Seisi kota kini sudah tertutup oleh debu. Bangunan yang tadinya menjulang tinggi dan berdiri dengan kokoh, kini tak ada lagi. Hancur sehancur-hancurnya. Semua orang yang ada di sana berlarian menghindari puing-puing bangunan yang melayang ke sana ke mari.Arya dan timnya tiba di sebuah lapangan besar. Langkahnya terhenti, ketika melihat siluet hitam yang tertutup oleh debu. Kedua bola matanya itu menatap dengan lekat siluet hitam yang nampak besar dan terlihat memiliki kepala tiga.“Sang iblis hawa nafsu,” gumam Arya. Dengan hanya melihat siluet-nya saja, dia yakin bahwa sosok besar yang ada di sana adalah perwujudan dari iblis hawa nafsu.“Roaaaarrr!”Terdengar suara auman yang menggema hampir di seluruh penjuru kota. Bersamaan dengan auman tersebut, angin berembus dengan sangat kencang. Membuat jubah Arya terhempas angin. Tak ingin tubuhnya terbang, dia langsung memasang posisi kuda-kuda, kekuatannya kini ia pusatkan pada kedua kaki.Seketika debu-debu yang tadi menyelimuti dan menu
“Barrier!”Seorang laki-laki langsung berlari dan berdiri tepat di depan Reza. Tangannya menyilang di depan dada. Sejurus kemudian, setelah dia menyebutkan nama skill-nya, sebuah dinding penghalang muncul dari tanah. Penghalang itu melindungi Reza dari semburan api sang iblis.“Kamu kenapa diam saja, Bang? Move!” Tanpa menoleh ke belakang, Idun berseru meminta Reza untuk meninggalkan tempatnya. Dengan sekuat tenaga dia menahan agar penghalang miliknya tidak hancur oleh semburan api.“Ah, o-oke. Thanks, Dun,” timpal Reza tergagap. Segera laki-laki berkacamata itu langsung berlari menghindar sang iblis.“Wah, ada lalat pengganggu,” desis sang iblis dengan suara yang menggema. “Penghalangmu oke juga. Tapi apakah kau bisa menangkis seranganku yang ini. Hot lava!” seru sang iblis.Sang iblis langsung memuntahkan lahar panas dari mulutnya. Menyembur begitu saja ke arah Idun. Membuat penghalang m
“Aaargh!”Sesak. Angel menggeram, meronta, mencoba melepaskan dirinya dari lilitan sang ular. Badannya kini terasa sakit akibat tekanan dari badan ular yang melilitnya.“Lepaskan!” teriak Angel. Ia terus menggerakkan badannya sebisa mungkin.“Jangan lepaskan dia, Tuan!” pinta sang kepala banteng. “Dia gadis yang membunuh mangsa kita yang lezat. Gara-gara perempuan ini level kita tidak mencapai maksimal. Padahal aku sudah susah payah menjebak laki-laki itu. Tapi … dengan seenaknya, jalang ini membunuhnya.”Ular yang melilit tubuh Angel pun bergerak. Dia membawa Angel mendekat pada iblis kepala tiga. Kini Angel pun berhadapan dengan mereka.“Oh, jadi kamu yang ikut campur dengan urusanku?” desis si kepala tengah. Hidungnya mengendus kepala Angel, sampai taring milik sang iblis mengenai rambut gadis itu.Angel gemetar, seberani apa pun dia, tetap saja dia memiliki perasaan takut. Di dekati oleh iblis dengan cara seperti ini, membuat tubuh Angel melemas. Di tambah lilitan sang ular semaki
Bugh!Candra terhempas dengan sangat keras. Dia baru saja terkena serangan dari ekor sang iblis yang baru saja pulih. Saking kerasnya, HP milik Candra pun berkurang drastis.“Mundur, bawa Pak Candra!” perintah Arya.Sial! Arya merasa gugup sekarang. Setiap para pemain melancarkan serangan dan mengenai Asmodeus. Lukanya akan langsung pulih kembali. Namun, bukan itu yang menjadikan Arya nampak gelisah. Perubahan yang terjadi pada Asmodeus membuat anak laki-laki itu merasa harus semakin berhati-hati pada iblis itu.“Kak Dida, sembuhkan dia,” ucap Arya. Dia tidak boleh kehilangan satu anggota timnya.Dida pun mengangguk. “Sanas Aquam!” Dari tongkat milik Dida, kini keluar air yang langsung ia arahkan pada Candra. Seketika HP milik Candra pun terisi penuh.“Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan Arya?” tanya Reza, dia pun sama merasakan kegelisahan itu.Arya hanya diam, tak menjawab pertanyaan Reza. Ayo berpikir Arya, pasti ada jalan untuk mengalahkannya. Minimal dia harus memberikan k
Duaaarrr!Ledakan yang sangat dahsyat terdengar menggema di seluruh penjuru kota tersebut. Debu menghalangi jarak pandang para pemain, sampai mereka harus menutup wajahnya agar tak terkena serpihan-serpihan debu.Ledakan itu berasal dari skill ultimate milik Reza. Dia meledakkan bagian ekor sang iblis dengan elemen listriknya. Berkat support dari Dida—sang pengguna elemen air—aliran listriknya bisa tersalurkan secara maksimal.“Freezing!” seru Dida dengan lantang.Dari ujung tongkat bunga lili putih, muncul sebuah bola yang berbentuk es. Ia melemparkan bola es tersebut ke pangkal ekor milik Asmodeus.Arya menyeringai, ia menoleh ke arah Dida. Kemudian dia menganggukkan kepala dan dibalas oleh Dida dengan sebuah anggukan kecil.Freezing. Skill yang membuat target objeknya membeku. Lebih bagusnya lagi, efek skill ini menunda proses penyembuhan objek yang dikenai olehnya.Sementara Dida mengulur waktu, Arya harus bisa mengendalikan permainan. Dengan semangat jiwa yang membara, Arya mempe
“Mundur!” seru Candra sembari menggendong Arya yang nampak sekarat itu.Dengan cepat dia berlari menghampiri Dida yang sedang bersembunyi di balik reruntuhan. Pergerakan Candra pun diikuti oleh Reza, Idun dan juga Angel. Mereka semua mundur ke belakang.“Tolong Arya, Dida,” pinta Candra yang khawatir jika sesuatu terjadi pada Arya.Perlahan poin persentase health point milik anak laki-laki itu berkurang. Untung saja kondisi Dida sudah pulih, berkat memakan mutiara yang diberikan oleh seorang player yang bernama Shali.“Tolong lindungi aku.” Dida meminta padaa teman satu timnya untuk melindungi dirinya. Khawatir ketika Dida memberikan penyembuhan pada Arya, mereka diserang, sehingga men-cancel skill yang sedang Dida gunakan.“Barrier!” ucap Idun yang langsung membuat pelindung dari tanah.Dida pun mencoba untuk berkonsentrasi. Dia harus segera memulihkan kondisi Arya yang sedang kritis. Dengan s
“Kita lakukan kombinasi jurus seperti ketika melawan Beelzebub,” ucap Arya pada teman satu timnya.“Aku dan Idun?” tanya Dida dengan mengerutkan keningnya.Arya pun hanya mengangguk sembari mantap serius seluruh anggotanya.“Dan, yang akan memimpin pertandingan kali ini adalah ….” Sebenarnya Arya sedikit ragu dengan kemampuan seseorang yang akan ia tunjuk sebagai ujung tombak timnya kali ini. Namun, bagaimana lagi? Kondisinya memang mengharuskan dia yang menjadi lawan Asmodeus kali ini.Terlihat kelima teman satu timnya menunggu kalimat lanjutan yang hendak diucapkan oleh Arya. Tidak biasanya Arya menyerahkan pertandingan kepada orang lain. Biasanya dia yang selalu memimpin tim. Tapi mengapa sekarang dia akan menyerahkan kepada orang lain?“Kak Dida,” ucap Arya dengan tegas.Ucapan yang baru saja keluar dari mulut Arya itu sontak memubuat kaget semua anggota Ravens Destroyers, tak terkecuali Dida. Terlihat perempuan itu membulatkan kedua bola matanya maksimal. Bahkan, mulutnya pun sed
Tubuh Asmodeus benar-benar terasa berat. Dia tidak bisa bererak sama sekali. Damage yang diberikan oleh tim Ravens Destroyers sangat membuatnya kewalahan. Semua ini karena skill ultimate dari sang pengguna elemen air. Kalau saja tsunami ini tidak ada, Asmodeus masih bisa menangani serangan dari pemain dengan elemen lainnya.“Arrrgh!”Yang bisa dilakukan oleh Asmodeus di sini hanya meraung. Dia merasakan badannya sangat sakit, seperti sedang di remas. Api yang sedari tadi keluar dari mulutnya dan berkobar di badannya padam begitu saja.“T-tuan, maafkan saya,” ucap si kepala banteng.“T-tuan, ce-pat panggil dia,” pinta si kepala kambing.Asmodeus paham dengan permintaan si kelapa kambing. Namun, dia tidak bisa fokus untuk melakukan hal itu.“Seben-tar, ber-tahan seben-tar la-gi,” ucap Asmodeus dengan terbata-bata.“Ti-tidak, T-tuan. K-kita tidak me-memiliki ba-nyak wak-tu.”Terlihat HP bar milik Asmodeus perlahan berkurang dan berubah menjadi warna merah. Tubuh besar iblis itu masih bep