"Surprise!" teriak beberapa orang di tengah kegelapan.Evelyn mendadak terkena serangan panik sampai saat gorden dibuka, membuat ruangan menjadi terang kembali."Evelyn ada apa denganmu?" tanya Merry yang saat itu turut memberi kejutan.Evelyn yang sedang terduduk di lantai dengan napas tak karuan itu seketika beranjak saat tahu jika yang berada di sana adalah orang-orang terdekatnya."Kak Evelyn akhir-akhir ini sering mengalami cemas berlebih, ia bisa ketakutan meski hanya dengan hal sepele," jelas Diana yang saat itu baru tiba.Mendadak semua mata tertuju pada Andi, karena dialah yang mencetuskan ide tersebut."A-aku tidak tahu soal itu." Andi langsung menghampiri Evelyn sambil berlari kecil, "maafkan aku, Kak."Evelyn yang sedang berusaha menenangkan diri itu hanya tersenyum."Hey, berani sekali menyentuh istriku," protes Sean saat melihat Andi menggenggam kedua tangan Evelyn.Andi langsung melepas tangannya dan sedikit menjauh dari istri sang atasan."Pak Sean saya minta maaf atas
Edward yang sedang asyik pun seketika terkejut dengan kedatangan Evelyn yang tiba-tiba."Ah, ini …." Edward tampak gugup karena merasa malu pada Evelyn."Lalu, kenapa kamu malah mengajak ayahku melakukan hal seperti ini? Aku khawatir jika kursi roda ayah tergelincir," ungkap Evelyn."Tenang saja. Aku pasti akan menjaga ayah dengan baik," jawab Sean sembari melempar kail ke kolam.Evelyn tak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan dua orang yang belum benar-benar sembuh itu. Keduanya malah memancing di tepi kolam seolah sudah merasa fit.Merasa khawatir, Evelyn pun langsung duduk di dekat dua pria yang sangat berarti dalam hidupnya itu.Tentu saja Sean dan Edward merasa tidak nyaman dengan kehadiran Evelyn karena sejak awal mereka hanya menjadikan memancing sebagai kedok untuk membahas perempuan itu. Oleh karenanya kedua pria itu pun seketika menjadi canggung."Ayo, lanjutkan saja. Kenapa malah diam?" Evelyn keheranan."Sepertinya Ayah sudah lelah,"
Nicki terlihat kebingungan. Ia tidak cukup pandai menebak isi kepala Evelyn."Jadi, apa Anda butuh bantuan saya?" Nicki menatap Evelyn dengan rasa penasaran."Tentu saja, tugasmu cukup penting di sini." Arabella tersenyum penuh misteri.Nicki menjadi cukup tertarik melihat tatapan Evelyn yang dipenuhi ambisi. Terlebih ia yakin jika apa yang atasannya itu pikirkan adalah sebuah ide menarik."Kalau begitu saya siap melakukannya sekarang juga."Arabella pun langsung keluar kantor polisi, menghampiri Diana dan Kelvin yang saat itu ia minta untuk menunggu sambil memakan es krim."Ibu, kenapa lama sekali? Key takut Ibu di penjara." Kelvin mengoceh sambil berlari dengan mata berkaca-kaca.Evelyn pun tertawa mendengar kecemasan anaknya itu."Ibu tidak berbuat jahat, kenapa harus di penjara?" Evelyn mencubit pipi Kelvin pelan."Tapi Key lihat orang baik saja bisa di penjara karena–"Evelyn langsung membekap Kelvin dan segera pergi menjauh dari depan kantor polisi itu."Key, terlalu banyak menon
Sean sengaja mengundang kelompok preman bayaran dari daerah lain yang menurut rumor jika mereka cukup terkenal di luar kota.Para preman itu pun lantas segera berjalan mendekati anak buah Sean yang sedang berada di hadapan preman pengacau penguasa kota Ganea. Namun, pertemuan mereka malah membuat Sean menjadi semakin emosi.Bagaimana tidak, preman yang ia sewa ternyata malah membungkuk ke arah pria bertopeng."Sial, apa aku harus menyewa seorang profesional?" gumam Sean yang sejak awal menonton dari balik layar.Merasa jika semuanya berakhir sia-sia, Sean lantas menyuruh anak buahnya untuk mundur terlebih dahulu dengan cara baik-baik.Sean pun menjadi semakin kesal, ia benar-benar hendak menyewa seorang profesional demi bisa mengusir preman itu pergi.Sedangkan pria bertopeng yang merupakan pemimpin preman itu terus malah tersenyum seraya bergumam, "salahmu merebut wanitaku."Para preman itu pun pergi dengan senyum kemenangan tersirat di wajah. Berpikir jika kini sudah tidak ada lagi y
Pria muda itu tersenyum, merasa menang karena pada Akhirnya Evelyn mau menurut. Baginya hal kecil seperti itu sudah menjadi suatu kebahagiaan tak terhingga.Evelyn yang kini duduk di kursi belakang terus dipenuhi rasa curiga. Ia tidak bisa terlalu percaya pada orang asing, tetapi keadaannya sekarang membuat dirinya tak bisa berpikir panjang dan dengan enteng menurut untuk ikut."Apa kita pernah saling kenal? Kenapa kamu seperti mengenalku?" Evelyn menatap sinis."Oh, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Dion, aku sangat menyukai bunga," ujar pria yang bernama Dion itu.Mendengar ucapan Dion, Evelyn mendadak melonggarkan kewaspadaannya. Ia berpikir jika mungkin pria di depannya adalah salah satu pelanggan di toko bunganya dulu."Dan aku begitu menyukai rangkaian bunga buatanmu," sambung Dion.Evelyn secara tak sadar mengehela napas panjang, sepertinya kali ini ia sudah benar-benar menghilang kecurigaan dan berpikir jika Dion adalah salah satu pelanggan yang masih mengingatnya."Klinik
"Foto apa yang Sean kirimkan?" Evelyn langsung membuka isi pesan tersebut.Diana hanya menatap dari depan, ia terus mengawasi Evelyn karena sejak ponselnya berbunyi mendadak wajahnya jadi berubah.Saat sedang membuka pesan dari Sean, Evelyn seketika mengerutkan alis. Siapa sangka jika suaminya ternyata malah mengirimkan beberapa foto yang cukup membuatnya marah."Apa-apaan ini?" Evelyn menjadi tersulut emosi."Ada apa, Kak?" Diana sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya lagi.Evelyn menoleh ke arah Diana sekilas, ia memperlihatkan layar ponselnya pada perempuan itu.Mendadak Diana membelalak terlebih apa yang dilihatnya sangatlah menyebalkan."Bagaimana mungkin para preman itu bisa memukul seorang perempuan tua dan anak kecil?""Ini tidak bisa dibiarkan. Aku benar-benar benci sikap arogan mereka. Kita harus segera menyebarkan ini di media sosial," gumam Evelyn yang saat itu segera menelepon Sean untuk merundingkan masalah preman yang meresahkan."Ya, apa yang akan kamu lakukan sela
"Jadi, apa yang ingin Key katakan?" sambung Sean yang cukup penasaran dengan isi kepala sang anak.Kelvin terlihat ragu, tampaknya ia masih merasa canggung pada Sean yang baru saja melarangnya untuk berlatih bela diri."Itu …" Kelvin terdiam kembali, lalu menatap Sean sekilas."Kenapa? Takut Ayah marah?" Sean tersenyum tipis."Bukan begitu, Ayah." Kelvin menghela napas sejenak. "Kalau tidak boleh berlatih, apa Key boleh menonton orang berlatih bela diri?"Kelvin tak berani menatap sang ayah, ia khawatir mendapat penolakan lagi."Baiklah, kalau hanya menonton sih tidak masalah," sahut Sean sambil.mengusap lembur kepala Kelvin."Yeay, Key bisa melihat orang berlatih, Yeay," teriak Kelvin sambil melompat pelan di dekat ayahnya.Sean lagi-lagi hanya bisa tersenyum melihat tingkah Kelvin. Ia tahu betul jika anaknya itu benar-benar memiliki tekad untuk melindungi ibunya, tetapi mau bagaimana lagi dirinya pun tak ingin jika Kelvin sampai mengalami cedera mengingat ia masih terlalu kecil dan
Kelvin yang semakin diliputi rasa cemas itu lantas berlari kecil, lalu menghadang Sean berjalan masuk."Ayah tidak boleh masuk?" teriak Kelvin sambil merentangkan tangannya.Mendengar teriakan Kelvin, Evelyn yang berniat untuk tidur pun tersentak dan langsung menoleh ke arah sumber suara."Apa yang Key lakukan? Kenapa menghalangi Ayah begitu?" Evelyn beranjak, duduk di kasur.Kelvin menoleh sebentar dengan wajah terlihat begitu panik. Saat sedang lengah, Sean malah menggendongnya."Lepaskan! Ayah tidak boleh masuk ke kamar!" teriak Kelvin sambil meronta-ronta.Saat itu juga, Sean langsung menaruh tubuh kecil Kelvin di tengah kasur, dekat dengan Evelyn."Ada apa? Kalian hanya pergi sebentar dan saat kembali malah terus bertengkar," protes Evelyn sambil tersenyum karena gemas melihat tingkah ayah dan anak itu.Saat itu juga Kelvin yang sudah tidak berdaya memilih untuk berbaring, lalu menutup telinganya saking cemas jika pertengkaran di antara kedua orang tuanya."Ada hal yang ingin kut
Terima kasih buat semua reader yang sudah mengikuti cerita sampai sejauh ini. Othor bukan apa-apa tanpa kakak² reader.Oh, iya othor mau sedikit menceritakan beberapa kisah tokoh yang nggak muncul di akhir.Ada yang cariin Daren nggak ya? kakak tiri Evelyn yang sempet punya rasa itu akhirnya bisa melupakan istri dari sang atasannya itu, dia memilih untuk melamar kekasih sesama rekan kerja di perusahaan Sean.Lukas, si asisten gila kerja itu lebih milih untuk fokus ngurus perusahaan yang Sean titipin loh. Beberapa kali Sean berusaha ngejodohin sama perempuan malah berakhir di tolak, ya itu semua karena dia gila kerja.Jennifer, kakak tiri Evelyn yang udah insyaf ini milih menjauh dari kehidupan dulu. Dia pergi ke luar negri dan diam-diam menikah dengan warga lokal.Yang lebih mengejutkan, nggak berselang lama setelah Evelyn melahirkan, Nicki melamar Diana di depan orang ramai. Ya, cinta tumbuh karena biasa, kebersamaan bikin benih-benih cinta itu tumbu. Tapi, tenang aja, meski udah bern
Sean tampak kebingungan, tak tahu sang istri hendak mengajaknya ke mana. Sampai saat mereka berdiri di depan sebuah rumah barulah mengerti alasan Evelyn membawanya ke sana.“Kuharap ibu tidak ada sangkut pautnya dengan masalah korupsi dan perdagangan manusia.” Evelyn tampak terus menghela napas berat, terlebih di setiap kali teringat ibunya.Sean tak mau berspekulasi lebih dan hanya berniat untuk menyaksikan apa yang akan terjadi nantinya.“Ibu ….” teriak Evelyn sambil berjalan cepat ke arah pintu.Namun, ketika masuk ke rumah, Evelyn sama sekali tak mendapati keberadaan sang ibu. Ia mencari ke kamar, dapur bahkan ke gudang, tetapi Rose sama sekali tak ada.“Sepertinya ibumu telah pergi, Evelyn.” Sean merangkul sang istri yang tampak sedang kecewa.“Aku tidak menyangka ibu jadi seperti ini.” Mata Evelyn berkaca-kaca.“Sudahlah, mau bagaimana kalau itu semua sudah menjadi pilihan ibu. Lebih baik kita pulang sekarang, Kelvin sudah menunggumu.”Evelyn mengangguk, rasanya ingin menangis t
Namun, pria yang menariknya itu malah seakan tak memperdulikan Evelyn dan terus menarik entah hendak membawanya ke mana.“Lepaskan! Atau aku akan melakukan sesuatu yang membuatmu menyesal!” ancam Evelyn sambil terus berusaha melepas tangan pria itu.Mendadak pria itu menghentikan langkahnya, menatap Evelyn dengan tatapan datar.“Bu Evelyn, saya tidak bermaksud jahat. Maaf karena saya telah lancang membawa Anda dengan kasar, tapi kalau tidak begini saya khawatir Anda akan kabur dan melewatkan apa yang sedang Pak Sean lakukan,” jelas pria itu.“Pak Sean? Siapa kamu? Bukankah kamu warga asli desa ini?” Perasaan Evelyn menjadi tak karuan saat mendengar ucapan pria itu.“Saya anak buah Pak Sean yang bertugas untuk mengawasi Anda karena secara kebetulan juga merupakan warga desa,” terang anak buah Sean itu.Evelyn belum percaya sepenuhnya, tatapan penuh kecurigaan terus ia perlihatkan. Wajar jika perempuan itu tidak langsung percaya karena bagaimanapun dirinya sedang berada di posisi yang me
Noah terus memperhatikan sekeliling, mengawasi Joseph dan Viona, berharap jika kedua orang itu tidak sedang memperhatikannya. Dan benar saja, mereka sedang asyik dengan orang-orang yang sedang berusaha menjilat.“Aku harap ini akan berhasil,” gumam Noah yang segera beranjak, lalu menyelinap keluar dari pesta.Beruntung saat itu tidak ada yang memperhatikannya, sehingga Noah bisa leluasa berjalan ke sana kemari tanpa ada yang mengetahui.Namun, saat ia sampai di rumah, dari kejauhan terlihat ada beberapa orang yang menjaga area sekitar rumah Joseph tersebut, karenanya Noah berusaha untuk terlihat tenang dan menyembunyikan niat buruknya.“Tuan muda, kenapa Anda sudah kembali? Bukankah pesta masih sedang berlangsung?” tanya salah seorang pria yang sedang menjaga rumah Joseph tersebut.“Ayah menyuruhku untuk membawa perempuan itu ke pesta,” ucap Noah yang terlihat begitu gugup.Awalnya para penjaga sedikit tidak yakin dengan ucapan Noah tersebut. Namun, mereka berpikir kembali, untuk apa
Kelvin tidak mengerti dengan maksud ayahnya, tetapi ia tetap mengizinkan selama bisa membawa sang Ibu kembali.“Hati-hati di jalan, Ayah! Jangan lama-lama,” pinta Kelvin sambil melambai.Mata Kelvin berkaca-kaca. Namun, ia berusaha untuk tetap tegar karena itu semua demi kebaikan sang ibu. Beruntung ada Nicki dan Diana yang selalu menemani, setidaknya bocah itu tidak terlalu berlarut dalam kesedihan.“Paman Nick apakah ayah akan pergi lama?” tanya Kelvin yang wajahnya jelas terlihat sedang menahan tangis.“Paman tidak bisa memastikannya, tapi ayah pasti tidak mau berlama-lama jauh dari Key.”Kelvin tersenyum, berusaha untuk kuat. Bocah itu seakan didewasakan oleh keadaan, yang mana di usianya dia sudah mengalami banyak masalah.Di tengah kegelisahan Kelvin, Sean saat itu malah sedang merasa bahagia karena pada akhirnya semua bukti dan saksi sudah terkumpul, hanya tinggal menjalankan rencana yang sudah matang itu.Sean melaju, menuju salah satu gudang terbengkalai yang berada ujung kot
Evelyn begitu mengenali wanita yang kini berada di hadapannya. Bagaimana tidak? ingatan akan kenangan pahit masih terus terngiang, tidak mungkin terlupakan.“Siapa sangka ternyata kita bisa bertemu lagi,” ucap wanita itu.Evelyn benar-benar benci menatap wajah wanita yang terlihat menjijikan itu, melihatnya membuat teringat pada Sean.“Aku kan tidak menyangka akan bertemu dengan wanita menjijikan sepertimu,” ucap Evelyn dengan tatapan sinis.Ucapan Evelyn berhasil memancing emosi wanita itu. Senyum yang semula tampak penuh penghinaan berubah dengan rasa sakit hati yang jelas terlihat.“Jaga ucapanmu itu jika tidak mau ku buat hidupmu lebih menderita!”Melihat wanita itu kesal, Evelyn merasa sedikit puas, setidaknya perempuan itu merasa sakit hati walaupun hanya sedikit.Namun, rasa senang Evelyn hanya bersifat sementara karena saat itu ia malah ditarik secara paksa menuju ke tempat Joseph berada.“Hentikan! Aku tidak ingin pergi dengan manusia jahat seperti kalian!” timpal Evelyn samb
“Apa maksudnya dengan semua ini? Kami datang bersama-sama tapi kenapa malah melarangku untuk keluar dari Desa ini?” Evelyn menatap tajam kedua penjaga gerbang Desa tersebut.“Maaf, ini semua atas perintah Tuan Joseph. Kami tidak mungkin membantahnya,” jawab salah seorang penjaga.“Kenapa dia terus mengusik hidupku?” Evelyn berusaha mengatur nafas yang sesak akibat emosi yang sudah terlalu bergejolak di dada.Evelyn tidak tahu harus berbuat apa, sampai sekilas terbesit sebuah ide yang sepertinya cukup menarik untuk dilakukan. Ia mendekat perlahan ke arah Diana, lalu berbisik, “kalian pergilah duluan! Aku akan menyusul setelahnya.”Diana tidak setuju dengan ide Evelyn tersebut, tetapi berulang kali menolak pun percuma karena atasannya itu terus memaksa dan mengatakan semua akan baik-baik saja “Percayalah padaku!” ungkap Evelyn dengan senyum yang ia tunjukkan demi berusaha menutupi kegelisahannya.“Tapi, Kak …..” Diana masih ragu untuk meninggalkan Evelyn seorang diri.“Sudahlah, yang t
Di saat Sean rengah mengumpulkan banyak bukti untuk menghancurkan Joseph, di sisi lain Evelyn sedang dalam keadaan hancur, terlebih karena Kelvin terus menanyakan tentang keberadaan ayahnya.“Ibu, kapan ayah pulang? Katanya cuma sebentar!” Kelvin terus mengatakan hal tersebut berulang-ulang.“Ibu tidak tahu, mungkin akan lebih lama karena ini masalah pekerjaan,” ucap Evelyn yang matanya berkaca-kaca.“Ayah jahat! Tega sekali meninggalkan Key,” rengek Kelvin yang bertingkah seperti bocah tantrum.Evelyn tak tahu lagi harus mengatakan apa pada Kelvin. Sang anak seakan tak terima dengan kepergian ayahnya, ia bahkan tak bisa membayangkan bagaimana kedepannya, mengingat dirinya sendiri tidak tahu kapan bisa bertemu lagi dengan Sean setelah setelah kejadian sebelumnya.Beruntung Diana dan Nicki seringkali bertindak cepat. Mereka langsung mengajak Kelvin bermain, berusaha mengalihkan perhatian bocah itu.“Apa kamu tahu apa yang sedang terjadi dengan Pak Sean?” tanya Diana sambil berbisik, ta
Sean seketika bingung, merasa tidak kenal dengan perempuan itu.“Siapa kamu?” tanya Sean sambil mengerutkan alis.“Menyebalkan, ternyata kamu sudah melupakanku!” protes wanita itu.Meski berusaha mengingat, tetap saja Sean lupa jika pernah bertemu dengan wanita itu.“Cepat katakan saja siapa kamu!” seru Sean yang tidak suka bertele-tele.Perempuan itu malah tertawa dengan begitu kencangnya. Wajahnya menunjukkan jika ia memiliki maksud yang tidak baik.“Apa kamu ingat kopi tumpah dan penguntit?” Perempuan itu tersenyum licik.Hanya dengan beberapa kata Sean langsung teringat kejadian di mana seorang wanita pernah menumpahkan kopi pada pakaiannya dan mengaku jika dirinya sedang diikuti oleh seorang penguntit.“Apa maumu?” Sean menatap wanita itu dengan wajah datar.Perempuan itu malah tertawa lagi, lalu tatapannya seakan menatap Sean penuh kebencian.“Salahmu sudah mengabaikanku waktu itu, padahal awalnya aku tidak berniat menuruti permintaan Ayah untuk menjebakmu. Tapi sikapmu yang som