Saat Diana keluar, dilihatnya Nicki sedang berdebat dengan seorang bodyguard yang terlihat berusaha menerobos seperti sedang ingin memastikan sesuatu."Sudah kubilang dia ada di dalam. Kenapa kamu tidak percaya padaku?" Nicki menaikkan nadanya karena mulai kesal."Lalu, kenapa kamu menghalangiku untuk mengeceknya?" Bodyguard tersebut jelas mencurigai Nicki."Kelvin sedang mandi. Apa kamu ingin melihat seorang anak kecil mandi? Lagi pula perempuan itu juga pakaiannya pasti sedang basah, hanya seorang pria mesum yang ingin melihat hal tersebut!" seru Nicky yang berusaha berkilah.Bodyguard tersebut tidak bisa berkata-kata lagi. Meski begitu ia masih berusaha untuk menerobos masuk demi memastikan jika Diana sedang berada di kamar mandi atau tidak.Di tengah pertikaian kecil tersebut Diana keluar dengan beberapa bagian pakaian yang basah."Maaf ada apa, ya?" Diana berusaha memastikan jika pertengkaran kecil di antara bodyguard dan Niki bukanlah tentang dirinya yang sedang berkomunikasi de
Adam dan Sean serentak menoleh ke arah asal suara."Apa yang kamu lakukan di sini?" Sean tampak tidak senang dengan kedatangan orang tersebut.Lain dengan Adam karena merasa malu ia bergegas kembali ke tempat duduknya, lalu meminta para bodyguard untuk melepaskan Sean."Apa yang Paman lakukan pada Sean?""Hanya sedikit mendisiplinkannya.""Apa tidak ada cara lain? Sepertinya itu sedikit kasar.""Kuharap kamu tidak terlalu ikut campur, Serena." Adam menatap lengkap perempuan di hadapannya.Meski Serena berusaha untuk membantunya, tetapi kebencian Sean pada perempuan itu tidak berubah sama sekali. Baginya itu hanyalah sebuah topeng agar terlihat baik di depan orang."Ada urusan apa datang kemari?" tanya Sean sambil menahan sakit akibat tinjauan dari sang ayah."Aku hanya ingin bertemu denganmu, membahas rencana pernikahan kita nanti. Salahmu terus menghindar setiap kali aku mendatangi kantor," jelas Serena.Adam yang malas mendengar percakapan dua anak muda itu bergegas pergi tanpa meng
Kelvin dengan percaya dirinya berlari menuju kamar Adam tanpa tahu jika sang kakek begitu benci padanya.Saat berada di depan pintu kamar Adam, Sean langsung memegangi tangan anaknya itu, berusaha mencegah agar tidak masuk ke dalam."Tidak usah memikirkan kakekmu, dia tidak suka es krim," bisik Sean sambil berusaha menarik lengan Kelvin."Tapi, Key ingin kakek tahu kalau Key sayang kakek," jawab Kelvin yang terlihat kecewa pada Sean karena melarangnya melakukan hal baik."Kakek tidak seperti yang Key pikirkan." Sean berusaha mencegah Kelvin dengan cara yang halus.Namun, Kelvin tetap saja ingin memberikan es krim. Baginya sang kakek tetaplah bagian dari keluarga yang harus disayangi.Pada akhirnya Sean menyerah dan lebih memilih untuk menemani Kelvin masuk ke kamar sang ayah sambil mengawasi, khawatir jika pria tua itu sampai melakukan sesuatu yang dapat menyakiti cucunya.Baru saja Sean memutar gagang pintu kamar sang ayah, dari dalam terdengar Adam mengatakan sesuatu padanya."Apa y
Merasa jika ada sesuatu yang janggal, Sean pun langsung mengirimkan pesan singkat pada Nicki untuk mengawasi bagian luar kamarnya.[Sepertinya seseorang sedang mengawasi kamarku.][Saya akan langsung mengeceknya.]Nicki mengendap-ngendap memantau depan kamar Sean dari kejauhan karena ingin tahu siapa yang sedang mengawasi atasannya tersebut. Benar saja, seperti dugaannya ada seorang bodyguard yang lalu-lalang di depan kamar sambil sesekali menempelkan telinga ke pintu, seakan ingin menguping.[Sepertinya orang itu sedang berusaha menguping Saya harap bapak lebih berhati-hati.]Setelah membaca pesan dari Niki, Sean langsung menaruh ponselnya, lalu mengunci pintu kamar. Ia jadi merasa tidak nyaman di rumahnya sendiri."Ayah benar-benar sudah keterlaluan," gumam Sean sambil berusaha untuk memejamkan mata meski sedikit sulit karena terus terbayang kelakuan ayahnya yang sudah sangat berlebihan.***Menjelang pagi, seperti biasa Sean langsung berangkat kerja, meski Kelvin terlihat begitu be
Diana mengangguk sekilas setelah memastikan jika bodyguard Adam tidak ada yang sedang memperhatikan. Kemudian ia buru-buru memasukan ponselnya ke saku."Bagaimana kalau ketahuan? Masalah ini akan semakin rumit!" Nicki menggerutu sambil menahan suaranya agar tidak terdengar orang lain."Aku pasti berhati-hati!" jawab Diana dengan santainya."Kamu terlalu menganggampangkan sesuatu!" seru Nicki yang tanpa sengaja berbicara dengan begitu kencang.Diana tidak mengatakan apa-apa lagi karena baginya akan percuma meladeni Nicki yang terus saja merasa ketakutan. Padahal dia tentunya tidak akan sembarang melakukan sesuatu di saat ada Adam yang tengah mengawasi.Untuk beberapa saat Diana dan Nicki tak saling bicara karena sama-sama merasa kesal. Jika Nicki merasa tidak senang dengan Diana yang selalu saja membuat masalah, lain dengan Diana yang berpikir jika Nicki terlalu rumit dan menyebalkan."Aku mau ke toilet sebentar," ujar Diana sesaat setelah ia menatap layar ponselnya."Key juga ingin pi
Bukan hanya Diana yang terkejut, tetapi seseorang yang ia temui itu juga langsung tersentak saat tahu orang yang dikenalnya berada di samping."Kenapa kamu di sini?" Diana menatap tajam orang tersebut."Masalahnya di mana? Memang kamu saja yang boleh ada di sini?"Diana merasa kesal. Ia tidak mempermasalahkan kehadiran orang itu di supermarket, tetapi yang membuatnya kesal adalah karena ia tahu perempuan di hadapannya sejak tadi terus mengawasi. Beruntung Diana yang merasa sedang diawasi tersebut langsung berjalan mengendap-endap demi bisa memergoki seseorang yang tak lain adalah pelayan perempuan di rumah Sean."Aku tahu kalau kamu terus membuntutiku." Diana menatap perempuan itu dengan lekat."Memang kenapa kalau aku membuntuti seorang perempuan pencari muka sepertimu?" Pelayan itu mendelik Diana, tatapannya seakan penuh kebencian.Karena malas bertikai di depan Kelvin, Diana memilih untuk pergi dan meninggalkan orang itu. Namun, bukannya berhenti, pelayan Sean tersebut malah menari
Juli terdiam sejenak, merasa jika dirinya sudah tidak bisa berbuat lebih jauh dari sekarang. Akan percuma jika ia malah terus melindungi penjahat sesungguhnya. Lebih baik menyelamatkan diri sendiri daripada harus setia pada seseorang yang tidak bisa membantunya di saat genting."Tuan Jordi yang meminta saya untuk melakukannya," jawab Juli sambil meringis kesakitan.Adam langsung melepaskan cengkramannya. Kini, ia malah mengepalkan tangan, kesal mendengar jawaban Juli."Sial kenapa orang itu melakukan hal seperti ini!"Adam langsung memukul meja dengan sangat kencang, tidak menyangka jika calon besannya sampai berbuat sejauh itu. Terbesit sedikit rasa penyesalan karena memutuskan menjodohkan Sean dengan Serena. Ia merasa jika saat itu dirinya terlalu serakah dan gelap mata menjodohkan sang anak hanya demi bisa mencapai pasar Eropa.Di tengah-tengah emosi Adam, Nicki berusaha memberanikan diri untuk menghampiri pria itu sambil menunjukkan layar ponselnya."Saya ingin Anda melihatnya," u
Tak terasa matahari telah terbit menembus celah jendela kamar Sean. Hari ini pria itu sengaja mengambil cuti demi bisa menjemput Evelyn. "Ayah, ayo jemput Ibu." Kelvin mengguncang-guncang tubuh Sean.Sean terperanjat, lalu beranjak dari tidurnya dengan kepala yang masih terasa pusing akibat begadang semalam. Ia langsung melirik jam digital di atas nakas yang ternyata sudah menunjukan pukul 09.00."Evelyn pasti akan kesal padaku," ujar Sean yang segera menuju ke kamar mandi.Setelah selesai, Sean yang masih dalam keadaan pusing keluar kamar begitu saja, yang mana setelahnya diiringi suara tangis Kelvin."Ayah, Key ingin ikut," teriak Kelvin sambil menangis dengan kencang.Sean tersentak, baru sadar jika Kelvin bahkan belum mandi sama sekali. Ia segera menelpon Jonas untuk memanggilkan Diana.Diana yang baru saja tiba diminta untuk buru-buru karena khawatir jika Evelyn menunggu terlalu lama. Hingga dari mulai mandi dan berganti pakaian hanya memakan waktu lima menit saja.Dengan napas