Beranda / Semua / Tujuh Dosa Besar / 87. MEMORI FIRMAN

Share

87. MEMORI FIRMAN

Penulis: mayuunice
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dida dan Reza sampai di rumah bordil. Mereka berdua langsung mencari keberadaan Angel juga Firman dengan berpencar. Tak lama kemudian, Dida mendapati mereka berdua di dalam kamar.

Seketika bulu kuduk Dida berdiri, ketika melihat Firman yang tergeletak di atas kasur dengan penampilan yang sangat menjijikkan. Sedangkan Angel, dia sedang berdiri dengan menutup kedua matanya. Entah apa yang sedang Angel lakukan, Dida tak mengetahuinya.

Namun, Dida segera menghampiri Angel dengan melewati beberapa perempuan yang terkulai di atas lantai.

“Bang Firman, apa yang terjadi?” tanya Dida. Rasanya mual melihat penampilan Firman yang dipenuhi oleh bintik-bintik merah di sekujur tubuhnya. Namun, Dida harus menahannya sebisa mungkin.

“To-tolong sembuhkan aku,” rintih Firman dengan suara yang sangat lemah. Sungguh, lelaki itu sudah tidak memiliki tenaga lagi. Yang bisa dia lakukan hanya berbicara, itu pun dengan susah payah.

“Ta-tapi gimana? Apa yang harus aku lakukan, aku tidak bisa menyembuhkan ini,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tujuh Dosa Besar   88. NYAWA DIBAYAR NYAWA

    Bugh!Arya yang melihat aksi nekad Angel langsung mengambil Tindakan. Dia memukul tengkuk gadis itu sampai pingsan. Dengan cepat, Arya pun langsung menahan Angel agar tak jatuh ke lantai.“Ah, akhirnya kalian dating juga,” ucap Dida bernapas lega. Dia sudah sangat ketakutan, tapi dia juga tak bisa melakukan apa pun.“A-arya, to-tolong gue,” lirih Firman. Tenaganya benar-benar sudah habis. Firman merasakan gatal di sekujur tubuhnya. Ditambah kini dia mulai merasa ada sensasi terbakar.“Kak Dida, bantu dia. Saya tidak memiliki skill penyembuhan,” kata Arya pada Dida.Perempuan itu Nampak gugup, “A-aku tidak bisa,” katanya gagap.“Bisa. Lakukan seperti biasa.” Arya mencoba meyakinkan perempuan itu, “Bang Reza, panggil Idun dan Pak Candra ke sini. Kita tidak boleh terpisah!” perintah Arya pada Reza yang sedari tadi berdiri di belakang Arya. Dia bergeming, hanya bisa mematung melihat kengerian yang ada di hadapannya.“Bang Reza,” panggil Arya sekali lagi.Reza mengerejap dan langsung menga

  • Tujuh Dosa Besar   89. AKU RELA MENJADI SEORANG PEMBUNUH

    ‘Ah, apa ini akhir dari hidupku?’ batin Firman. Rasa terbakar di tubuhnya tak bisa ia tahan lagi. Padahal sedari tadi Dida terus berusaha memulihkannya dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.Andai, andai saja Firman tidak menginjakkan kaki ke tempat ini. Mungkin dia masih bisa bersama dengan timnya. Firman masih ingin hidup, tapi dia sudah tidak tahan menerima penyiksaan yang sedang ia rasakan.Mungkinkah ini adalah hukuman untuknya? Tiba-tiba saja pikiran Firman melayang, memikirkan bagaimana kehidupannya di dunia nyata. Gara-gara Angel tadi menyebut nama seseorang yang pernah ia kenal baik. Firman jadi mengingat deretan daftar dan foto orang-orang yang mengirimnya ke tempat ini.Sebagian besar orang yang mengirim Firman ke sini adalah murid-muridnya yang pernah memiliki hubungan spesial dengannya. Mereka adalah para gadis yang ia rusak masa depannya. Bahkan, salah satu dari mereka harus mengakhiri hidupnya, karena dia harus menanggung malu mengandung anak yang tak memiliki seorang

  • Tujuh Dosa Besar   90. IBLIS KEPALA TIGA

    Seisi kota kini sudah tertutup oleh debu. Bangunan yang tadinya menjulang tinggi dan berdiri dengan kokoh, kini tak ada lagi. Hancur sehancur-hancurnya. Semua orang yang ada di sana berlarian menghindari puing-puing bangunan yang melayang ke sana ke mari.Arya dan timnya tiba di sebuah lapangan besar. Langkahnya terhenti, ketika melihat siluet hitam yang tertutup oleh debu. Kedua bola matanya itu menatap dengan lekat siluet hitam yang nampak besar dan terlihat memiliki kepala tiga.“Sang iblis hawa nafsu,” gumam Arya. Dengan hanya melihat siluet-nya saja, dia yakin bahwa sosok besar yang ada di sana adalah perwujudan dari iblis hawa nafsu.“Roaaaarrr!”Terdengar suara auman yang menggema hampir di seluruh penjuru kota. Bersamaan dengan auman tersebut, angin berembus dengan sangat kencang. Membuat jubah Arya terhempas angin. Tak ingin tubuhnya terbang, dia langsung memasang posisi kuda-kuda, kekuatannya kini ia pusatkan pada kedua kaki.Seketika debu-debu yang tadi menyelimuti dan menu

  • Tujuh Dosa Besar   91. SI KEPALA BANTENG

    “Barrier!”Seorang laki-laki langsung berlari dan berdiri tepat di depan Reza. Tangannya menyilang di depan dada. Sejurus kemudian, setelah dia menyebutkan nama skill-nya, sebuah dinding penghalang muncul dari tanah. Penghalang itu melindungi Reza dari semburan api sang iblis.“Kamu kenapa diam saja, Bang? Move!” Tanpa menoleh ke belakang, Idun berseru meminta Reza untuk meninggalkan tempatnya. Dengan sekuat tenaga dia menahan agar penghalang miliknya tidak hancur oleh semburan api.“Ah, o-oke. Thanks, Dun,” timpal Reza tergagap. Segera laki-laki berkacamata itu langsung berlari menghindar sang iblis.“Wah, ada lalat pengganggu,” desis sang iblis dengan suara yang menggema. “Penghalangmu oke juga. Tapi apakah kau bisa menangkis seranganku yang ini. Hot lava!” seru sang iblis.Sang iblis langsung memuntahkan lahar panas dari mulutnya. Menyembur begitu saja ke arah Idun. Membuat penghalang m

  • Tujuh Dosa Besar   92. ASMODEUS

    “Aaargh!”Sesak. Angel menggeram, meronta, mencoba melepaskan dirinya dari lilitan sang ular. Badannya kini terasa sakit akibat tekanan dari badan ular yang melilitnya.“Lepaskan!” teriak Angel. Ia terus menggerakkan badannya sebisa mungkin.“Jangan lepaskan dia, Tuan!” pinta sang kepala banteng. “Dia gadis yang membunuh mangsa kita yang lezat. Gara-gara perempuan ini level kita tidak mencapai maksimal. Padahal aku sudah susah payah menjebak laki-laki itu. Tapi … dengan seenaknya, jalang ini membunuhnya.”Ular yang melilit tubuh Angel pun bergerak. Dia membawa Angel mendekat pada iblis kepala tiga. Kini Angel pun berhadapan dengan mereka.“Oh, jadi kamu yang ikut campur dengan urusanku?” desis si kepala tengah. Hidungnya mengendus kepala Angel, sampai taring milik sang iblis mengenai rambut gadis itu.Angel gemetar, seberani apa pun dia, tetap saja dia memiliki perasaan takut. Di dekati oleh iblis dengan cara seperti ini, membuat tubuh Angel melemas. Di tambah lilitan sang ular semaki

  • Tujuh Dosa Besar   93. SERANGAN BERTUBI-TUBI

    Bugh!Candra terhempas dengan sangat keras. Dia baru saja terkena serangan dari ekor sang iblis yang baru saja pulih. Saking kerasnya, HP milik Candra pun berkurang drastis.“Mundur, bawa Pak Candra!” perintah Arya.Sial! Arya merasa gugup sekarang. Setiap para pemain melancarkan serangan dan mengenai Asmodeus. Lukanya akan langsung pulih kembali. Namun, bukan itu yang menjadikan Arya nampak gelisah. Perubahan yang terjadi pada Asmodeus membuat anak laki-laki itu merasa harus semakin berhati-hati pada iblis itu.“Kak Dida, sembuhkan dia,” ucap Arya. Dia tidak boleh kehilangan satu anggota timnya.Dida pun mengangguk. “Sanas Aquam!” Dari tongkat milik Dida, kini keluar air yang langsung ia arahkan pada Candra. Seketika HP milik Candra pun terisi penuh.“Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan Arya?” tanya Reza, dia pun sama merasakan kegelisahan itu.Arya hanya diam, tak menjawab pertanyaan Reza. Ayo berpikir Arya, pasti ada jalan untuk mengalahkannya. Minimal dia harus memberikan k

  • Tujuh Dosa Besar   94. THE ULTIMATE

    Duaaarrr!Ledakan yang sangat dahsyat terdengar menggema di seluruh penjuru kota tersebut. Debu menghalangi jarak pandang para pemain, sampai mereka harus menutup wajahnya agar tak terkena serpihan-serpihan debu.Ledakan itu berasal dari skill ultimate milik Reza. Dia meledakkan bagian ekor sang iblis dengan elemen listriknya. Berkat support dari Dida—sang pengguna elemen air—aliran listriknya bisa tersalurkan secara maksimal.“Freezing!” seru Dida dengan lantang.Dari ujung tongkat bunga lili putih, muncul sebuah bola yang berbentuk es. Ia melemparkan bola es tersebut ke pangkal ekor milik Asmodeus.Arya menyeringai, ia menoleh ke arah Dida. Kemudian dia menganggukkan kepala dan dibalas oleh Dida dengan sebuah anggukan kecil.Freezing. Skill yang membuat target objeknya membeku. Lebih bagusnya lagi, efek skill ini menunda proses penyembuhan objek yang dikenai olehnya.Sementara Dida mengulur waktu, Arya harus bisa mengendalikan permainan. Dengan semangat jiwa yang membara, Arya mempe

  • Tujuh Dosa Besar   95. SESUATU YANG SALAH

    “Mundur!” seru Candra sembari menggendong Arya yang nampak sekarat itu.Dengan cepat dia berlari menghampiri Dida yang sedang bersembunyi di balik reruntuhan. Pergerakan Candra pun diikuti oleh Reza, Idun dan juga Angel. Mereka semua mundur ke belakang.“Tolong Arya, Dida,” pinta Candra yang khawatir jika sesuatu terjadi pada Arya.Perlahan poin persentase health point milik anak laki-laki itu berkurang. Untung saja kondisi Dida sudah pulih, berkat memakan mutiara yang diberikan oleh seorang player yang bernama Shali.“Tolong lindungi aku.” Dida meminta padaa teman satu timnya untuk melindungi dirinya. Khawatir ketika Dida memberikan penyembuhan pada Arya, mereka diserang, sehingga men-cancel skill yang sedang Dida gunakan.“Barrier!” ucap Idun yang langsung membuat pelindung dari tanah.Dida pun mencoba untuk berkonsentrasi. Dia harus segera memulihkan kondisi Arya yang sedang kritis. Dengan s

Bab terbaru

  • Tujuh Dosa Besar   112. REALITA

    Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi

  • Tujuh Dosa Besar   111. GEMPA DAHSYAT

    Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa

  • Tujuh Dosa Besar   110. SI TUA GILA HARTA

    “Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de

  • Tujuh Dosa Besar   109. JANGAN BUNUH BISON ITU

    “Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar

  • Tujuh Dosa Besar   108. BERBURU BISON

    “Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan

  • Tujuh Dosa Besar   107. THE FALCON CITY

    Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,

  • Tujuh Dosa Besar   106. PENALTI

    “Angel!” teriak seorang laki-laki dengan suara beratnya.Kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi gadis itu. Saking kerasnya, sampai-sampai Angel harus tersungkur di atas tanah.“Reza!” Dida yang terkejut langsung berteriak dan menghampiri Angel. “Gila, ya? Kamu cowok bukan? Kok berani main tangan sama cewek?” sentaknya yang tak terima.Dida pun menoleh ke arah Angel dengan perasaan yang sangat khawatir. “Angel, kamu nggak papa, kan?”Namun, perhatian dari Dida pun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Angel langsung mendorong Dida dan dia pun berusaha bangkit sendiri.“Kenapa? Kalian mau nyalahin gue? Silakan, salahkan saja!” berang Angel.Gadis itu tahu betul alasan di balik murkanya seorang Reza. Sampai laki-laki itu berani memukulnya. Angel tak akan marah, dia siap jika harus disalahkan. Lagi pula dia juga sudah tidak peduli dengan tim ini.Candra yang sama emosinya, langsung menghampiri Angel. Dia pun mencengkram kerah Angel dengan kuat.“Kamu tidak ada perasaan bersalah sama sek

  • Tujuh Dosa Besar   105. KEKALAHAN ASMODEUS

    Di luar dinding es, terlihat Arya sedang menunggu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Kedua bola matanya itu terus menatap ke arah dinding es yang sangat tebal. Ada perasaan khawatir jika misi ini gagal. Karena jujur, Arya sendiri tidak memiliki rencana lain. Tubuhnya benar-benar sangat lelah, otaknya pun sudah tak bisa digunakan untuk berpikir secara jernih. Arya ingin misi ini segera berakhir. Krak. Prang! Terdengar suara pecahan yang sangat besar. Ternyata suara itu berasal dari dinding es yang sedang Arya lihat. Dinding es yang tadi terlihat sangat kuat dan kokoh itu langsung pecah begitu saja. Mata Arya langsung membulat saat melihat kesepuluh pemain yang sedang berdiri di atas air. Setelah itu, Arya mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk besar. Betapa sangat terkejutnya Arya ketika melihat sebuah pedang es menusuk bagian jantung makhluk besar itu. “Arrrgh! S-sialan, a-aku ka-lah,” ucap makhluk itu dengan terbata-bata. Brugh. Kemudian mahkluk besar, yang tidak lain d

  • Tujuh Dosa Besar   104. ICE QUEEN SWORD

    “Chain of Death!” seru Giovanni. Hatinya merasa panas, karena Asmodeus menganggapnya remeh.Rantai besi yang sangat besar pun muncul dari dasar danau. Kemudian, rantai itu langsung melilit tubuh besar milik Asmodeus. Terlihat detail seperti tengkorang menghiasi rantai itu. Kekuatannya sangatlah besar, sampai-sampai Asmodeus benar-benar tidak bisa berkutik.Selama berada di sini, Giovanni selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tak terkalahkan. Namun, di awal permainan dirinya merasa kalah dari sosok anak laki-laki seumurannya yang mampu mengendalikan dan mengontrol permainan.Melihat kesuksesan anak tersebut, membuat Giovanni merasa termotivasi untuk tidak kalah dari anak tersebut. Selain itu, di satu sisi, memang Giovanni tipikal orang yang tidak ingin terlihat kalah dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat.Sadar akan kekurangannya, Giovanni terus belajar mengendalikan elemennya. Sehingga sekarang, dia bisa menguasai teknik elemen yang dimilikinya. Bahkan sekarang Giovan

DMCA.com Protection Status