Edward yang sedang asyik pun seketika terkejut dengan kedatangan Evelyn yang tiba-tiba."Ah, ini …." Edward tampak gugup karena merasa malu pada Evelyn."Lalu, kenapa kamu malah mengajak ayahku melakukan hal seperti ini? Aku khawatir jika kursi roda ayah tergelincir," ungkap Evelyn."Tenang saja. Aku pasti akan menjaga ayah dengan baik," jawab Sean sembari melempar kail ke kolam.Evelyn tak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan dua orang yang belum benar-benar sembuh itu. Keduanya malah memancing di tepi kolam seolah sudah merasa fit.Merasa khawatir, Evelyn pun langsung duduk di dekat dua pria yang sangat berarti dalam hidupnya itu.Tentu saja Sean dan Edward merasa tidak nyaman dengan kehadiran Evelyn karena sejak awal mereka hanya menjadikan memancing sebagai kedok untuk membahas perempuan itu. Oleh karenanya kedua pria itu pun seketika menjadi canggung."Ayo, lanjutkan saja. Kenapa malah diam?" Evelyn keheranan."Sepertinya Ayah sudah lelah,"
Nicki terlihat kebingungan. Ia tidak cukup pandai menebak isi kepala Evelyn."Jadi, apa Anda butuh bantuan saya?" Nicki menatap Evelyn dengan rasa penasaran."Tentu saja, tugasmu cukup penting di sini." Arabella tersenyum penuh misteri.Nicki menjadi cukup tertarik melihat tatapan Evelyn yang dipenuhi ambisi. Terlebih ia yakin jika apa yang atasannya itu pikirkan adalah sebuah ide menarik."Kalau begitu saya siap melakukannya sekarang juga."Arabella pun langsung keluar kantor polisi, menghampiri Diana dan Kelvin yang saat itu ia minta untuk menunggu sambil memakan es krim."Ibu, kenapa lama sekali? Key takut Ibu di penjara." Kelvin mengoceh sambil berlari dengan mata berkaca-kaca.Evelyn pun tertawa mendengar kecemasan anaknya itu."Ibu tidak berbuat jahat, kenapa harus di penjara?" Evelyn mencubit pipi Kelvin pelan."Tapi Key lihat orang baik saja bisa di penjara karena–"Evelyn langsung membekap Kelvin dan segera pergi menjauh dari depan kantor polisi itu."Key, terlalu banyak menon
Sean sengaja mengundang kelompok preman bayaran dari daerah lain yang menurut rumor jika mereka cukup terkenal di luar kota.Para preman itu pun lantas segera berjalan mendekati anak buah Sean yang sedang berada di hadapan preman pengacau penguasa kota Ganea. Namun, pertemuan mereka malah membuat Sean menjadi semakin emosi.Bagaimana tidak, preman yang ia sewa ternyata malah membungkuk ke arah pria bertopeng."Sial, apa aku harus menyewa seorang profesional?" gumam Sean yang sejak awal menonton dari balik layar.Merasa jika semuanya berakhir sia-sia, Sean lantas menyuruh anak buahnya untuk mundur terlebih dahulu dengan cara baik-baik.Sean pun menjadi semakin kesal, ia benar-benar hendak menyewa seorang profesional demi bisa mengusir preman itu pergi.Sedangkan pria bertopeng yang merupakan pemimpin preman itu terus malah tersenyum seraya bergumam, "salahmu merebut wanitaku."Para preman itu pun pergi dengan senyum kemenangan tersirat di wajah. Berpikir jika kini sudah tidak ada lagi y
Pria muda itu tersenyum, merasa menang karena pada Akhirnya Evelyn mau menurut. Baginya hal kecil seperti itu sudah menjadi suatu kebahagiaan tak terhingga.Evelyn yang kini duduk di kursi belakang terus dipenuhi rasa curiga. Ia tidak bisa terlalu percaya pada orang asing, tetapi keadaannya sekarang membuat dirinya tak bisa berpikir panjang dan dengan enteng menurut untuk ikut."Apa kita pernah saling kenal? Kenapa kamu seperti mengenalku?" Evelyn menatap sinis."Oh, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Dion, aku sangat menyukai bunga," ujar pria yang bernama Dion itu.Mendengar ucapan Dion, Evelyn mendadak melonggarkan kewaspadaannya. Ia berpikir jika mungkin pria di depannya adalah salah satu pelanggan di toko bunganya dulu."Dan aku begitu menyukai rangkaian bunga buatanmu," sambung Dion.Evelyn secara tak sadar mengehela napas panjang, sepertinya kali ini ia sudah benar-benar menghilang kecurigaan dan berpikir jika Dion adalah salah satu pelanggan yang masih mengingatnya."Klinik
"Foto apa yang Sean kirimkan?" Evelyn langsung membuka isi pesan tersebut.Diana hanya menatap dari depan, ia terus mengawasi Evelyn karena sejak ponselnya berbunyi mendadak wajahnya jadi berubah.Saat sedang membuka pesan dari Sean, Evelyn seketika mengerutkan alis. Siapa sangka jika suaminya ternyata malah mengirimkan beberapa foto yang cukup membuatnya marah."Apa-apaan ini?" Evelyn menjadi tersulut emosi."Ada apa, Kak?" Diana sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.Evelyn menoleh ke arah Diana sekilas, ia memperlihatkan layar ponselnya pada perempuan itu.Mendadak Diana membelalak terlebih apa yang dilihatnya sangatlah menyebalkan."Bagaimana mungkin para preman itu bisa memukul seorang perempuan tua dan anak kecil?""Ini tidak bisa dibiarkan. Aku benar-benar benci sikap arogan mereka. Kita harus segera menyebarkan ini di media sosial," gumam Evelyn yang saat itu segera menelepon Sean untuk merundingkan masalah preman yang meresahkan."Ya, apa yang akan kamu lakukan sela
"Jadi, apa yang ingin Key katakan?" sambung Sean yang cukup penasaran dengan isi kepala sang anak.Kelvin terlihat ragu, tampaknya ia masih merasa canggung pada Sean yang baru saja melarangnya untuk berlatih bela diri."Itu …" Kelvin terdiam kembali, lalu menatap Sean sekilas."Kenapa? Takut Ayah marah?" Sean tersenyum tipis."Bukan begitu, Ayah." Kelvin menghela napas sejenak. "Kalau tidak boleh berlatih, apa Key boleh menonton orang berlatih bela diri?"Kelvin tak berani menatap sang ayah, ia khawatir mendapat penolakan lagi."Baiklah, kalau hanya menonton sih tidak masalah," sahut Sean sambil.mengusap lembur kepala Kelvin."Yeay, Key bisa melihat orang berlatih, Yeay," teriak Kelvin sambil melompat pelan di dekat ayahnya.Sean lagi-lagi hanya bisa tersenyum melihat tingkah Kelvin. Ia tahu betul jika anaknya itu benar-benar memiliki tekad untuk melindungi ibunya, tetapi mau bagaimana lagi dirinya pun tak ingin jika Kelvin sampai mengalami cedera mengingat ia masih terlalu kecil dan
Kelvin yang semakin diliputi rasa cemas itu lantas berlari kecil, lalu menghadang Sean berjalan masuk."Ayah tidak boleh masuk?" teriak Kelvin sambil merentangkan tangannya.Mendengar teriakan Kelvin, Evelyn yang berniat untuk tidur pun tersentak dan langsung menoleh ke arah sumber suara."Apa yang Key lakukan? Kenapa menghalangi Ayah begitu?" Evelyn beranjak, duduk di kasur.Kelvin menoleh sebentar dengan wajah terlihat begitu panik. Saat sedang lengah, Sean malah menggendongnya."Lepaskan! Ayah tidak boleh masuk ke kamar!" teriak Kelvin sambil meronta-ronta.Saat itu juga, Sean langsung menaruh tubuh kecil Kelvin di tengah kasur, dekat dengan Evelyn."Ada apa? Kalian hanya pergi sebentar dan saat kembali malah terus bertengkar," protes Evelyn sambil tersenyum karena gemas melihat tingkah ayah dan anak itu.Saat itu juga Kelvin yang sudah tidak berdaya memilih untuk berbaring, lalu menutup telinganya saking cemas jika pertengkaran di antara kedua orang tuanya."Ada hal yang ingin kut
"Sudah kuduga, tampaknya mereka tidak sesederhana yang kita lihat," ujar Sean yang mendadak dadanya terasa bergemuruh akibat kesal."Lalu bagaimana? Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Evelyn mendadak cemas. Ia tidak ingin usahanya berakhir sia-sia."Kita lanjutkan memberi sanksi sosial untuk orang-orang itu, meski pada akhirnya pemerintah daerah tetap akan melindungi mereka," jelas Sean.Evelyn menghela napas panjang. Komentar di unggahan tersebut membuatnya merasa tak habis pikir, bagaimana mungkin sekelompok preman sudah lama berkeliaran dan dibiarkan membuat onar begitu saja karena mendapat perlindungan pemerintah setempat? "Aku benar-benar benci preman-preman itu," ungkap Evelyn."Sudah sore, mau kubantu untuk mandi?" tanya Sean dengan wajah datar."Tidak perlu, kamu pasti akan mengambil kesempatan dariku." Evelyn tersenyum malu."Memang kenapa? Tidak ada larangan untuk sepasang suami istri.""Tapi, aku takut perbanku basah.""Tinggal dibuka. Itu bukan luka, aku akan meman