Tak terasa matahari telah terbit menembus celah jendela kamar Sean. Hari ini pria itu sengaja mengambil cuti demi bisa menjemput Evelyn. "Ayah, ayo jemput Ibu." Kelvin mengguncang-guncang tubuh Sean.Sean terperanjat, lalu beranjak dari tidurnya dengan kepala yang masih terasa pusing akibat begadang semalam. Ia langsung melirik jam digital di atas nakas yang ternyata sudah menunjukan pukul 09.00."Evelyn pasti akan kesal padaku," ujar Sean yang segera menuju ke kamar mandi.Setelah selesai, Sean yang masih dalam keadaan pusing keluar kamar begitu saja, yang mana setelahnya diiringi suara tangis Kelvin."Ayah, Key ingin ikut," teriak Kelvin sambil menangis dengan kencang.Sean tersentak, baru sadar jika Kelvin bahkan belum mandi sama sekali. Ia segera menelpon Jonas untuk memanggilkan Diana.Diana yang baru saja tiba diminta untuk buru-buru karena khawatir jika Evelyn menunggu terlalu lama. Hingga dari mulai mandi dan berganti pakaian hanya memakan waktu lima menit saja.Dengan napas
Seluruh bagian kamar telah di cat dengan warna biru muda, warna kesukaan Evelyn. Bukan hanya itu saja, disudut ruangan pun terdapat banyak mainan yang memang dikhususkan untuk Kelvin."Aku tidak menyangka jika ayah melakukannya sampai sejauh ini," ujar Sean yang hatinya sedang merasa senang.Begitu juga dengan Evelyn, tidak menyangka jika ia akan disambut dengan baik oleh Adam. Meski begitu ia tidak ingin terlalu berharap, mengingat pada akhirnya Sean tetap dijodohkan dengan perempuan lain.Kelvin yang sedang berada digendongan Sean langsung meminta turun. Saat kedua orang tuanya berpikir jika bocah itu hendak ke kamar, ternyata ia malah berlari ke arah kamar Adam."Bagaimana ini?" tanya Evelyn yang khawatir jika Kelvin sampai berbuat nakal."Tenang saja, sepertinya mereka lebih dekat dari yang kita tahu," jawab Sean seraya merangkul Evelyn."Jaga sikapmu! Banyak orang di rumah ini," bisik Evelyn yang langsung menepis lengan Sean dari bahunya."Tenang saja, orang-orangku tidak akan be
"Bagaimana kalau kita mencoba untuk bekerja sama dengan pengusaha lain yang memiliki hubungan buruk dengan keluarga Serena?" terang Evelyn yang sebenarnya ragu untuk mengatakan hal tersebut.Sean dan Lukas saling pandang, apa yang Evelyn katakan sedikit masuk akal, apalagi Jordi merupakan pengusaha yang terkenal akan kelicikannya, membuat dirinya memiliki banyak musuh di kalangan pengusaha."Kalau begitu aku akan menghubungi mereka nanti." Sean tersenyum simpul, matanya tampak dipenuhi ambisi. Apalagi ia tidak sabar ingin segera melawan keluarga Serena. Tidak hanya sampai disitu saja, Sean mendadak berpikir jika mungkin ayahnya mau diajak bekerja sama. Ia pun langsung menuju kamar Adam untuk mendiskusikan hal tersebut.Segera Sean mengetuk pintu, sesaat setelah sampai di depan kamar."Masuklah!" titah Adam dengan suara lantangnya.Sean segera masuk, lalu duduk di sofa yang tidak terlalu jauh dari kasur."Apa kamu ingin memarahiku?" Adam membolak-balik lembaran buku. Ia ingin terlihat
"Kamu yakin kalau kita tidak salah orang?" bisik Diana yang matanya tak henti menatap ke depan."Aku sangat yakin memang dia orangnya," jawab Nicki dengan percaya diri.Diana berusaha menatap lebih jelas lagi, sampai saat orang tersebut keluar dari restoran barulah mereka bisa melihat dengan jelas."Itu memang benar dia. Cepat foto mereka!" titah Nicki pada Diana yang sebenarnya kesal karena diperintah seenaknya.Meski begitu, Diana langsung memotret sepasang kekasih yang baru keluar dari restoran tersebut."Berhasil," ujar Diana yang langsung menaruh ponselnya di saku.Segera Nicki dan Diana bergegas menuju tempat Sean dan Evelyn berada. Mereka tampak bahagia karena sudah mendapatkan salah satu bukti yang bisa menjatuhkan Serena."Pak, kami menemukan sebuah bukti yang bisa mendukung rencana kita," jelas Nicki yang terlihat begitu antusias."Apa itu?" Sean mengerutkan alis, sedikit penasaran dengan apa yang Nicki maksud.Diana pun langsung mengeluarkan ponselnya, membuka galeri foto, l
Sean langsung meraih berkas-berkas tersebut untuk memastikan dan ternyata semuanya memang asli. Namun bukan cuma itu yang membuat Sean terkejut, hal besar lain sekaan tidak lepas dari pandangannya."Blue Company? Ini adalah sebuah perusahaan besar di eropa yang pemiliknya sangat misterius." Sean sedikit tercengang mengetahui tersebut."Ya, dan Ibu dari Nona Evelyn adalah pemiliknya. Beliau mendirikan perusahaan tersebut selama puluhan tahun, hingga setelahnya saya yang mengatur semua sambil mencari keberadaan Nona," jelas pria itu. "Oh, sebelumnya perkenalkan, saya Samuel, panggil Sam saja."Evelyn masih tercengang mendengar penjelasan Sam barusan, bagaimana mungkin jika sang ibu yang selama ini tak pernah menceritakan apa pun mendadak memiliki sebuah perusahaan besar."Apa Anda tidak salah orang? Sepertinya Ibu saya tidak pernah mengatakan apa-apa," jawab Evelyn seakan ragu dengan kenyataan yang sebenarnya."Tentu saja tidak." Samuel terlihat begitu percaya diri. "Kalau begitu besok
Sean bergegas menuju kamar Adam dengan maksud ingin berdiskusi mencari jalan keluar bersama karena berpikir jika sang ayah kini telah berada di pihaknya."Apa Ayah ada di dalam?" tanya Sean sambil mengetuk pintu."Ya, masuklah!" sahut Adam dengan suara lantang.Sean langsung masuk begitu saja, dengan perasaan tidak karuan ia langsung duduk tepat di samping kasur sang ayah."Apa kamu ingin membahas tentang pernikahanmu besok?" tanya Adam yang sedang sibuk membaca majalah bisnis."Ya, aku ingin meminta solusi, apa yang sekarang harus kulakukan?" Sean berharap jika ayahnya akan sedikit memberi bantuan, entah itu mengundur waktu atau bahkan sampai membantu untuk membatalkan pernikahan tersebut."Tidak ada pilihan lain," jawab Adam dengan santainya."Apa maksud Ayah?" Sean mengerutkan alis tidak mengerti kenapa ayahnya seakan tidak peduli."Kita tidak bisa lepas dari Jordi. Dia akan melakukan apapun demi ambisinya, aku tidak peduli padamu, tapi bocah itu bisa saja menjadi sasaran mereka!"
Sean mengikuti apa yang Evelyn inginkan meski merasa kasihan melihat perempuan yang dicintainya itu.Segera Evelyn menarik Sean menuju ke kamarnya, lalu mengunci pintu dengan terburu-buru."Evelyn, apa yang kamu lakukan?" Sean mendadak panik karena merasa Evelyn tidak seperti biasanya.Namun, bukannya menjawab Evelyn malah menarik Sean dengan semakin kencang, bahkan sampai mendorongnya ke kasur.Tubuh Sean terhempas ke kasur dengan posisi telentang, lalu Evelyn buru-buru menindih sambil berusaha melepas pakaian pria itu."Evelyn, sadarlah!" Sean memegangi bahu Evelyn, lalu mengguncang-guncangnya."Aku sudah sangat sadar. Sekarang mari kita nikmati malam ini." Evelyn semakin brutal ia bahkan menarik kemeja Sean dengan sangat kencang, membuat salah satu kancingnya sampai terlepas."Evelyn …" Kalimat Sean terhenti saat Evelyn mengecup bibirnya.Sebagai seorang pria tentunya Sean sangat menginginkan tubuh Evelyn. Namun, ia ingin melakukannya dalam keadaan normal, tidak seperti sekarang sa
Saat sedang menunggu dari kejauhan, samar Diana melihat seseorang yang terasa familiar. Saat sedang berusaha mengingat mendadak Nicki langsung menoleh ke arahnya."Itu adalah pria yang bersama Serena saat di restoran kemarin," ujar Nicki yang seakan tahu jika Diana dan Evelyn sedang berusaha mengingat siapa pria itu.Evelyn dan Diana langsung mengangguk, keduanya saling tatap seakan penasaran apa yang akan terjadi selanjutnya.Dari kejauhan mereka hanya bisa memantau, melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Di saat bersamaan Lukas mengeluarkan sebuah laptop, lalu mulai memutar sebuah video yang tak lain adalah rekaman CCTV."Kita lihat dari sini saja, setidaknya bisa mengurangi rasa penasaran," ujar Lukas.Di lain sisi, upacara pernikahan yang akan berlangsung tampak mulai riuj saat Sean tak kunjung datang."Ke mana Sean pergi?" tanya Jordi pada Adam yang sudah terlebih dahulu datang."Aku tidak tahu, nomornya tidak bisa dihubungi," jawab Adam asal. Padahal ia sama sekali tidak men