"Mas," sapa Amanda dan tubuhnya langsung ditarik hingga masuk ke dalam pelukan Evan.Luna yang ada di sana segera menyingkir secara perlahan, keluar lebih dulu dan menunggu di tempat lain. Sungguh, dia tidak merasa terharu sedikitpun dengan pertemuan tersebut, justru merasa muak juga.Sekitar 3 bulan meninggalkan kota Servo, tidak membuatnya benar-benar kehilangan kabar tentang kota ini. Luna juga tahu jika selama itu pula tetap saja ada pertemuan diantara Evan dan Seria."Aku sangat merindukan mu, Sayang," ucap Evan, tak mampu dia tahan lagi segala perasaan yang menggebu. Dia memeluk Amanda erat sekali, juga berulang kali menciumi puncak kepala sang istri.Sementara Amanda tak bisa mundur, tubuhnya benar-benar terkunci."Mas, aku tidak bisa bernafas," ucap Amanda lirih, barulah Evan bisa melepaskan pelukannya tersebut. Tersenyum lebar saat melihat sang istri kini telah berdiri di hadapannya, Amanda telah pulang dan ini semua bukan mimpi."Ayo kita pulang sekarang," ajak Evan dengan b
Kabar kepulangan Amanda sampai pula di telinga Seria. 3 bulan selama Amanda pergi dia tak berhasil mendapatkan Evan kembali dan sekarang wanita itu telah muncul membuat perasaannya makin tak tenang.Ditatapnya Aska yang sedang asik bermain sendiri. "Aska, apa kamu tidak ingin menginap di rumah papa?" tanya Seria."Tentu saja mau, Mama ingin mengajakku ke sana?" balas Aska dengan antusias, dia bahkan langsung meninggalkan semua mainannya dan mendekati sang ibu.jika menyangkut tentang sang ayah, Aska selalu merasa begitu antusias. Sebab mereka tak memiliki banyak waktu bersama, jadi jika ada kesempatan untuk bersama maka tak akan pernah Aska sia-siakan."Tidak, mintalah papa datang untuk menjemput mu. Katakan kamu sangat ingin tidur bersamanya malam ini," jelas Seria.Dia harus melakukan segala cara untuk membuat Evan dan Amanda tidak tidur bersama, hanya Aska satu-satunya senjata yang dia punya. "Ambil ponsel mu di kamar, kita hubungi papa sekarang," titah Seria kemudian.Seria tidak
Mobil milik Evan mulai keluar dari area rumah Seria, Amanda melihat sekilas ke arah wanita di luar sana, melihat Seria yang membatu. Memang benar, dalam perselingkuhan itu bukan hanya Seria yang salah, tapi Evan juga. Namun kini Seria pun telah menyiapkan pembalasannya tersendiri untuk sang suami. "Aska, apa tante Amanda membuatmu takut?" tanya Amanda, nada bicaranya lembut sekali. Sebab dia memang sedikit pun tidak menaruh benci pada anak ini. "Tidak, Tante," balas Aska dengan kepala yang menunduk. Duduknya pun lebih menempel pada sang ayah, padahal mereka bertiga sama-sama duduk di tengah. Aska sebenarnya memang tidak begitu takut, namun dia hanya merasa sungkan. Apalagi selama ini mama Seria selalu mengatakan padanya bahwa Tante Amanda adalah wanita yang jahat dan suka memukul anak kecil. Jadi Aska harus menjaga jarak. "Aska, Tante Amanda juga adalah ibu mu. Jadi kamu tidak perlu takut seperti ini," jawab Evan, dia juga menyadari bahwa sang anak merasa takut dengan istrinya te
Bagi Evan ciuman singkat ini sangat mendebarkan, seperti titik balik dari semua permasalahan rumah tangganya. Sehancur apapun itu pada akhirnya mereka akan tetap bersama. Ciuman singkat namun memiliki banyak arti, tapi tidak bagi Amanda. Ciuman tersebut tidak memiliki arti apapun baginya, semuanya terasa hambar, sebab hatinya telah mati rasa.Setelah mencium bibir sang istri, Evan pun mengelus lembut kepala Amanda. Malam ini sangat membahagiakan untuknya."Tidurlah," titah Evan dan Amanda langsung memejamkan kedua matanya. Berharap malam segera berlalu.Saat pagi menyapa, Aska merasa enggan untuk dimandikan oleh Amanda. Bukan takut atau apapun, tapi dia merasa begitu malu. Jadi segala urusan Aska diserahkan oleh pengasuh Aska yang memang telah disiapkan oleh mama Geni.Disaat Aska tengah memakai baju, mama Geni menghampiri dengan perasaan yang begitu penasaran. "Aska, apa semalam Tante Amanda memperlakukan mu dengan baik?" tanya mama Geni."Iya Oma, Tante Amanda sangat baik. Kami ber
Rumah jadi semakin gaduh setelah Evan mengambil keputusan, mama Geni mengamuk dan berteriak menyuarakan ketidaksukaannya. Namun melihat sang mama yang berontak seperti kesetanan justru membuat Evan semakin mantap dengan keputusannya tersebut.Kali ini Evan tak ingin berpikir dua kali untuk menyelamatkan keluarganya sendiri. Aska akhirnya ikut Amanda pergi ke yayasan, Evan dan Evelyn pergi ke perusahaan. Sementara mama Geni meronta sendirian di rumah. "Tidak!! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah meninggalkan rumah ini. TIDAK!!" pekiknya meraung-raung. "Jangan sentuh barang-barangku! atau ku bunuh kalian!" ancamnya pula, namun kini semua kata-katanya tak memiliki kekuatan lagi. Tubuh mama Geni yang berontak justru di tahan oleh pihak keamanan agar tenang, sementara para pelayan mulai mengemas semua barang-barang milik Sang nyonya.Juan yang telah tiba pun siap mengantar sang nyonya menuju rumah barunya. Rumah lain milik keluarga Sanjaya.Mama Geni makin menangis saat waktu terus
"Tega sekali kamu pada mama Evelyn, sedikit pun kamu tidak mencemaskan Mama?" tanya mama Geni, akhirnya dia mempertanyakan tentang hal ini. Baru saja dia seolah dibuang oleh anak pertamanya dan kini tiba-tiba mama Geni mendapatkan sikap acuh dari sang anak kedua. "Ma, mas Evan bukan meminta mama tinggal di rumah kontrakan apalagi rumah kumuh. Rumah yang mama tepati sekarang juga rumah mewah yang dibeli oleh almarhum Papa. Jadi jangan terlalu berlebihan," balas Evelyn."Bisa-bisanya kamu bicara seperti itu, jika rumah ini bagimu tetap bagus maka tinggallah bersama dengan Mama.""Tidak Ma, aku susah tidur di tempat baru. Aku tidak akan pergi meninggalkan rumah utama.""Lalu bagimu mama mudah tidur di tempat baru seperti ini? Tidak Evelyn, mama juga tidak bisa!""Ma, semuanya sudah terlambat. Mama yang selalu bilang mulai sekarang kita harus memperlakukan mbak Amanda dengan baik, lalu kenapa tiba-tiba Mama membuat rencana seperti itu? Menggunakan Aska sebagai alat," balas Evelyn, "Suda
Sepersekian detik Amanda mematung dalam pelukan tersebut. Berada di dalam pelukan pria lain membuat jantungnya berdetak tak biasa. Dan ketika mulai menyadari debar tersebut, Amanda dengan cepat mendorong dada tuan Austin sampai pelukan mereka terlepas. Amanda buru-buru melihat ke arah Aska, ingin tahu apakah Aska melihat sentuhan yang tak seharusnya ini, namun Amanda langsung bernafas lega saat melihat Aska masih asik sendiri dengan semua mainannya. Sedikitpun bocah itu tidak menoleh ke belakang, ke arah dia dan tuan Austin. "Tuan, aku mohon hal seperti ini tidak terulang lagi," ucap Amanda lirih. Bicara pun pelan-pelan agar Aska tak tertarik dengan pembicaraan mereka. "Permohonan yang sia-sia, Amanda. Kamu tahu tentang perasaanku dan aku tak ingin membohongi diri," balas Austin dengan sorot mata yang tiba-tiba nampak berubah, beberapa saat lalu pria ini terus tersenyum, tapi mendadak raut wajahnya berubah jadi serius. Seolah sedang meyakinkan Amanda bahwa ucapannya tak main-main
"Nyonya, Nona Kaginda sudah membuat pesta penyambutan untuk Anda. Acara makan malam di restoran Four Season Hotel," lapor Luna.Kabar kepulangan Amanda tak hanya di dengar oleh Austin dan seluruh karyawan yayasan. Tapi juga teman-teman sosialita Amanda, teman-teman yang terhubung dengan perkerjaannya dan juga rekan-rekan yang selama ini menjalin hubungan baik.Kaginda adalah salah satu teman yang cukup dekat dengan Amanda, mengetahui kesibukan Amanda karena itulah dia menyiapkan acara penyambutan ini diam-diam, lalu setelah semuanya selesai dia hanya tinggal memberi kabar pada asisten pribadi Amanda.Saat ini waktu sudah menunjukkan jam 4 sore, Aska masih tertidur di kamar Amanda."Siapa saja yang hadir dalam acara itu?" tanya Amanda kemudian."Sekitar 30 orang Nyonya," jelas Luna, dia juga menyebut daftar tamu yang telah Nona Kaginda kirimkan padanya. "Acaranya dimulai jam 7 malam," timpal Luna, mengakhiri penjelasannya.Amanda mengangguk kecil dan mulai menutup dokumen yang tadi dia
"Kamu serius akan datang?" tanya Kaginda setelah Amanda mengakhiri panggilan teleponnya dengan sang mertua."Hem, konferensi pers akan diadakan malam nanti. Sekarang aku masih bisa bekerja, jadi tidak menganggu waktuku," balas Amanda, lalu tersenyum seperti biasa.Kaginda seperti melihat jika sekarang Amanda memiliki dua kepribadian, satu Amanda yang dia kenal selama ini sementara satu sisi Amanda yang penuh dengan dendam."Aku akan mendampingi mu," ucap Kaginda lalu menghela nafasnya dengan kasar."Tidak apa-apa, datanglah saat pukul 7 malam di Sanjaya Group. Kita bertemu di sana," jawab Amanda dan Kaginda menganggukkan kepalanya setuju.Kaginda juga bangkit berdiri siap pergi dari sana, namun sebelum benar-benar pergi dia kembali menatap Amanda dengan intens. Memastikan sekali lagi benarkah Amanda baik-baik saja. Benarkah semua luka itu telah sembuh, karena pengkhianatan keluarganya tak main-main."Aku baik-baik saja, berhenti menatapku dengan tatapan mengasihani seperti itu," ucap
"Amanda," panggil Kaginda yang tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja.Luna yang awalnya tengah berbincang dengan atasannya itu pun sontak mundur, berniat keluar dan meninggalkan dua wanita ini."Ada apa? kenapa mendadak datang ke sini?" tanya Amanda pula, menatap bingung atas kedatangan sahabatnya tersebut. Biasanya mereka selalu membuat janji temu lebih dulu sebelum ada pertemuan. Tapi kini secara mendadak Kaginda muncul di hadapannya."Ada apa? katamu ada apa? Astaga," Kaginda sampai kehabisan kata-kata. "Aku bahkan sangat sulit untuk masuk ke sini tadi, di depan sana banyak wartawan yang mengerubungi Yayasan," jelas Kaginda kemudian, raut wajahnya nampak cemas.Menatap Amanda dengan begitu intens, menelisik kesedihan macam apa yang dirasakan oleh sang sahabat. Hancur yang mungkin sampai membuatnya sesak untuk bernafas.Sementara Luna telah benar-benar keluar dari ruangan ini, Kaginda berdiri di depan meja kerja Amanda. Dan malah melihat Amanda yang masih sibuk dengan semua pekerjaan
"Seria! Keluar kamu!" pekik mama Geni, dia juga langsung masuk semakin dalam ke rumah tersebut tanpa memerlukan izin. Sampai akhirnya mama Geni melihat Seria yang berdiri di ruang tengah rumah ini.Tatapan mereka saling terkunci, seperti tak ada yang ingin mengalah dalam perselisihan ini. Meski semuanya nampak kacau bagi Seria, namun dia tak ingin mengaku salah. Apalagi sampai menundukkan kepalanya untuk meminta maaf.Tidak, Seria tidak akan pernah melakukan itu. Sebab baginya ini semua sudah benar.Saat itu bertepatan dengan mama Seria yang juga mendatangi ruang tengah kerena mendengar keributan."Dasar wanita tidak tahu diri! Berani-beraninya kamu mempermalukan Evan!" bentak mama Geni, suaranya yang menggelegar bergema di dalam rumah tersebut. Mama Geni maju dengan cepat dan menjambak rambut Seria."Hentikan Geni! jangan sakiti anakku!" ucap mama Seria, dia juga berusaha keras melepaskan perkelahian, menarik Geni agar melepaskan jambakannya sampai akhirnya Seria yang terlempar ke s
Evan sudah lebih dulu memutus sambungan telepon tersebut karena dia tak ingin kembali mendengar bantahan dari sang mama. Sejak beberapa waktu lalu dia memang sudah memutuskan untuk tidak mengikutsertakan sang mama dalam tiap keputusan yang akan dia ambil.Di masa lalu, Evan telah begitu patuh pada mama Geni. Semua hal yang diperintahkan oleh mamanya pasti dia teruti. Evan tak pernah berpikir panjang, asal sang mama yang memberinya perintah pasti akan dia lakukan.Tapi sekarang dia tidak ingin hidup seperti itu lagi, terlebih setelah menyadari bahwa semua hal yang dilakukan oleh Mama Geni selama ini adalah salah.Demi memperbaiki hidupnya yang sudah hancur, Evan akan memilih jalan yang baginya sendiri adalah yang terbaik.Hari ini Evan memutuskan untuk tetap datang ke perusahaan di tengah-tengah kondisi yang semakin memanas. Namun dia masih memilih untuk diam, tidak mengeluarkan satu katapun sebagai pembelaan."Tuan, beberapa klien membatalkan kerjasama karena skandal ini. Apa yang har
Saat pagi menjelang Evan masih juga belum mampu terpejam. Dia tetap duduk di sofa kamarnya dan melihat sang istri mulai bersiap untuk pergi bekerja.Evan sampai melupakan tentang keberadaan Aska di rumah ini, pikirannya benar-benar buntu. Dia sampai tak berani membuka ponselnya sendiri."Sayang," panggil Evan lirih saat Amanda mulai duduk di meja riasnya."Semalaman Mas tidak tidur?" tanya Amanda pula, berlagak seolah tidak tahu apapun. Tapi siapa yang peduli, dulu pun Amanda berusaha sembuh sendiri dari semua trauma."Bagaimana bisa aku tidur, pagi ini pemberitaan pasti semakin menjadi-jadi. Bisakah kamu membantah berita itu lagi?" tanya Evan, berpikir bahwa ini adalah satu-satunya cara agar dia bisa terbebas dari jeratan Seria."Mas, sekarang aku tidak mau ikut campur lagi. Kamu yang memulai untuk memiliki hubungan dengan Seria, jadi sekarang selesaikanlah semaunya sendiri," balas Amanda dengan kalimat yang terdengar begitu tegas.Sorot matanya tak mampu diajak untuk bernegosiasi.
Evelyn yang sejak tadi menguping semua kejadian dan pembicaraan sampai gemetar sendiri dibuatnya. Sebab Seria benar-benar mengirimkan bukti perselingkuhannya dan mas Evan ke sebuah media.Bingung apa yang harus dilakukannya juga, akhirnya Evelyn reflek masuk ke dalam kamar sang kakak."Mbak Amanda, aku mohon bantu mas Evan," pinta Evelyn setelah berhasil berdiri di hadapan sang kakak ipar. Mulai merasa bahwa Seria lah parasit yang sesungguhnya di keluarga Sanjaya.Wanita itu tidak menghasilkan apapun kecuali, Aska. Tapi bermimpi bisa jadi bagian dari keluarga ini."Kamu ingin lihat apa yang dikirim Seria pada Dream Media? lihatlah," balas Amanda, dia memutar laptopnya dan diarahkan pada sang adik ipar.Mulut Evelyn ternganga, lalu dengan cepat dia tutup menggunakan kedua tangan. Bagaimana bisa Seria menyebar foto yang begitu intim."Tersebar atau tidak, pihak Dream Media sudah melihat foto-foto ini. Pasti sudah melakukan pemeriksaan pula apakah foto ini asli atau palsu. Aku tidak bisa
Pada akhirnya Evan pilih untuk menyusul Amanda, masuk ke dalam kamar dan mengabaikan tentang kepergian Seria.Di luar sana Seria menangis dan terus mengetuk-ngetuk pintu. Sampai akhirnya penjaga keamanan bertindak dan menarik Seria keluar sampai ke luar gerbang rumah ini."Mas Evan!" pekik Seria dengan suara yang tercekat. Dia juga hanyalah manusia biasa, hal seperti ini membuatnya begitu hancur dan putus asa.Terlebih dulu angan-angan dan harapannya sudah begitu tinggi. Mendapatkan restu mama Geni lalu mampu memuaskan Evan. Tapi sekarang semuanya hancur, tak ada satupun yang mau memperjuangkannya."Kamu yang memulai ini semua Mas, jadi jangan salahkan aku jika mengungkap semuanya," lirih Seria, dengan tangan yang gemetar dia mengambil ponselnya. Sebuah file yang telah dia buat dengan begitu rapi langsung dikirimnya menuju Dream Media.Jantung Seria makin bergemuruh, tak mampu menebak apa yang akan terjadi besok. Sebab berita kali ini pasti akan berdampak lebih besar dari sebelumnya.
Sesaat Amanda hanya mampu mendelik saat merasakan ciuman di bibirnya, namun sepersekian detik kemudian dia coba untuk mendorong dada tuan Austin.Tapi tangannya justru di tahan dan membuat ciuman itu terasa semakin dalam, saat merasakan lidah tuan Austin menelusup masuk ke dalam mulutnya Amanda justru memejamkan mata. Merasakan tubuh yang begitu panas.Detik itu juga Amanda menyadari bahwa ada bagian dari dalam dirinya yang juga menginginkan sentuhan ini.Ketika Amanda tak lagi berontak, barulah secara perlahan Austin melepaskan ciuman tersebut. Ciuman yang membuat nafas keduanya jadi sedikit terengah. "Jangan bersikap seolah kita adalah orang asing, Amanda. Kamu adalah wanitaku," ucap Austin.Dan membuat Amanda menelan ludahnya dengan kasar. Pembicaraan tentang hal ini terus mereka bahas ketika bersama. Namun rasanya cukup sulit untuk membuat Amanda benar-benar membuka hati. Karena merasa semua permasalahannya belum selesai.Pada akhirnya Amanda memilih untuk diam, hatinya pun bimb
Sampai malam menjelang Amanda belum juga pulang ke rumah, Evan yang sejak tadi menunggu dibuatnya begitu cemas. Terlebih Amanda tidak memberi kabar apapun pada Evan.Coba menghubungi Luna pun sia-sia karena panggilan teleponnya tidak mendapatkan jawaban. Sebelumnya Luna sudah diperintahkan oleh Amanda untuk tidak perlu menghubungi ataupun menerima panggilan telepon dari suaminya tersebut.Menghilangnya Amanda membuat Evan jadi berpikir berlebihan, mungkinkah sang istri masih merasa marah tentang kedatangan Seria pagi tadi."Sial," gerutu Evan, di mengusap wajahnya dengan kasar. Mengurung diri di ruang kerjanya dengan perasaan yang campur aduk, marah, bingung dan cemas bercampur jadi satu.Suara pintu yang diketuk membuat perhatian Evan terpecah. Seorang pelayan masuk ke ruang kerjanya."Apa Amanda sudah pulang?" tanya Evan langsung, sebab kabar inilah yang dia tunggu-tunggu."Maaf Tuan, nyonya Amanda belum pulang. Tapi Seria kembali datang ke rumah ini.""Apa? kenapa kalian izinkan ma