan bertukar posisi seperti semula," jawab orang misterius tadi.Shanaz yang awalnya menunduk lesu karena bimbang, menjadi menoleh ke arahnya. "Kamu mau aku kembali ke badanku?" Shanaz bertanya balik."Semua keputusan ada di tanganmu," jawab Lorenzo. Shanaz dan Lorenzo bersitatap. Lorenzo kemudian menoleh ke arah orang misterius tadi. "Apa konsekuensi jika Shanaz memilih kembali ke tubuhnya?" tanyanya."Seperti yang kamu lihat. Dia akan koma. Jika kamu mau kamu harus menunggu sampai dia sembuh," jawab orang misterius tadi. "Jika tidak kembali ke tubuh masi
Lita selalu berupaya mencelakai Shanaz dan juga bayinya. Misalnya menukar obat Shanaz. Namun tak berhasil karena salah seorang pelayan memberi tahu Shanaz. Saya itu Shanaz hanya memberi peringatan agar Lita tak lagi melakukan hal itu. Shanaz tak tega melaporkan kejadian ini karena kasihan kepada Felicia, sebab anak itu sakit-sakitan dan butuh penanganan medis khusus. Namun ternyata Lita tak juga jera. Dia menyabotase mobil Shanaz agar mengalami kecelakaan. Beruntung Fernando dapat mencegahnya. Dia mengorbankan diri dengan mengorbankan mobilnya menjadi penghalang mobil Shanaz yang akan kecelakaan. Shanaz lagi-lagi menemukan bukti bahwa Lita pelakunya. Dan berjanji akan memberi tahu soal ini pada keluarga besar Fernando. Lita mulai jera kali ini.Saat di rumah sakit. Ketika menjenguk Fernando yang sedang kecelakaan. Shanaz menabrak seseorang. Sosok itu tak asing bagi Shanaz. Dia orang yang sama dengan yang menabraknya usai dirinya kecelakaan lalu bertukar tubuh dengan Nabila."Kamu kan–
Setelah mendengar alasan Lita ingin menemui Fernando. Lorenzo yang ada di depan pintu gerbang menyuruh satpam untuk membukakan pintu. "Bukakan pintunya Pak.""Tapi Tuan Fernando melarang saya, Tuan Lorenzo," sahut satpam. "Dia tidak akan berani protes kalau aku yang menyuruhnya," ucap Lorenzo. "Baik Tuan Lorenzo. Kalau begitu akan saya bukakan pintunya," sahut satpam. Ia kemudian membukakan pintu gerbang untuk Lita.Lita tak henti menatap wajah kakak iparnya. Setelah pintu gerbang dibuka ia mengucapkan rasa terimakasihnya yang tulus. Dia begitu terharu akan kebaikan yang ditujukan oleh lelaki yang dulunya sangat ia benci."Terimakasih Kak Lorenzo. Karena telah memberikan izin Lita untuk masuk," ucap Lita dengan berlinang air mata."Aku melakukan ini bukan karenamu. Tapi karena anakmu. Dia bagian dari keluarga ini," sahut Lorenzo dengan nada dingin.Lita menghapus air matanya dengan mandiri. Tak apalah jika Lorenzo berpikiran seperti itu. Yang terpenting dia bisa masuk dan menemui Fe
Lorenzo masih mematung. Namun setelah dapat mengendalikan dirinya, tangannya yang tadi mengambang di udara mendekap erat Shanaz. Akan tetapi dia masih ragu. Apakah ini artinya Shanaz telah menerima cintanya?Lorenzo kemudian mengurai pelukannya. Ia menatap wajah Shanaz dengan intens. "Apa ini artinya kamu sudah dapat menerimaku?" tanya Lorenzo memastikan.Shanaz menangis sambil mengangguk. "Iya," jawabnya dengan singkat. Namun itu sudah cukup membuktikan semuanya. Lorenzo tersenyum. Ia kemudian kembali memeluk tubuh Shanaz dengan erat. Tangannya mengusap lembut rambutnya yang panjang."Terimakasih, karena kamu mau membuka pintu hatimu untukku," ucap Lorenzo."Seharusnya saya yang berterima kasih kepada Tuan. Karena masih mau menerimaku yang—"Lorenzo dengan cepat melepaskan kembali pelukannya. Ia kemudian menangkup kedua sisi pipi Shanaz. Lalu 1 jari telunjuknya ditempelkan pada bibir Shanaz. "Tolong jangan katakan kalimat yang melukai hatiku," sambarnya memotong pernyataan dari Shana
Shanaz terbaring lemah di atas ranjang kamar apartemen Lorenzo. Dengan leluasa Fernando membuka satu persatu pakaian Shanaz, hingga tak menyisakan sehelai benangpun menutupi tubuh wanita itu. Fernando melepas pakaiannya. Kemudian setelah menampilkan tubuh polosnya ia memagut bibir Shanaz dengan lembut. Tangannya mulai turun dan meremas puncak gundukan dada Shanaz. Karena tak dapat menahan gairahnya lagi, Fernando hendak menancapkan kepunyaannya di dalam organ inti milik Shanaz. Fernando mengalami kesulitan, saat tak dapat menembus benteng pertahanan Shanaz. Itu artinya wanita ini belum terjamah oleh laki-laki lain. Fernando semakin bernafsu. "Rupanya kamu benar-benar masih menjaga kesucianmu. Aku sangat beruntung," gumamnya.Shanaz yang mulai merasakan sakit di area sensitifnya, lalu membuka mata. Dia menangis karena shock. Sekuat tenaga ia mendorong tubuh Fernando. Akan tetapi kekuatannya kalah besar dengan tubuh kekar Fernando."Tuan Fernando jangan lakukan ini kepada saya. Saya mo
Kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Meisya yang mendengar berita tentang Fernando datang ke rumah Fernando untuk mencari kebenaran. Dia shock saat melihat pakaian Shanaz yang compang camping."Ceritanya panjang. Kalau kamu ingin tahu ikut dengan kami," jawab Lorenzo. Tanpa berpamitan Lorenzo berjalan menuju ke mobilnya dan membuka pintu. Lorenzo memberi kode agar Shanaz duduk di belakang. Sementara ia duduk di kursi kemudi. Meisya sebenarnya masih shock. Namun karena ingin tahu apa yang terjadi dia ikut masuk ke dalam mobil. Ia duduk di samping Lorenzo.Mobil Lorenzo kemudian melaju meninggalkan rumah Fernando. Membelah jalanan yang sudah sepi menuju ke apartemennya. Di dalam mobil Lorenzo menjelaskan kronologi kejadian yang dialami oleh Shanaz. Meisya merasa iba."Kasihan sekali dia. Pasti dia menjadi sangat trauma," ucap Meisya dengan tulus."Itu sudah pasti. Maka dari itu aku mau mengamankannya sementara waktu di apartemenku," sahut Lorenzo.Meisya mengangguk. "Aku setuju."Mal