Home / Urban / Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia / Sein Kanan Belok Kiri

Share

Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia
Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia
Author: Kopika

Sein Kanan Belok Kiri

Author: Kopika
last update Last Updated: 2023-04-14 17:34:43

Jono melangkah sambil menenteng sebuah paket menuju ke sebuah rumah mewah, ia memarkirkan motor bututnya di pinggir jalanan. Mengecek smartphone dan mengangguk setelah berhasil menyamakan alamat dan nomor rumah yang tertera di layar dengan yang ada di tembok di pinggir gerbang rumah mewah tersebut.

“Pakeeet…!” teriak Jono dengan sangat lantang di gerbang rumah tersebut.

Tidak ada jawaban, tentu saja sebab jarak dari gerbang menuju ke rumah tersebut masih berjarak sekitar dua puluh meteran. Sekencang apa pun Jono berteriak, suaranya pasti sudah lenyap ditelan angin saat masih setengah jalan.

“Buset dah! Nih rumah halamannya dah kayak lapangan bola aja!” keluh Jono setelah ia menyadari kalau bakalan percuma berteriak sekencang apapun.

Jono mengecek smartphonenya, tidak ada instruksi untuk menaruh paket itu di halaman atau menitipkannya ke rumah tetangga sebelah atau Pak RT. Paket ini harus diterima langsung sama orang yang memesannya.

“Apa gue lempar aja ya nih paket?” gumam Jono sambil mengamati paket yang sedang ia pegang tersebut. Jono menduga-duga apa kira-kira isi paket tersebut, sepertinya bukan barang pecah belah.

Cukup lama Jono berdiri dan memanggil-manggil, ia juga sudah memencet bel yang ada di gerbang rumah itu berkali-kali. Tapi tidak terlihat ada orang yang datang menjawab suara bel tersebut. Dua puluh menit sudah ia berada di depan rumah besar dan mewah tersebut.

“Gak ada orang kayaknya, mending gue muter buat ngirim paket yang lainnya saja. Nanti sore baru balik lagi kesini.” Gumam Jono sambil menatap tas besar yang ada di kiri kanan motornya yang berisi paket lain untuk diantarkan.

Baru saja Jono hendak mengambil motor yang ia parkirkan, dari dalam rumah besar itu terdengar pintu dibuka. Jono menoleh dan melihat seorang gadis berambut panjang sedang menuju ke arahnya, tapi aneh ia terlihat sangat buru-buru dan bahkan berlari dengan cepat.

Gadis itu sampai ke depan gerbang tempat Jono sedang berdiri di luarnya. Mengguncang gerbang besi itu yang memang terkunci.

“Mas gak bisa dibuka ini?” tanya sang gadis dengan nafas yang naik turun.

“Mbak Renata? Gak usah dibuka, saya kasihkan saja ini melalui celah pagar.” Ujar Jono sambil berusaha menyelipkan paket yang ia genggam.

Tapi anehnya gadis itu malah naik ke atas pagar dan kemudian ia turun meluncur melalui jeruji besi gerbang dan meloncat keluar.

“Ayo Mas! Kita harus cepat pergi dari sini!” ujar gadis berambut panjang yang kini setelah mereka berhadapan ternyata sangat cantik itu.

“Pergi kemana Mbak? Saya hanya mengantarkan paket ini?” Jono menyodorkan paket yang ia pegang.

“Kalau Mas masih sayang sama nyawa Mas, sebaiknya kita segera pergi dari sini!” ujar Gadis itu.

Dari dalam rumah mewah itu muncul tiga orang pria memakai jas serba hitam.

“Itu dia! Kejar!” ujar salah seorang diantara mereka.

Jono masih terpaku kebingungan.

“Ayo bodoh!” teriak Renata.

‘Dor!’ seorang diantara tiga orang pria itu melepaskan sebuah tembakan dari pistol yang ia raih dari saku dalam jasnya.

Meleset, peluru yang dilepaskan oleh pria itu hanya mengenai tembok gerbang.

Jono pias, ia tidak tahu apa yang sedang terjadi tapi kalau ia diam saja di tempatnya berdiri sekarang, maka ia pasti akan mati terkena peluru nyasar.

“Ayo Bodoh! Cepat kita pergi dari sini!” gadis itu kembali memerintah.

Jono mengangguk dan segera naik ke atas motornya, gadis itu ikut naik dan duduk di belakang di antara tas besar yang berisi paket antaran Jono di kiri kanannya. Jono dengan sigap menyalakan dan menjalankan motornya, menjauh dari rumah besar itu.

“Sialan! Ambil mobil!” suruh salah seorang pria berjas hitam kepada yang lainnya.

Tak lama ketiga pria berjas hitam itu sudah berada di dalam mobil dan kemudian mereka mengejar Jono dan gadis berambut panjang itu setelah menabrak gerbang besi. Mereka sangat buru-buru sampai tidak ingat membuka kunci dan gerbang rumah.

“Mbak sebenarnya apa yang sudah terjadi? Siapa ketiga orang tadi?” tanya Jono kepada gadis berambut panjang itu.

“Mereka penjahat Bodoh. Mereka hendak menculik dan membunuh saya, tadi kamu lihat kan kalau mereka menembaki kita?” jelas gadis itu.

Jono mengangguk, ia baru kali ini ditembak oleh orang tidak dikenal, ya bukan berarti ia pernah ditembak oleh orang yang ia kenal juga.

“Percepat jalannya, Bodoh! Mereka mengikuti di belakang kita!” Ujar gadis itu yang menengok ke belakang dan melihat mobil berisi tiga pria berjas hitam itu.

Jono melirik spion motornya, benar apa yang dikatakan oleh gadis tersebut. Ia segera menggeber motornya dan menarik tuas gas sedalam mungkin.

Tapi, karena motor Jono memang sudah cukup udzur dan hanya memiliki kapasitas mesin 110 cc, tentu saja tidak bisa mengimbangi kecepatan mobil yang mengejar mereka di belakang. Hanya beberapa menit maka Jono dan gadis cantik yang diboncengnya akan segera tersusul.

“Bodoh! percepat lagi motornya!” saran gadis itu.

“Aduh ini sudah gas pol loh Mbak!” sahut Jono.

“Belok kiri di depan sana, Bodoh!” suruh gadis itu memberikan petunjuk.

“Mbak bisa gak, enggak bilang Bodoh terus kepada saya?” tanya Jono.

“Bisa tapi nanti kalau sudah aman dan kita bisa kenalan. Sekarang belok, Bodoh!” gadis itu masih tetap memanggil Jono dengan sebutan Bodoh.

“Siap!” ujar Jono dan di beberapa meter di depan ia belok ke sebelah kiri.

Tapi mobil yang membawa ketiga pria berjas itu masih membuntuti dan kini salah seorang dari mereka mengeluarkan kembali pistolnya, membidik dan bersiap melepaskan tembakan kembali.

“Astaga!” ucap Jono.

“Kenapa Bodoh?” tanya gadis itu.

“Barusan saya ngasih sein kanan eh kita malah belok kiri!” ujar Jono.

“Aduh dasar kamu ya memang benar-benar Bodoh! urusan kecil begitu aja kirain kenapa.” Timpal sang gadis.

“Saya takut kita kena tilang sama pak polisi Mbak, begini-begini saya ini pengguna jalan yang taat aturan.” Ucap Jono membela dirinya.

‘Dor!’ dengan tak terduga sebuah peluru menyalak dari pistol salah seorang pria berjas hitam.

Jono kembali merasakan ketakutan, hanya sekian milimeter peluru itu melewati pipinya dan menghantam ke sebuah tiang listrik.

“Masuk ke dalam gang!” agak panik sang gadis yang dibonceng oleh Jono berteriak.

Jono segera berbelok ke sebuah gang dan kali ini ia tidak peduli apakah sein motornya menyala atau tidak. Nyawa mereka berdua jauh lebih penting daripada mempermasalahkan urusan lampu sein.

Mobil yang dikendarai oleh ketiga pria berjas itu tiba dan parkir di mulut gang tempat Jono berbelok masuk. Ketiga pria berjas itu turun dari mobil dan manatap Jono serta sang gadis cantik berambut panjang yang menjadi incaran mereka.

Salah seorang diantara mereka mengeluarkan pistolnya kembali dan membidik, ia masih bisa menembak jatuh target mereka.

“Jangan! Terlalu ramai disini!” cegah salah satu orang berjas lainnya sambil menutupi senjata temannya itu dengan tubuhnya sendiri.

Pria berpistol itu mengamati situasi, gang ini cukup banyak orang yang hilir mudik. Meski ia berhasil menembak targetnya tapi mereka pasti akan diringkus oleh masyarakat.

“Sial! Lantas bagaimana? Apa kita biarkan mereka lolos begitu saja?” tanya pria berpistol itu.

Rekannya menggeleng “Kita akan mengejar mereka. Kita berputar dan hadang mereka di ujung lain gang ini. Ayo!”

Maka ketiganya kembali menuju ke mobil mereka dan memutar menuju ke mulut gang yang berada di ujung yang lainnya.

***

Related chapters

  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Lari Demi Bertahan Hidup

    Mbak Sebenarnya mereka siapa dan kenapa sepertinya ingin membunuh Mbak-nya?” tanya Jono.“Sudah aku katakan bukan, mereka itu penjahat yang ingin menculik dan membunuh diriku. Mereka pasti suruhan dari si Jamal.” Jelas Renata.“Si Jamal itu siapa ya?” Jono mengerutkan dahinya.“Dia itu bos para penjahat tadi. Dia tangan kanan,” Renata menggantungkan ucapannya.“Tangan kanan siapa, Mbak?” Jono jadi penasaran.“Awas Bodoh!” pekik Renata menunjuk ke arah depan mereka.Di mulut gang yang akan mereka lalui, di depan sana mobil para ketiga pria berjas serba hitam itu telah menghadang.Jono sigap mengerem dan memberhentikan motornya, ia melihat ketiga pria yang disebut penjahat oleh Renata itu mulai turun dari mobilnya. Jono segera memutar balik motornya, kembali ke dalam gang.“Sial!” maki salah seorang di antara pria berjas serba hitam itu geram karena buruan mereka berhasil kabur lagi.Di tengah gang itu Jono memutuskan berbelok ke arah lain, kalau ke arah mereka tadi datang mungkin para

    Last Updated : 2023-04-15
  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Rumah Berdarah

    “Hampir saja!” Jono mengintip ke belakang dari spion motornya, sepertinya mereka berhasil lolos. Ia harus segera masuk kembali ke gang dan terus berusaha sebisa mungkin mengambil jalan kecil sampai tujuan mereka.“Iya Mas Bodoh, nyaris saja kita kena dor.” Sahut Renata.“Kita coba masuk gang yang di sana itu. Mulai sekarang kita sebisa mungkin terus lewat jalan kecil atau gang yang gak muat mobil saja.” Jono menjelaskan.Renata mengangguk “Iya Mas, bagaimana baiknya saja.”Dengan lincah Jono kembali masuk ke dalam dan meliuk-liuk melewati setiap tikungan kecil dan juga kadang membingungkan karena kadang gang yang mereka lalui seperti halaman rumah orang.“Permisi Bu Ibu!” ucap Jono ketika melewati sekelompok ibu-ibu berdaster yang sedang merumpi di depan rumah tersebut.“Silakan!” ucap seorang ibu.“Eh Kang Paket! Kenapa lu lewat dimari sih?!” kesal seorang ibu mema

    Last Updated : 2023-04-16
  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Bersembunyilah!

    Renata memeluk sang paman dan membuka telinganya selebar mungkin untuk mendengar wasiat apa yang harus ia lakukan.“Kamu bersembunyilah beberapa waktu sampai ayahmu tiba. Ia akan menghabisi semua pengkhianat itu. Kamu paham maksud Paman bukan?” tanya Pamannya.Renata mengangguk “Iya Paman, Renata mengerti. Tapi ayah masih akan lama berada di luar negerinya. Ia akan kembali setelah situasi kondusif, mungkin empat sampai lima bulan ke depan. Paman siapa yang telah melakukan semua ini?” “Ada ular yang menyamar menjadi tikus dalam sarang kita Renata. Saat ayahmu tidak ada, ular itu mulai melancarkan serangannya. Bisa dan taringnya sangat berbahaya karena ekornya dipegang oleh banyak pihak yang tidak menyukai keluarga kita. Kita semua dalam bahaya termasuk kamu, karena itu bersembunyilah dan jangan sampai mereka tahu siapa dirimu yang sebenarnya.” Jelas sang Paman.“Renata mengerti paman, kalau begitu sekarang lebih baik kita segera ke rumah sakit untuk merawat luka paman ini!” sahut Rena

    Last Updated : 2023-04-17
  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Menantu Untuk Si Mbok?

    Jono memberhentikan motor setelah ia yakin kalau ketiga pria berjas itu tidak bisa mengikuti mereka. Saat ini dia dan Renata sedang berada di sebuah gang di dekat sebuah warung yang cukup ramai pengunjung. Ia berhenti parkir di bawah sebuah pohon rindang.“Jadi bagaimana sekarang?” tanya Jono.“Bagaimana apanya?” Renata balik bertanya.“Kita kemana lagi? Kamu punya tujuan kan?” Jono kembali bertanya.Renata menghela nafas dan kemudian menggeleng “Tidak ada Mas Jono, saat ini saya tidak mungkin kembali pulang ke rumah sementara tidak ada kerabat atau teman yang bisa saya percayai dan datangi lagi.”Jono diam sejenak.“Apa kamu haus?” tanya Jon mengubah topik pembicaraan.Renata mengangguk “Sedikit.”“Tunggu sebentar aku mau beli minuman, kamu mau minum apa?” Jono menawarkan.“Soda atau apapun juga boleh, asal dingin.” Ucap Renata.“Oke, bentar!” Jono lalu menuju ke warung tersebut, mengambil dua minuman bersoda dari show case-nya, ia memilih minuman yang dingin sesuai permintaan dari

    Last Updated : 2023-04-17
  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Preman Kampung

    Jam delapan, sinar matahari pagi menyelusup ke dalam kamar melalui jeruji jendela. Renata memicingkan mata dan menatap sekitarnya. Semalaman dia nyaris tidak bisa tidur sebab berada di tempat yang tidak nyaman dan bau sungai yang tercium begitu menyengat.“Hadeuh benar-benar bikin pusing dan sebal, bau sekali di sini. Tapi aku tidak punya tujuan lain!” keluh Renata sambil beranjak dari ranjang dan melangkah keluar, perutnya terasa lapar.“Sudah bangun, Cah Ayu?” sapa si Mbok ibunya Jono yang melihat Renata turun dari lantai dua rumahnya.“Sudah Mbok, Mas Jono mana?” tanya Renata yang tidak meihat kehadiran Jono.“Jono sudah berangkat tadi sejak subuh, dia memang rajin anaknya. Katanya kalau tidak begitu maka bakalan kalah saing sama tukang paket temannya. Kalau paket yang dia antarkan sedikit maka dapat uangnya pun sedikit. Si Jono sedang mengumpulkan uang buat bekal nikahnya, Cah Ayu!” jelas si Mbok.Renata tersenyum tipis sebagai basa-basi dan menghargai si Mbok.“Mbok, aku lapar ma

    Last Updated : 2023-05-01
  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Saran Dari Si Togar

    Renata jelas terkejut, ia benar-benar tidak menduga kalau komplotan pria berjas hitam itu berhasil menemukan dirinya yang sedang bersembunyi di rumah Jono si Tukang Paket dengan mudahnya.“Kalian semua! Cepat tangkap wanita itu!” teriak pria berjas itu kepada rekan-rekannya yang masih berada di dalam mobil. Niatnya untuk membeli sarapan ia urungkan karena ada masalah yang lebih genting, menangkap Renata!Maka ketiga rekannya yang lain segera keluar dan hendak menangkap Renata.Renata tentu saja langsung membalikkan badan dan mengambil langkah seribu, kabur dari kejaran para pria berjas hitam yang dulu adalah anak buah ayahnya sendiri.Si Togar pun kebingungan dengan situasi yang mendadak seperti itu, tapi satu hal yang ada di dalam benaknya adalah ia harus melindungi Renata. Gadis cantik yang telah memikat hatinya dan merupakan teman dari sahabatnya si Jono.‘Bughk!’ si Togar dengan cepat menggebuk seorang pria berjas di dekatnya yang hendak mengejar Renata. Pria malang itu tidak mend

    Last Updated : 2023-05-02

Latest chapter

  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Saran Dari Si Togar

    Renata jelas terkejut, ia benar-benar tidak menduga kalau komplotan pria berjas hitam itu berhasil menemukan dirinya yang sedang bersembunyi di rumah Jono si Tukang Paket dengan mudahnya.“Kalian semua! Cepat tangkap wanita itu!” teriak pria berjas itu kepada rekan-rekannya yang masih berada di dalam mobil. Niatnya untuk membeli sarapan ia urungkan karena ada masalah yang lebih genting, menangkap Renata!Maka ketiga rekannya yang lain segera keluar dan hendak menangkap Renata.Renata tentu saja langsung membalikkan badan dan mengambil langkah seribu, kabur dari kejaran para pria berjas hitam yang dulu adalah anak buah ayahnya sendiri.Si Togar pun kebingungan dengan situasi yang mendadak seperti itu, tapi satu hal yang ada di dalam benaknya adalah ia harus melindungi Renata. Gadis cantik yang telah memikat hatinya dan merupakan teman dari sahabatnya si Jono.‘Bughk!’ si Togar dengan cepat menggebuk seorang pria berjas di dekatnya yang hendak mengejar Renata. Pria malang itu tidak mend

  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Preman Kampung

    Jam delapan, sinar matahari pagi menyelusup ke dalam kamar melalui jeruji jendela. Renata memicingkan mata dan menatap sekitarnya. Semalaman dia nyaris tidak bisa tidur sebab berada di tempat yang tidak nyaman dan bau sungai yang tercium begitu menyengat.“Hadeuh benar-benar bikin pusing dan sebal, bau sekali di sini. Tapi aku tidak punya tujuan lain!” keluh Renata sambil beranjak dari ranjang dan melangkah keluar, perutnya terasa lapar.“Sudah bangun, Cah Ayu?” sapa si Mbok ibunya Jono yang melihat Renata turun dari lantai dua rumahnya.“Sudah Mbok, Mas Jono mana?” tanya Renata yang tidak meihat kehadiran Jono.“Jono sudah berangkat tadi sejak subuh, dia memang rajin anaknya. Katanya kalau tidak begitu maka bakalan kalah saing sama tukang paket temannya. Kalau paket yang dia antarkan sedikit maka dapat uangnya pun sedikit. Si Jono sedang mengumpulkan uang buat bekal nikahnya, Cah Ayu!” jelas si Mbok.Renata tersenyum tipis sebagai basa-basi dan menghargai si Mbok.“Mbok, aku lapar ma

  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Menantu Untuk Si Mbok?

    Jono memberhentikan motor setelah ia yakin kalau ketiga pria berjas itu tidak bisa mengikuti mereka. Saat ini dia dan Renata sedang berada di sebuah gang di dekat sebuah warung yang cukup ramai pengunjung. Ia berhenti parkir di bawah sebuah pohon rindang.“Jadi bagaimana sekarang?” tanya Jono.“Bagaimana apanya?” Renata balik bertanya.“Kita kemana lagi? Kamu punya tujuan kan?” Jono kembali bertanya.Renata menghela nafas dan kemudian menggeleng “Tidak ada Mas Jono, saat ini saya tidak mungkin kembali pulang ke rumah sementara tidak ada kerabat atau teman yang bisa saya percayai dan datangi lagi.”Jono diam sejenak.“Apa kamu haus?” tanya Jon mengubah topik pembicaraan.Renata mengangguk “Sedikit.”“Tunggu sebentar aku mau beli minuman, kamu mau minum apa?” Jono menawarkan.“Soda atau apapun juga boleh, asal dingin.” Ucap Renata.“Oke, bentar!” Jono lalu menuju ke warung tersebut, mengambil dua minuman bersoda dari show case-nya, ia memilih minuman yang dingin sesuai permintaan dari

  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Bersembunyilah!

    Renata memeluk sang paman dan membuka telinganya selebar mungkin untuk mendengar wasiat apa yang harus ia lakukan.“Kamu bersembunyilah beberapa waktu sampai ayahmu tiba. Ia akan menghabisi semua pengkhianat itu. Kamu paham maksud Paman bukan?” tanya Pamannya.Renata mengangguk “Iya Paman, Renata mengerti. Tapi ayah masih akan lama berada di luar negerinya. Ia akan kembali setelah situasi kondusif, mungkin empat sampai lima bulan ke depan. Paman siapa yang telah melakukan semua ini?” “Ada ular yang menyamar menjadi tikus dalam sarang kita Renata. Saat ayahmu tidak ada, ular itu mulai melancarkan serangannya. Bisa dan taringnya sangat berbahaya karena ekornya dipegang oleh banyak pihak yang tidak menyukai keluarga kita. Kita semua dalam bahaya termasuk kamu, karena itu bersembunyilah dan jangan sampai mereka tahu siapa dirimu yang sebenarnya.” Jelas sang Paman.“Renata mengerti paman, kalau begitu sekarang lebih baik kita segera ke rumah sakit untuk merawat luka paman ini!” sahut Rena

  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Rumah Berdarah

    “Hampir saja!” Jono mengintip ke belakang dari spion motornya, sepertinya mereka berhasil lolos. Ia harus segera masuk kembali ke gang dan terus berusaha sebisa mungkin mengambil jalan kecil sampai tujuan mereka.“Iya Mas Bodoh, nyaris saja kita kena dor.” Sahut Renata.“Kita coba masuk gang yang di sana itu. Mulai sekarang kita sebisa mungkin terus lewat jalan kecil atau gang yang gak muat mobil saja.” Jono menjelaskan.Renata mengangguk “Iya Mas, bagaimana baiknya saja.”Dengan lincah Jono kembali masuk ke dalam dan meliuk-liuk melewati setiap tikungan kecil dan juga kadang membingungkan karena kadang gang yang mereka lalui seperti halaman rumah orang.“Permisi Bu Ibu!” ucap Jono ketika melewati sekelompok ibu-ibu berdaster yang sedang merumpi di depan rumah tersebut.“Silakan!” ucap seorang ibu.“Eh Kang Paket! Kenapa lu lewat dimari sih?!” kesal seorang ibu mema

  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Lari Demi Bertahan Hidup

    Mbak Sebenarnya mereka siapa dan kenapa sepertinya ingin membunuh Mbak-nya?” tanya Jono.“Sudah aku katakan bukan, mereka itu penjahat yang ingin menculik dan membunuh diriku. Mereka pasti suruhan dari si Jamal.” Jelas Renata.“Si Jamal itu siapa ya?” Jono mengerutkan dahinya.“Dia itu bos para penjahat tadi. Dia tangan kanan,” Renata menggantungkan ucapannya.“Tangan kanan siapa, Mbak?” Jono jadi penasaran.“Awas Bodoh!” pekik Renata menunjuk ke arah depan mereka.Di mulut gang yang akan mereka lalui, di depan sana mobil para ketiga pria berjas serba hitam itu telah menghadang.Jono sigap mengerem dan memberhentikan motornya, ia melihat ketiga pria yang disebut penjahat oleh Renata itu mulai turun dari mobilnya. Jono segera memutar balik motornya, kembali ke dalam gang.“Sial!” maki salah seorang di antara pria berjas serba hitam itu geram karena buruan mereka berhasil kabur lagi.Di tengah gang itu Jono memutuskan berbelok ke arah lain, kalau ke arah mereka tadi datang mungkin para

  • Tukang Paket Dan Putri Bos Mafia    Sein Kanan Belok Kiri

    Jono melangkah sambil menenteng sebuah paket menuju ke sebuah rumah mewah, ia memarkirkan motor bututnya di pinggir jalanan. Mengecek smartphone dan mengangguk setelah berhasil menyamakan alamat dan nomor rumah yang tertera di layar dengan yang ada di tembok di pinggir gerbang rumah mewah tersebut.“Pakeeet…!” teriak Jono dengan sangat lantang di gerbang rumah tersebut.Tidak ada jawaban, tentu saja sebab jarak dari gerbang menuju ke rumah tersebut masih berjarak sekitar dua puluh meteran. Sekencang apa pun Jono berteriak, suaranya pasti sudah lenyap ditelan angin saat masih setengah jalan.“Buset dah! Nih rumah halamannya dah kayak lapangan bola aja!” keluh Jono setelah ia menyadari kalau bakalan percuma berteriak sekencang apapun.Jono mengecek smartphonenya, tidak ada instruksi untuk menaruh paket itu di halaman atau menitipkannya ke rumah tetangga sebelah atau Pak RT. Paket ini harus diterima langsung sama orang yang memesannya.“Apa gue lempar aja ya nih paket?” gumam Jono

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status