"Kami cuma mau main ke taman belakang saja. Memang kenapa?" Nicki yang semula mengendap-endap, kini berusaha untuk terlihat tidak takut di depan seseorang yang tak lain adalah Jonas, si kepala pelayan."Kenapa Anda terlihat seperti pencuri begitu?" Jonas menatap sinis ke arah Nicki.Nicki hanya menghela napas panjang, merasa jika telah lolos dari bodyguard tetapi malah dipergoki oleh kepala pelayan yang menyebalkan itu."Key, kita main di kamar saja," ajak Nicki yang merasa jika tatapan Jonas sangat menunjukan ketidak senangan.Kelvin awalnya kecewa, tetapi bersama Nicki setidaknya sedikit memberi rasa aman.Di sisi lain, Sean merasa tidak tenang meninggalkan Kelvin di rumah hanya dengan Nicki. Ia berusaha memikirkan cara agar bisa menyusupkan seorang penjaga di antara bodyguard. Namun, semua terasa percuma karena Adam selalu memilih sendiri anak buahnya tanpa melalui perantara siapa pun."Tidak perlu khawatir, Pak. Keahlian beladiri Nicki sudah tidak perlu diragukan lagi. Hanya saja,
"Apa maksudmu?" tanya Sean yang masih bingung dengan jawaban Evelyn."Masih harus kujelaskan?" tanya Evelyn dengan nada meninggi.Lagi-lagi Sean tidak mengerti dengan apa yang Evelyn maksud. Ia tidak merasa melakukan kesalahan apapun sampai tiba-tiba teringat kembali tentang makan malamnya dengan Serena tadi, yang mana ada banyak wartawan di hampir setiap sisi."Apa soal makan malam tadi?" Sean merasakan jika itu adalah jawabannya meski Evelyn belum mengatakan apa pun."Kamu bisa makan malam dengan perempuan lain di saat seperti ini?" Nada suara Evelyn semakin meninggi.Benar saja, ucapan Sean tidak meleset, ternyata Evelyn sudah tahu tentang makan malamnya dengan Serena. Ia yakin jika foto-foto dan berita itu sudah menyebar dengan begitu cepat."Aku melakukan ini demi Kelvin yang dijadikan sebuah ancaman," ujar Sean yang secara tidak langsung memberitahu Evelyn jika sang anak sedang dipertaruhkan saat ini."Kenapa kamu selalu saja mengatasnamakan Kelvin? Padahal sepertinya kamu sedan
Kelvin langsung menghentikan langkahnya, lalu berjalan mundur karena berpikir akan dimarahi oleh Adam sehingga tidak berani menatap sang Kakek."Cepat kemari!" titah Adam.Kelvin mengerutkan alis, merasa heran karena sang kakek terus memintanya mendekat. Padahal ia sudah berada di dekatnya meski tidak menoleh dan hanya membelakangi."Key, sudah di sini," jawab Kelvin dengan keringat yang bercucuran, saking gugupnya."Untuk apa kamu kemari tanya Adam yang lagi-lagi menaikkan nadanya, membuat Kelvin semakin ketakutan.Nicki hanya bisa memantau, bingung harus berbuat apa. Terlebih itu adalah Ayah dari bosnya dan juga tidak melakukan kekerasan apapun yang bisa melukai Kelvin.Lain dengan Kelvin yang sedang merasa dilema. Belum lama sang kakek memintanya untuk mendekat, tetapi kini malah menanyakan hal yang jelas-jelas itu adalah perintahnya."Bukannya Kakek yang meminta Key untuk datang kemari?" tanya Kelvin sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.Adam merasa jika apa yang Kelvin lakuka
"Kami sedang membuat es krim, Tuan Adam," jawab Nicki seraya menggenggam tangan Kelvin, berharap jika bocah itu bisa merasa lebih tenang."Apa harus seberisik itu?" bentak Adam yang merasa tidak nyaman mendengar tawa Kelvin.Nicki tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Alasan apapun tidak akan diterima oleh Adam karena kebenciannya pada Kelvin sudah begitu besar, hal sekecil apa pun akan menjadi sebuah kesalahan."Maaf Tuan, tapi Kelvin hanyalah seorang anak kecil. Wajar jika ia tertawa sedikit lebih kencang," jawab Nicki yang masih berusaha melindungi Kelvin, meskipun dia tahu konsekuensinya seperti apa.Adam menatap Nicki dengan tajam, sorot mata menunjukkan betapa emosinya pria tua itu."Berani sekali kamu membantah ucapanku!" hardik Adam yang tak senang jika seseorang membalas perkataannya.Nicki hanya diam dan menunduk. Ia benar-benar merasa serba salah pada Adam yang emosinya selalu meledak-ledak.Kelvin sedih saat Niki terus dibentak akibat berusaha membelanya. Merasa jika menja
Diana tidak tahu kenapa ia sampai harus dipanggil ke ruangan Adam, padahal tidak merasa pernah melakukan kesalahan apa pun. Terlebih yang lebih mengherankan adalah kehadiran Nicki dan juga Kelvin yang membuat Diana semakin tak mengerti.Saat Diana memasuki ruangan, Adam yang langsung melihat kedatangannya, dengan segera meminta perempuan itu untuk duduk dekat Kelvin dan juga Nicki."Apa kamu tahu jika bocah ini baru saja hampir tenggelam?" tanya Adam seraya menatap dengan tajam."Apa yang terjadi?" Jantung Diana berdebar kencang saking khawatir pada Kelvin.Karena rasa paniknya itu, Diana bergegas mengecek setiap bagian tubuh Kelvin dan beruntungnya bocah itu hanya terlihat menggigil saja."Anak itu memang pembawa masalah. Aku memanggil kamu kemari untuk menjadi pengasuhnya juga. Aku tidak ingin terjadi keributan lagi di rumah ini!" jelas Adam seraya menatap Kelvin dengan sinis.Pria itu merasa jika Kelvin sangatlah nakal. Dijaga satu orang saja seperti tidak cukup, oleh karena itu Ad
Saat Diana keluar, dilihatnya Nicki sedang berdebat dengan seorang bodyguard yang terlihat berusaha menerobos seperti sedang ingin memastikan sesuatu."Sudah kubilang dia ada di dalam. Kenapa kamu tidak percaya padaku?" Nicki menaikkan nadanya karena mulai kesal."Lalu, kenapa kamu menghalangiku untuk mengeceknya?" Bodyguard tersebut jelas mencurigai Nicki."Kelvin sedang mandi. Apa kamu ingin melihat seorang anak kecil mandi? Lagi pula perempuan itu juga pakaiannya pasti sedang basah, hanya seorang pria mesum yang ingin melihat hal tersebut!" seru Nicky yang berusaha berkilah.Bodyguard tersebut tidak bisa berkata-kata lagi. Meski begitu ia masih berusaha untuk menerobos masuk demi memastikan jika Diana sedang berada di kamar mandi atau tidak.Di tengah pertikaian kecil tersebut Diana keluar dengan beberapa bagian pakaian yang basah."Maaf ada apa, ya?" Diana berusaha memastikan jika pertengkaran kecil di antara bodyguard dan Niki bukanlah tentang dirinya yang sedang berkomunikasi de
Adam dan Sean serentak menoleh ke arah asal suara."Apa yang kamu lakukan di sini?" Sean tampak tidak senang dengan kedatangan orang tersebut.Lain dengan Adam karena merasa malu ia bergegas kembali ke tempat duduknya, lalu meminta para bodyguard untuk melepaskan Sean."Apa yang Paman lakukan pada Sean?""Hanya sedikit mendisiplinkannya.""Apa tidak ada cara lain? Sepertinya itu sedikit kasar.""Kuharap kamu tidak terlalu ikut campur, Serena." Adam menatap lengkap perempuan di hadapannya.Meski Serena berusaha untuk membantunya, tetapi kebencian Sean pada perempuan itu tidak berubah sama sekali. Baginya itu hanyalah sebuah topeng agar terlihat baik di depan orang."Ada urusan apa datang kemari?" tanya Sean sambil menahan sakit akibat tinjauan dari sang ayah."Aku hanya ingin bertemu denganmu, membahas rencana pernikahan kita nanti. Salahmu terus menghindar setiap kali aku mendatangi kantor," jelas Serena.Adam yang malas mendengar percakapan dua anak muda itu bergegas pergi tanpa meng
Kelvin dengan percaya dirinya berlari menuju kamar Adam tanpa tahu jika sang kakek begitu benci padanya.Saat berada di depan pintu kamar Adam, Sean langsung memegangi tangan anaknya itu, berusaha mencegah agar tidak masuk ke dalam."Tidak usah memikirkan kakekmu, dia tidak suka es krim," bisik Sean sambil berusaha menarik lengan Kelvin."Tapi, Key ingin kakek tahu kalau Key sayang kakek," jawab Kelvin yang terlihat kecewa pada Sean karena melarangnya melakukan hal baik."Kakek tidak seperti yang Key pikirkan." Sean berusaha mencegah Kelvin dengan cara yang halus.Namun, Kelvin tetap saja ingin memberikan es krim. Baginya sang kakek tetaplah bagian dari keluarga yang harus disayangi.Pada akhirnya Sean menyerah dan lebih memilih untuk menemani Kelvin masuk ke kamar sang ayah sambil mengawasi, khawatir jika pria tua itu sampai melakukan sesuatu yang dapat menyakiti cucunya.Baru saja Sean memutar gagang pintu kamar sang ayah, dari dalam terdengar Adam mengatakan sesuatu padanya."Apa y