Home / All / Tujuh Dosa Besar / 94. THE ULTIMATE

Share

94. THE ULTIMATE

Author: mayuunice
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Duaaarrr!

Ledakan yang sangat dahsyat terdengar menggema di seluruh penjuru kota tersebut. Debu menghalangi jarak pandang para pemain, sampai mereka harus menutup wajahnya agar tak terkena serpihan-serpihan debu.

Ledakan itu berasal dari skill ultimate milik Reza. Dia meledakkan bagian ekor sang iblis dengan elemen listriknya. Berkat support dari Dida—sang pengguna elemen air—aliran listriknya bisa tersalurkan secara maksimal.

“Freezing!” seru Dida dengan lantang.

Dari ujung tongkat bunga lili putih, muncul sebuah bola yang berbentuk es. Ia melemparkan bola es tersebut ke pangkal ekor milik Asmodeus.

Arya menyeringai, ia menoleh ke arah Dida. Kemudian dia menganggukkan kepala dan dibalas oleh Dida dengan sebuah anggukan kecil.

Freezing. Skill yang membuat target objeknya membeku. Lebih bagusnya lagi, efek skill ini menunda proses penyembuhan objek yang dikenai olehnya.

Sementara Dida mengulur waktu, Arya harus bisa mengendalikan permainan. Dengan semangat jiwa yang membara, Arya mempe
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Tujuh Dosa Besar   95. SESUATU YANG SALAH

    “Mundur!” seru Candra sembari menggendong Arya yang nampak sekarat itu.Dengan cepat dia berlari menghampiri Dida yang sedang bersembunyi di balik reruntuhan. Pergerakan Candra pun diikuti oleh Reza, Idun dan juga Angel. Mereka semua mundur ke belakang.“Tolong Arya, Dida,” pinta Candra yang khawatir jika sesuatu terjadi pada Arya.Perlahan poin persentase health point milik anak laki-laki itu berkurang. Untung saja kondisi Dida sudah pulih, berkat memakan mutiara yang diberikan oleh seorang player yang bernama Shali.“Tolong lindungi aku.” Dida meminta padaa teman satu timnya untuk melindungi dirinya. Khawatir ketika Dida memberikan penyembuhan pada Arya, mereka diserang, sehingga men-cancel skill yang sedang Dida gunakan.“Barrier!” ucap Idun yang langsung membuat pelindung dari tanah.Dida pun mencoba untuk berkonsentrasi. Dia harus segera memulihkan kondisi Arya yang sedang kritis. Dengan s

  • Tujuh Dosa Besar   96. GEMPA, TSUNAMI, TORNADO DAN LEDAKAN DAHSYAT

    “Kita lakukan kombinasi jurus seperti ketika melawan Beelzebub,” ucap Arya pada teman satu timnya.“Aku dan Idun?” tanya Dida dengan mengerutkan keningnya.Arya pun hanya mengangguk sembari mantap serius seluruh anggotanya.“Dan, yang akan memimpin pertandingan kali ini adalah ….” Sebenarnya Arya sedikit ragu dengan kemampuan seseorang yang akan ia tunjuk sebagai ujung tombak timnya kali ini. Namun, bagaimana lagi? Kondisinya memang mengharuskan dia yang menjadi lawan Asmodeus kali ini.Terlihat kelima teman satu timnya menunggu kalimat lanjutan yang hendak diucapkan oleh Arya. Tidak biasanya Arya menyerahkan pertandingan kepada orang lain. Biasanya dia yang selalu memimpin tim. Tapi mengapa sekarang dia akan menyerahkan kepada orang lain?“Kak Dida,” ucap Arya dengan tegas.Ucapan yang baru saja keluar dari mulut Arya itu sontak memubuat kaget semua anggota Ravens Destroyers, tak terkecuali Dida. Terlihat perempuan itu membulatkan kedua bola matanya maksimal. Bahkan, mulutnya pun sed

  • Tujuh Dosa Besar   97. DRAGON HELL

    Tubuh Asmodeus benar-benar terasa berat. Dia tidak bisa bererak sama sekali. Damage yang diberikan oleh tim Ravens Destroyers sangat membuatnya kewalahan. Semua ini karena skill ultimate dari sang pengguna elemen air. Kalau saja tsunami ini tidak ada, Asmodeus masih bisa menangani serangan dari pemain dengan elemen lainnya.“Arrrgh!”Yang bisa dilakukan oleh Asmodeus di sini hanya meraung. Dia merasakan badannya sangat sakit, seperti sedang di remas. Api yang sedari tadi keluar dari mulutnya dan berkobar di badannya padam begitu saja.“T-tuan, maafkan saya,” ucap si kepala banteng.“T-tuan, ce-pat panggil dia,” pinta si kepala kambing.Asmodeus paham dengan permintaan si kelapa kambing. Namun, dia tidak bisa fokus untuk melakukan hal itu.“Seben-tar, ber-tahan seben-tar la-gi,” ucap Asmodeus dengan terbata-bata.“Ti-tidak, T-tuan. K-kita tidak me-memiliki ba-nyak wak-tu.”Terlihat HP bar milik Asmodeus perlahan berkurang dan berubah menjadi warna merah. Tubuh besar iblis itu masih bep

  • Tujuh Dosa Besar   98. HATI TIDAK BISA BERBOHONG

    “Dragon Hell!” seru Asmodeus dengan kekuatannya yang baru saja bertambah walau hanya sedikit.Arya hanya terperangah melihat apa yang ada di hadapannya. Sial! Iblis itu mengeluarkan jurusnya, yang tak bisa ditebak oleh Arya. Dan … semua usaha rekan satu timnya sia-sia, karena ulah pemain yang berlagak seperti pahlawan kesiangan.Terdengar gemuruh dari atas langit, yang kemudian disambung dengan suara petir yang menyambar kota itu. Dan, tak lama kemudian, seekor naga muncul dari atas langit.Wosssh!Naga tersebut terbang mengelilingi langit, lalu dia pun turun ke bawah mendekat ke arah Asmodeus. Dari mulut sang naga, ia menyemburkan api yang seketika kembali membakar seisi kota.“Bangsat!” ucap Reza sambil mengatur napasnya. Kekuatannya kini sudah tak banyak lagi. Dua kali dia mengeluarkan skill ultimate-nya dan itu benar-benar membuat energinya hampir habis.“Tenang, kita mundur!” seru Arya memerintah pada teman satu timnya.“Suck lust!”Deg.Tiba-tiba kaki Arya merasa sangat berat un

  • Tujuh Dosa Besar   99. PLAN B

    Kota Elfi kini seperti neraka. Si jago merah melahap setiap sudut tempat di kota tersebut. Teriakan histeris dari para pemain pun menggema. Tak sedikit dari mereka akhirnya meregang nyawa, terbakar oleh api sang hawa nafsu.Memang benar, dosa yang paling sulit dihindari oleh semua orang adalah hawa nafsu. Seperti kita ketahui, bahwa setiap manusia di dunia ini pasti memiliki nafsu. Namun, semua itu dikembalikan lagi pada diri kita masing-masing. Apakah bisa menahannya, atau malah melakukan hal yang sebaliknya?Di zaman sekarang ini banyak hal-hal gila yang dilakukan oleh manusia,. Perselingkuhan, perzinahan, penyimpangan seksual dan masih banyak lagi. Semua itu terjadi, karena manusia tidak bisa menahan gejolak nafsu dan birahinya. Mirisnya, sebagian besar manusia dengan terang-terangan mengumbar aib mereka sendiri. Seolah menyepelekan dan menormalkan hal-hal seperti itu. Padahal nafsu dan birahi yang tidak bisa dikontrol, dapat berakibat fatal. Karena hawa nafsu termasuk ke dalam sal

  • Tujuh Dosa Besar   100. BOCAH GENIUS

    “Siapa kau? Diam di tempat!”Arya langsung tersentak dan diam mematung, tatkala mendengar seseorang menegurnya dengan tegas. Ia menelan ludah juga menjilat bibirnya yang terasa kering.“Angkat tanganmu!” tegas laki-laki itu lagi.Tanpa melawan, Arya pun langsung mengangkat kedua tangannya. Terdengar suara langkah kaki mendekat ke arah Arya. Bahunya naik turun, jantungnya pun berdetak cepat. Di saat seperti ini, pasti semua orang merasa khawatir dan terancam.Laki-laki yang tadi meminta Arya untuk diam membawa sebuah senjata api. Perlahan dia berdiri tepat di hadapan Arya.“A-arya?” Laki-laki itu memanggil nama Arya. “Kamu Arya, kan? Leader dari tim Ravens Destroyers?” tanyanya lagi.Mata Arya membulat sembari memandang ke arah lawan bicara yang ada di hadapannya. Siapa laki-laki ini? Kenapa dia mengenal Arya?“Benar, kamu Arya si bocah genius,” ucap laki-laki itu lagi.Mendengar dirinya dipuji, hidung Arya sedikit mengembang. Apa itu julukan Arya di game ini? Bocah Genius? Ah, tidak b

  • Tujuh Dosa Besar   101. RENCANA TAMBAHAN CANDRA

    Dengan semangat dan harapan yang tersisa, para pemain yang ada dalam game tersebut berlari mengikuti para anggota Ravens Destroyers. Mereka yang memiliki jobclass selain penyembuh, langsung menghampiri Asmodeus. Satu persatu, para pemain yang masih memiliki kekuatan keluar dari tempat persembunyiannya.Sebelumnya Arya sempat berteriak dan didengar oleh pemain yang ada di sekitarnya. Untuk ikut bersamanya menyerang Asmodeus bersama-sama. Namun, dia pun membuat penekanan bagi para pemian dengan elemen api, untuk tidak menyerang Asmodeus menggunakan jurus mereka.Seruan Arya tersebut menyebar dari mulut ke mulut. Para pemain yang mengenal dan mempercayai Arya pun langsung ikut ke dalam pertempuran. Sedangkan untuk pemain yang memiliki kemampuan penyembuh, berdiri di barisan belakang. Sebisa mungkin stamina yang mereka miliki digunakan untuk memberikan penyembuhan bagi para pemain yang kritis. “Hahaha! Kalian masih memiliki keberanian untuk melawanku?” ucapan Asmodeus itu menggema. Tak a

  • Tujuh Dosa Besar   102. DRAIN SOUL

    “Lakukan setelah ada aba-aba dari saya. Sementara itu saya akan memberi tahu Idun dan Angel terlebih dahulu.”Dengan hati yang mantap, Arya menyetujui rencana tambahan dari Candra. Jika dipikir ulang, memang rencana Candra ini bisa sedikit menguntungkannya. Kalau berhasil dan presentase health point milik Asmodeus berkurang. Maka itu akan menjadi keuntungan untuk mereka. Di mana ke sepuluh pemain dengan elemen air hanya tinggal memberikan eksekusi terakhir.“Roger!” Candra pun menarik kedua sudut bibirnya. Senyuman kecil terlihat mengembang di wajahnya.Pria itu pun terus berlari lebih cepat menuju danau. Di belakangnya masih terlihat Asmodeus mengamuk dengan membabi buta. Pasti iblis itu juga sudah ingin mengakhiri permainan ini. Namun, Candra akan memastikan permainan ini berakhir tidak sesuai dengan ekspektasi dan keinginan sang iblis.“Aaakk!”Terdengar teriakan dari beberapa pemain yang sudah tak sanggup unt

Latest chapter

  • Tujuh Dosa Besar   112. REALITA

    Tut. Tut. Tut. Bunyi yang terdengar menggema di sebuah ruangan, bersumber dari mesin elektrokardiogram. Mesin untuk mendeteksi detak jantung itu, sedang bekerja memantau seorang pasien remaja laki-laki yang sedang terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang pasien. Saat ini, di ruang pasien tidak ada siapa-siapa. Hanya dia seorang yang sedang tidak sadarkan diri. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya memasuki ruang pasien tersebut. Dia datang dengan membawa bunga lily putih yang terlihat sangat segar. Sembari meletakkan bunga tersebut di nakas pinggir pasien, wanita itu memandang wajah pemuda tersebut. “Huhh….” Wanita itu menghela napas kencang. Wajahnya terlihat sangat putus asa. Kemudian dia pun duduk di samping ranjang pemuda tersebut. “Sudah tiga bulan, Ya. Dan kamu masih belum sadar juga, Nak,” ucapnya lirih. Dengan sangat hati-hati wanita itu meraih tangan anaknya yang masih belum sadarkan diri di atas ranjang. Selama tiga bulan, hidup anaknya ini bergantung pada oksi

  • Tujuh Dosa Besar   111. GEMPA DAHSYAT

    Seratus persen. Ya, Arya berani bertaruh kalau target dalam misi ini adalah Candra. Jelas saja, sekarang jika dilihat dari leaderboard, si tua itu sudah memimpin permainan. Selain itu, selama game ini berlangsung hanya ada satu orang di tim Arya yang selalu protes masalah uang.Arya yakin dikehidupan nyata Candra adalah sosok orang yang money oriented. Atau lebih parahnya dia bisa melakukan berbagai macam cara dan menghalalkannya untuk bisa mendapatkan uang. Seperti ngepet misalnya. Ah, tapi rasanya tidak seperti itu. Terlihat dari gaya Candra yang sedikit high class. Apakah mungkin dia seorang … ah, sudahlah Arya tak ingin terlalu memikirkan bagaimana kehidupan si tua itu.“Kamu yakin kalau Candra targetnya, Ya?” tanya Dida, yang tadi tidak sengaja bertemu di persimpangan jalan.Arya memang menugaskan semua anggota timnya untuk mencari keberadaan lelaki tua itu.“Yakin. Memangnya Kakak tidak sadar dengan sikap dan kepribadian dia yang gila uang?” tanya Arya sambil berlari.Dida di sa

  • Tujuh Dosa Besar   110. SI TUA GILA HARTA

    “Sudah tiga hari ini kami tidak mendapatkan makanan. Warga desa ini, dan desa lainnya pun hidup bergantung dari pada bison-bison ini,” ucap Arsen pada Arya dan Angel yang saat itu ikut bersamanya.Laki-laki itu sedang memotong daging bison yang tadi ia dapatkan. Kemudian dia bagikan kesetiap orang yang mengantre untuk mendapatkan bagiannya.“Bison-bison ini diburu oleh kalian. Entah apa tujuannya, tapi kami juga mmebutuhkan bison ini untuk keberlangsungan hidup.” Ada nada sedih dari kalimat yang baru saja Arsen katakan. Dan itu, terdengar jelas di telinga Arya.Selama hampir dua jam Arya berada di perkampungan ini. Dia mendapatkan sebuah informasi penting. Yaitu status Arsen dan para penduduk di sini adalah NPC. Mereka bukan pemain seperti Arya maupun Angel. Dan, pasti inilah misi yang sesungguhnya.“Tapi … bukannya bison-bison itu banyak. Bahkan aku saja sampai kewalahan,” timpal Arya.“Memang, tapi tetap saja. Jika bison itu diburu secara liar seperti ini, bagaimana nasib kami ke de

  • Tujuh Dosa Besar   109. JANGAN BUNUH BISON ITU

    “Falcon Arventus!” seru Angel, yang kemudian melepaskan anak panahnya. Seketika anak panah itu melesat dengan cepat, lalu berubah menjadi seekor elang. Tak ingin kalah, dari sisi lain terlihat percikan api. “Fire Hawk!” seru Arya yang langsung dari ujung pedangnya keluar tiga ekor burung dan segera menuju ke arah Bison. Prang! Kemudian bison yang ukurannya sangat besar itu pun seketika terkalahkan. Berubah menjadi kepingan kaca, dan langsung menghilang. Ting. Terdengar suara notifikasi. Baik Angel maupun Arya sama-sama melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri mereka. “Cih!” Arya berdecih kesal. Ternyata suara notifikasi itu bukan dari jam miliknya. “Gue yang dapat,” kata Angel sembari menyeringai. Rasa bangga kini sedang ia rasakan. Akhirnya dia bisa mengalahkan Arya, walaupun hanya dengan kontes kecil-kecilan seperti ini. “Harusnya itu jadi bagian gue!” protes Arya tak terima, dia langsung menghampiri Angel. Gadis itu hanya mendengus dan menatap Ar

  • Tujuh Dosa Besar   108. BERBURU BISON

    “Slash fire!”Sebuah tebasan api berhasil membelah monster laba-laba yang memiliki ukuran lumayan besar. Kemudian tubuh monster laba-laba yang sudah terbelah itu langsung berubah menjadi pecahan kaca. Seketika menghilang tepat di hadapan Arya.Ting.Sebuah notifikasi muncul pada jam digital yang melingkar di pergelangan tangan kiri Arya. Kemudian dia bisa melihat bahwa gold miliknya bertambah.Saat ini Arya bersama teman satu tim—dan lebih tepatnya bersama pemain lain—sedang melewati hutan belantara. Sesuai dengan apa yang diucapkan Poppy beberapa jam yang lalu. Misi yang akan mereka hadapi kali ini ada di balik hutan ini.Selain itu misi kali ini adalah sebuah misi individu. Di mana, keterlilbatan tim tidak terlalu berpengaruh penting. Akan tetapi, Arya masih mendapatkan tanggung jawab untuk mengontrol semua anggota timnya.Arya melihat ke sekelilingnya, dia masih bisa melihat kelima anggota timnya yang baru saja mengalahkan monster-monster level rendah di hutan ini. Dan perlahan uan

  • Tujuh Dosa Besar   107. THE FALCON CITY

    Dengan atmosfer yang masih terasa panas, keenam anggota Ravens Destroyers mendarat di sebuah tempat yang sangat berbeda dari sebelumnya. Terlihat para pemain lain pun sudah mulai tiba dan memadati tempat tersebut.“Di mana ini?” Idun adalah orang pertama yang bertanya demikian. Sembari memandang ke sekelilingnya, laki-laki berrambut cepak itu hanya melihat padang rumput yang luas.“Entahlah,” timpal Arya, dia pun masih mengamati sekelilingnya. Sejauh mata memandang, nampak hutan ada di ujung tempat itu. Namun, Arya ragu kalau mereka bisa memasuki tempat itu.Di dalam otaknya Arya mencoba untuk memikirkan kemungkinan misi selanjutnya. Iya, benar, saat ini yang harus dia pikirkan adalah tantangan yang akan mereka hadapi ke depannya. Walau beberapa saat lalu dia masih memikirkan perasaan kesal dan amarahnya kepada Angel. Akan tetapi, jika dipikir ulang, itu akan membuang-biang waktu.Benar kata Dida, kalau Arya dan timnya harus me-reset semua yang sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur,

  • Tujuh Dosa Besar   106. PENALTI

    “Angel!” teriak seorang laki-laki dengan suara beratnya.Kemudian sebuah pukulan mendarat di pipi gadis itu. Saking kerasnya, sampai-sampai Angel harus tersungkur di atas tanah.“Reza!” Dida yang terkejut langsung berteriak dan menghampiri Angel. “Gila, ya? Kamu cowok bukan? Kok berani main tangan sama cewek?” sentaknya yang tak terima.Dida pun menoleh ke arah Angel dengan perasaan yang sangat khawatir. “Angel, kamu nggak papa, kan?”Namun, perhatian dari Dida pun ditolak mentah-mentah oleh gadis itu. Angel langsung mendorong Dida dan dia pun berusaha bangkit sendiri.“Kenapa? Kalian mau nyalahin gue? Silakan, salahkan saja!” berang Angel.Gadis itu tahu betul alasan di balik murkanya seorang Reza. Sampai laki-laki itu berani memukulnya. Angel tak akan marah, dia siap jika harus disalahkan. Lagi pula dia juga sudah tidak peduli dengan tim ini.Candra yang sama emosinya, langsung menghampiri Angel. Dia pun mencengkram kerah Angel dengan kuat.“Kamu tidak ada perasaan bersalah sama sek

  • Tujuh Dosa Besar   105. KEKALAHAN ASMODEUS

    Di luar dinding es, terlihat Arya sedang menunggu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Kedua bola matanya itu terus menatap ke arah dinding es yang sangat tebal. Ada perasaan khawatir jika misi ini gagal. Karena jujur, Arya sendiri tidak memiliki rencana lain. Tubuhnya benar-benar sangat lelah, otaknya pun sudah tak bisa digunakan untuk berpikir secara jernih. Arya ingin misi ini segera berakhir. Krak. Prang! Terdengar suara pecahan yang sangat besar. Ternyata suara itu berasal dari dinding es yang sedang Arya lihat. Dinding es yang tadi terlihat sangat kuat dan kokoh itu langsung pecah begitu saja. Mata Arya langsung membulat saat melihat kesepuluh pemain yang sedang berdiri di atas air. Setelah itu, Arya mengalihkan pandangannya pada sosok makhluk besar. Betapa sangat terkejutnya Arya ketika melihat sebuah pedang es menusuk bagian jantung makhluk besar itu. “Arrrgh! S-sialan, a-aku ka-lah,” ucap makhluk itu dengan terbata-bata. Brugh. Kemudian mahkluk besar, yang tidak lain d

  • Tujuh Dosa Besar   104. ICE QUEEN SWORD

    “Chain of Death!” seru Giovanni. Hatinya merasa panas, karena Asmodeus menganggapnya remeh.Rantai besi yang sangat besar pun muncul dari dasar danau. Kemudian, rantai itu langsung melilit tubuh besar milik Asmodeus. Terlihat detail seperti tengkorang menghiasi rantai itu. Kekuatannya sangatlah besar, sampai-sampai Asmodeus benar-benar tidak bisa berkutik.Selama berada di sini, Giovanni selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik dan tak terkalahkan. Namun, di awal permainan dirinya merasa kalah dari sosok anak laki-laki seumurannya yang mampu mengendalikan dan mengontrol permainan.Melihat kesuksesan anak tersebut, membuat Giovanni merasa termotivasi untuk tidak kalah dari anak tersebut. Selain itu, di satu sisi, memang Giovanni tipikal orang yang tidak ingin terlihat kalah dan merasa bahwa dirinyalah yang paling hebat.Sadar akan kekurangannya, Giovanni terus belajar mengendalikan elemennya. Sehingga sekarang, dia bisa menguasai teknik elemen yang dimilikinya. Bahkan sekarang Giovan

DMCA.com Protection Status