Sean langsung menunduk menatap Evelyn dengan penuh intimidasi."Katakan apa tujuanmu!" seru Sean menatap Evelyn tajam.Jantung Evelyn semakin berdebar kencang, perasaan takut dan gelisah terus menyelimuti hatinya. Terlebih saat ia teringat kembali jika pria di hadapannya adalah orang yang telah merenggut kesuciannya waktu itu.Namun, dengan cepat Evelyn berusaha menepis perasaan takut tersebut demi bisa meminta bantuan pada Sean."Seseorang menculik Kelvin, aku sudah memegang rekaman CCTV saat mobil si penculik melintas. Lalu, masalah penggusuran tanah, apa kamu bisa memindahkannya ke tempat lain?" Evelyn berkata dengan panjang lebar sambil menutup mata, baru setelah selesai ia membuka lagi matanya.Sean hanya diam menatap lekat, ekspresinya yang begitu datar membuat Evelyn jadi kebingungan.Yang lebih mengejutkan, bukannya memberi respon, Sean malah membelai lembut rambut panjang Evelyn seraya mengendusnya."Aromamu membuatku teringat masa lalu," ucap Sean dengan tidak tahu malunya.
"Pokoknya kamu dengarkan Ibu dulu saja! Jangan sampai Evelyn pulang ke rumah Nyonya Merry!" seru Laura yang berusaha menekankan pada anaknya itu."Baik, Bu. Kalau begitu aku izin tidak pulang ke rumah. Aku ingin menjaga Kak Evelyn," terang Andi.Laura terdengar sedang menghela napas panjang. "Ya sudahlah, kamu itu sangat mirip ayahmu. Tidak akan menyerah jika itu masalah cinta. Kalau begitu, sudah dulu, ya! Ibu mau membantu Nyonya Merry menenangkan orang-orang itu.""Iya, Bu. Berhati-hatilah!" sahut Andi.Percakapan tersebut berakhir saat Laura menutup telepon. Andi bingung harus mengatakan apa pada Evelyn. Ia tidak ingin pujaan hatinya itu semakin merasa stres jika mendengar kabar tentang para warga yang mengepung toko bunga Merry."Apa yang harus kulakukan?" gumam Andi.Beruntung Evelyn tidak mendengar percakapan Andi dengan Laura. Setidaknya pria itu masih memiliki waktu untuk memikirkan alasan yang tidak terlalu menyakitkan untuk didengar.Andi duduk di samping Evelyn sambil teru
"Tidak akan lama lagi," ucap pria dibalik telepon.Setelah mengucapkan kalimat pendek tersebut, panggilan telepon pun terputus. Nicki hanya bisa menghela napas dalam, saking kesalnya pada orang yang menculik Kelvin."Key, maafkan Paman yang tidak bisa berbuat banyak," gumam Nicki sambil memukul setir mobil.Di tempat lain, Lukas yang sudah kembali dari mengantarkan Grace, langsung menjemput Andi yang sedang melamun menunggu kedatangannya."Bagaimana jika Kak Evelyn tetap ingin pulang?" Andi seakan tak bisa berhenti cemas."Kalau begitu, kita katakan saja yang sebenarnya. Lalu aku akan memberi kabar baik tentang Kelvin. Setidaknya informasi itu akan membuatnya tidak terlalu terpuruk," terang Lukas."Ah, baguslah. Kenapa kamu sangat pintar? Bisa ajarkan aku sedikit trik untuk memecahkan masalah?" tanya Andi tiba-tiba."Aku tidak tahu masalah trik atau apa pun itu. Semua itu mengalir dengan sendirinya." Lukas tersenyum kecil."Ah begitu ya, ternyata memang otakku saja yang tidak bisa ber
Ketiganya langsung menuju cafe samping hotel. Evelyn tak berpikir buruk tentang apa yang akan mereka bicarakan."Evelyn, kamu yakin tidak ingin memesan apa pun?" tanya Lukas sambil menarik kursi untuk Evelyn duduk."Tidak, aku masih kenyang," jawab Evelyn seraya duduk.Lain dengan Evelyn, Andi yang ketagihan dengan makanan di cafe tersebut langsung memesan begitu saja tanpa perlu ditawari lagi.Ketiganya kini sudah duduk saling berhadapan di sebuah meja kecil bundar berhiaskan vas keramik dengan bunga plastik di dalamnya."Jadi, apa yang ingin kamu katakan?" Evelyn mulai penasaran karena Lukas tak kunjung bicara."Oh itu, aku punya dua kabar, kabar baik dan buruk. Apa yang ingin kamu tahu lebih dulu?"Evelyn mengerutkan alis seraya menatap Lukas. Ia tampaknya berusaha memikirkan dua kabar yang pria dihadapannya itu maksud."Kalau begitu kabar buruk dulu saja," pinta Evelyn."Aku sedikit ragu untuk mengatakannya.""Katakan saja! Aku tidak apa-apa," ucap Evelyn yang semakin fokus menata
Evelyn duduk di kursi dekat dua pria tersebut sambil makan Snack dan minuman bersoda dan bersikap acuh seolah tak mendengar apa pun."Memang apa kata bos?" tanya pria satunya lagi."Memang kamu tidak dengar briefing tadi? Hah, aku malas menjelaskan pada orang bodoh sepertimu!""Hey aku tidak bodoh! Aku hanya tidak dengar karena berada di belakang."Kedua orang itu malah pergi sambil terus bertengkar. Evelyn sedikit kecewa karena pada akhirnya ia hanya mendapatkan informasi yang menggantung."Aku harus segera memberitahu Lukas," gumam Evelyn yang langsung beranjak, bergegas kembali ke penginapan.Saat berjalan menuju penginapan, Evelyn berpapasan dengan dua pria di minimarket tadi yang ternyata mereka juga tinggal di tempat itu."Lalu bos bilang apa lagi?""Banyak yang dia bilang, intinya besok kita harus sudah bersiap.""Aku jadi tidak sabar menunggu besok," pria itu terkekeh.Keduanya langsung masuk ke kamar yang berada di paling ujung.Jantung Evelyn mendadak berdebar tak karuan. Ia
Langkah Evelyn terhenti, jantungnya berdegup sangat kencang. Namun, di tengah perasaan cemas tersebut, ia masih berusaha untuk tidak panik agar tetap terlihat tenang."Ya, ada apa?" Evelyn sama sekali tak menoleh demi menghindari bertatapan dengan orang tersebut.Pria itu tak langsung menjawab. Ia malah diam seperti sedang memikirkan sesuatu."Kenapa kamu terlihat takut padaku?" Pria itu bertanya dengan nada curiga.Evelyn tersentak, beruntung ia sudah memikirkan alasan yang bisa membuatnya terhindar dari lelaki tersebut."Suamiku seorang yang sangat pencemburu. Jika aku sampai ketahuan bertatap muka dengan pria lain, dia pasti akan marah besar," jawab Evelyn.Mendengar cerita tersebut, pria itu pun langsung memandang sekeliling, khawatir jika suami dari perempuan di hadapannya malah menghampiri. Di saat bersamaan, seorang pria bertubuh kekar dan berpakaian serba hitam malah melintas di dekat Evelyn."Gawat, aku tidak mau dihajar hanya karena masalah sepele," ucap pria yang semula men
Evelyn dan Andi bergegas kembali ke penginapan sambil menenteng barang belanjaan yang lumayan berat. Perasaan cemas membuat keduanya tidak menghiraukan rasa lelah akibat berjalan kaki sambil membawa banyak barang. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah bagaimana caranya agar bisa segera pergi menuju ke toko bunga."Kita titipkan dulu semua barang belanjaan ini pada pemilik penginapan," ajak Evelyn."Iya, Kak," jawab Andi sambil mengangguk dengan wajah yang begitu serius.Setelah sampai di penginapan dan menaruh barang belanjaan, keduanya bergegas menuju area pertokoan yang akan digusur. Sampai tiba-tiba Evelyn teringat pada ucapan pria semalam."Andi, apa ada kerabat dekatmu yang tinggal dekat toko?" Andi tampak berpikir sejenak, lalu berkata, "ada beberapa, memangnya kenapa, Kak?""Seseorang mengatakan padaku jika Nyonya Merry dan Ibumu sedang berada di rumah kerabat. Aku tidak pernah tahu kalau Nyonya Merry memiliki kerabat," terang Evelyn."Oh, sebentar, Kak. Aku coba tanyakan pad
Para warga menatap ke ujung jalan dengan tatapan terkejut sekaligus bersedih. Melihat orang-orang tersebut mendadak diam, Evelyn langsung menoleh ke arah mereka memandang.Lain dengan Evelyn, Andi yang merasa jika saat itu adalah kesempatan emas, memilih untuk menarik lengan sang pujaan hati agar menjauh dari kerumunan warga.Beruntung, warga memang sedang tidak fokus, sehingga Andi bisa pergi menjauh bersama Evelyn dan perempuan tua penjual ayam tadi."Kita harus bersembunyi sekarang juga!" ajak Andi dengan wajah panik.Evelyn bergegas mengikuti Andi sampai saat ia menoleh, di depan toko bunga sudah ada kendaraan alat berat yang sepertinya akan digunakan untuk menghancurkan bangunan tersebut."Tunggu, Andi! Mereka mau menghancurkan toko. Aku harus menghentikannya!" teriak Evelyn sambil terpaku menatap kendaraan alat berat yang terus berdatangan."Kita tidak bisa melawan mereka, Kak! Biarkan saja, semua sudah berakhir," balas Andi yang begitu gelisah, khawatir jika Evelyn berbuat neka