Sinta pergi memasak, sementara Feno melihat sosok Sinta yang sibuk di dapur dengan senyuman bodoh di wajahnya.Namun saat dia menunduk, tiba-tiba dia merasa murung, karena benda yang barusan dia gunakan untuk memukul itu ternyata adalah patung yang sudah selesai dibuat oleh dirinya. Dia melihat di dahi patung itu muncul sebuah retakan.Perlu diketahui bahwa anak orang kaya itu akan datang untuk mengambil patung tersebut sore ini. Jika harus membuatnya lagi, sudah tidak ada waktu. Selain itu juga sudah tidak ada bahan sejenis ini.Memikirkan semua itu, dia merasa sedikit tertekan.Setelah menemani Sinta makan dan mengantarnya pergi, Feno menyadari bahwa waktu pengambilan barang semakin dekat. Apa yang harus dilakukan?Feno merasa sangat cemas.David yang diam-diam mengamati semua itu tidak bisa berkata-kata. Anak ini, kenapa bisa begitu keras kepala?Bukankah dia baru saja mendapatkan Catatan Keterampilan Ilahi?Setahu David, setelah menyelesaikan tingkat pertama Catatan Keterampilan I
Setelah selesai berbicara dengan tidak meninggi maupun merendah, Feno membawa patung dewa perang itu ke atas meja.“Apakah ini berguna?” Anak orang kaya itu melirik sekilas dan berbicara dengan nada yang sangat meremehkan.“Tentu saja berguna!” Feno juga berbicara dengan penekanan. Aura kewibawaan memancar dan membuat orang-orang itu tertegun. Meskipun Feno terlihat sangat percaya diri di luar, di dalam hatinya justru tetap merasa ragu.“Kalau begitu, pacar saya sudah pergi. Jika ini berguna, apakah saya bisa menemukannya?” Anak orang kaya itu masih tampak bersikap angkuh. “Bisa!” Feno menjawab dengan sangat yakin, seolah-olah dia adalah tuhan dan penuh wibawa. “Wow, kamu ini, meskipun masih muda, berani sekali berbicara!” Anak orang kaya itu tertawa karena marah. Bahkan para pengawal di belakangnya yang juga ikut tertawa.Hal yang begitu aneh, pemuda di depannya ini tampak tidak merasa malu sama sekali dan menjawab dengan percaya diri.“Krriing!” Namun, saat itu juga telepon anak
“Berdoa? Maksudmu aku harus berlutut?”Ferry mengernyitkan dahi.“Betul!” “Apakah kamu sengaja melakukan ini?” Mendengar perkataan itu, Ferry marah lagi.Pengawal itu juga menatap dengan tajam, seolah-olah bersiap untuk menyerang Feno.“Jika kamu percaya, coba saja. Jika tidak, ya sudah!” Feno sudah membulatkan tekad dan malas untuk mempedulikan keduanya lagi. Dia hanya berkata dengan dingin.Namun, Ferry tidak bisa merendahkan dirinya. Dia terlihat berpikir sejenak dan membentak pengawal di sampingnya, “Sana, kamu pergi berlutut dan bersujud!”Pengawal itu merasa kesal, tetapi tidak bisa melawan perintah. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya melangkah maju. Namun, sebelum berlutut, dia menoleh dan berteriak kepada Feno.“Bocah ingatlah. Jika kamu berani mempermainkan kami, aku akan memutuskan lehermu!”Feno tentu tidak mempedulikan dia dan hanya meletakkan patung itu di atas meja, kemudian memeriksa simbol tulisan yang telah terukir.“Dewa Perang, saya sangat mengagumi Anda, tet
“Tolong! Aku menyerah!”“Plak!” Saat itu, Feno dengan bangga melayangkan tendangan yang membuat Ferry terlempar dan secara tepat menghindari “serangan” yang tidak terduga itu! Kemudian, dia tertawa dan berkata, “Patungku benaran sangat ampuh, apakah kamu masih meragukannya?”“Bocah, aku hanya bercanda denganmu. Di mana pacarku? Bagaimana dengan perhatian ayahku? Kenapa hanya langsung mewujudkan harapan ketigaku? Sepertinya ini tidak seampuh itu. Aku malas untuk ngomong kosong denganmu lagi. Biarkan aku membawa pulang patung itu. Jika benar-benar berguna, aku akan memberimu uang setelahnya. Paham?” Ferry bangkit dengan malu. Saat mengucapkan kata-kata itu, dia sudah sedikit berbohong.“Baiklah, bawa pergi saja!” Feno sama sekali tidak peduli dengan ucapannya dan menyerahkan patung itu kepadanya.“Hmph, aku akan kembali besok!” Dengan mendengus dingin, Ferry pergi sambil membawa patung itu bersamanya.Melihat dia pergi dengan begitu saja, Feno tidak menghentikannya.Keesokan harinya,
Kota Jayanegara.Kantor Direktur Guntur Group. Ria Nastoro membelalak menatap pemuda di hadapannya dengan tak percaya, “Apa katamu? Kamu tunanganku?”“Benar. Kakekmu menjodohkanmu denganku 3 tahun lalu. Ini surat perjanjian pernikahannya. Lihat sendiri kalau tidak percaya.”Pemuda itu bernama David Cokro. Dia menyodorkan selembar surat perjanjian pernikahan.Ria bahkan merasa ingin mati setelah membaca surat perjanjian pernikahan itu.Dia bisa memastikan bahwa surat perjanjian pernikahan itu asli. Tulisan di surat itu adalah tulisan kakeknya, Chandra Nastoro dan terdapat stempel pribadi kakeknya. Ria menarik nafas dalam-dalam dan dengan dingin berkata, “Namamu David Cokro, ‘kan?”“Benar.”David mengangguk, namun tatapannya yang menilai Ria justru tidak tertahankan.Wajahnya begitu memesona dan kulit putihnya begitu halus. Meskipun dalam keadaan tegang juga dapat membuat pria manapun tergoda.Dengan satu stel pakaian profesi yang ketat, terbentuk lekuk tubuh yang menggoda, terutama pi
Ria terus menatap David. Wajahnya menunjukkan kesombongan.Yuni Pandora, sekretaris yang berada di sampingnya, juga melihat David dengan tatapan tidak sudi. Orang miskin sepertinya juga pantas untuk bersama direktur mereka?"Tak masalah."David dengan acuh berkata, "Tapi ucapanmu tidak berguna, karena pernikahan ini ditetapkan oleh kakekmu. Kamu bisa menunggu sampai aku selesai menyembuhkan penyakitnya dan membiarkannya membatalkan perjanjian pernikahan sendirian. Asalkan dia bersedia, aku pasti tidak akan menjeratmu lagi.""Tidak perlu."Ria mengira David masih tidak putus asa dan semakin menghinanya, “Aku yang mengambil keputusan atas pernikahanku sendiri. Lagi pula, aku sendiri bisa mencari solusi untuk penyakit kakekku, kamu tidak perlu khawatir.”Ria menulis selembar cek dengan cepat. “Ini adalah cek 10 milyar. Asalkan kamu bersedia membatalkan perjanjian pernikahan denganku, ini adalah milikmu.”“Bagiku uang 10 milyar tidak seberapa. Tapi bagi orang kelas bawah sepertimu, cukup u
Setengah jam kemudian, David menemukan kediaman Keluarga Tanugrah berdasarkan alamat yang diberikan petapa tua. Di ruang tamu, Hasan Tanugrah yang hampir berusia 50 tahun tersenyum setelah membaca surat di tangannya. "Benar, tidak diragukan lagi memang tulisan tangan orang hebat itu.”“Om Hasan, kali ini Anda sudah bisa percaya dengan identitasku, ‘kan?”David bertanya, “Sebelum meninggal, guruku mengatakan bahwa Anda meminta bantuannya dan menyuruhku melindungi kalian sekeluarga. Apakah bisa memberitahuku apa yang terjadi?”Hasan menghela nafas, “David, begini permasalahannya. Seorang rival bisnis mengirimiku email anonim dan mengatakan akan mengutus orang untuk menyandera putriku.”“Aku 5 kali berturut-turut menyewa pengawal untuk putriku, tapi putriku dimanjakan olehku sejak kecil dan kelima orang ini diusir olehnya.”“Jadi, setelah melakukan berbagai pertimbangan, aku baru meminta pertolongan gurumu.”Hasan tersenyum menatap David, “Lagipula gurumu juga sudah menyebutkan solusi da
"Kalau begitu, kamu pergi beli barang sendirian saja." Wulan melemparkan omongan dengan dingin dan langsung beranjak pergi. David mengangkat bahu, berbalik badan dan langssung berjalan ke tepi jalan untuk memanggil taksi. "Pergi ke Emgrand Group, Pak."Wulan masuk ke Starbucks. Setelah duduk, dia semakin marah memikirkannya. Dia mengeluarkan ponsel dan mengirim sepatah kata ke sebuah grup kerja, "Mengesalkan sekali, mengesalkan sekali!"Grup kerja ini hanya ada 5 orang, semuanya merupakan rekan kerja yang lebih akrab dengan Wulan. Dengan cepat, seorang gadis bernama Citra Tansil membalas, "Wulan, kamu kenapa? Siapa yang membuatmu marah lagi?”“Papaku ntah dari mana temuin satu orang udik, dan bersikeras jadiin dia tunanganku.” Wulan seperti menemukan tempat untuk mencurahkan isi hati.“Apa?”“Astaga! Sungguh?”Seluruh grup kerja menjadi riuh seketika. “Untuk apa aku membohongi kalian?”Wulan mengetik dengan kesal, “Yang paling kelewatan, papaku juga menyuruhku merekomendasikan orang