Evelyn dan Sean segera menoleh ke arah sumber suara, yang mana ternyata saat itu sedang ada Jennifer di depan Helen."Cepat ganti pakaianmu! Jangan sampai ada keributan di rumah ini," bisik Helen pada Jennifer yang saat itu mengenakan pakaian seksi."Kenapa Ibu menjadi begitu takut pada Evelyn? Aku berbuat seperti ini agar Sean tertarik padaku dan meninggalkan perempuan menyebalkan itu," bisik Jennifer yang samar terdengar oleh Evelyn dan juga Sean.Saat itu Evelyn langsung melirik Sean, memastikan apakah suaminya itu sedang menatap Jennifer atau tidak.Beruntung Sean yang sigap langsung menoleh ke arah lain seakan-akan ia sama sekali tidak melihat Jennifer yang sedang mengenakan pakaian seksi."Apa kamu begitu tidak tahu malu? Berusaha menggoda suami dari saudarimu sendiri," timpal Evelyn seraya tersenyum menghina.Jennifer yang terpancing emosinya memilih untuk menghampiri Evelyn dan mengabaikan permintaan sang ibu untuk berganti pakaian. Karena sudah tidak tahu harus berbuat apa, H
Helen segera meraih kertas yang ada di meja itu, meski tidak mengerti dengan maksud Evelyn. Namun betapa terkejutnya perempuan itu saat melihat apa yang tertera di kertas tersebut."I-ini, apa maksudnya?" Tangan Helen gemetar, ketakutan melihat kertas tersebut.Melihat respon sang ibu tiri Evelyn lantas tersenyum sinis."Bagaimana? Apa bukti itu cukup untuk menjelaskan jika Ibu sangat tahu seperti apa keadaan perusahaan keluarga Winston?" timpal Evelyn yang sejak tadi terus melirik ibu tirinya itu dengan sinis.Helen semakin kebingungan, tidak tahu harus berbuat apa. Terlebih, ia merasa sudah ketahuan basah dan tidak mungkin untuk mengelak lagi. Pada akhirnya ibu tiri Evelyn itu memilih cara konyol yang mungkin bisa membuat kedua orang dihadapannya merasa kasihan.Segera, Helen menghampiri Evelyn, lalu bersujud di kakinya."Itu semua untuk keperluan ayahmu. Meski tidak berdaya tetap saja ia itu mahluk hidup yang butuh perawatan dan lain-lain," jelas Helen yang mengeluarkan air mata bu
Sebenarnya Evelyn sedikit malas untuk memberi sebuah tawaran yang menguntungkan Helen, tetapi mau bagaimana lagi, hanya dengan seperti itu ia bisa mengambil sang ayah dari tangan ibu tirinya."Aku akan memberikan uang bulanan sesuai yang ibu inginkan!" tegas Evelyn yang terus menatap Helen dengan sinis. Bagaimanapun sebenarnya ia malas berbicara dengan ibu tirinya itu.Awalnya Helen sempat tergiur, tetapi jika hanya uang bulanan itu sama sekali tidak sebanding dengan sang suami yang bisa memberikan segalanya meski tidak berdaya."Maaf tapi Ibu tidak tertarik, kupikir kamu akan memberikan Win Company sebagai bayarannya. Jika hanya uang bulanan, sepertinya uang pemberian Daren saja sudah cukup," jelas Helen yang wajahnya mendadak terlihat kecewa.Evelyn benar-benar kesal dengan jawaban Helen yang dengan tidak tahu malunya menolak uang bulanan dan malah menginginkan perusahaan keluarga Winston menjadi miliknya.Karena tidak mungkin untuk merebut sang ayah dari tangan istrinya, Evelyn mem
"Sial, ini semua gara-gara kamu, Evelyn!" oceh salah seorang perempuan."Aku?" Evelyn menunjuk wajahnya. "Padahal kalian yang memulainya," balasnya.Merasa tak terima dengan ucapan Evelyn, seorang perempuan yang begitu membencinya pun langsung menarik rambut Evelyn dengan ganasnya. "Apa kamu gila? Sejak pertama kerja aku tidak pernah lakukan apa-apa tapi kamu terus saja membenciku!" hardik Evelyn yang sudah hilang kesabarannya.Pertengkaran itu terus berlanjut sampai security muncul dan melerai mereka."Tolong jangan buat keributan. Kalau ingin bertengkar saat pulang kerja saja!" seru security tersebut.Evelyn hanya membuang pandang, ia segera pergi menuju ruang HRD agar masalahnya cepat selesai.Tak berselang lama, para karyawan yang membuat keributan itu menyusul menuju ruangan HRD.Karena saat itu begitu banyak orang yang terlibat masalah, HRD meminta mereka untuk pindah ke salah satu ruangan demi mendapat pembinaan.Saat itu, di sudut ruangan, kepala HRD yang mengetahui identitas
Sean tersenyum lebar, kebahagiaan terpancar dari wajahnya. Melihat hal tersebut Evelyn menjadi sedikit curiga jika sang suami sedang merencanakan sesuatu."Mendekatlah! Aku malas berteriak," ungkap Sean sambil tak hentinya tersenyum.Evelyn segera menghampiri suaminya itu sambil bertanya-tanya di dalam hati karena merasa ada yang aneh dengan Sean.Saat telah sampai di dekat Sean, segera Evelyn menatap suaminya itu, berharap mendapat kabar penting karena ia sampai rela izin pulang cepat hanya demi bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi."Jadi, ada apa?" Evelyn menatap Sean lekat."Karena Kelvin sedang sekolah, bagaimana kalau kita melakukannya sekarang," usul Sean yang juga menatap Evelyn dengan lekat.Evelyn tertegun, ia menatap Sean cukup lama tanpa berkata-kata. Rasanya ucapan yang keluar dari mulut sang suami seakan menghipnotis Evelyn membuatnya terdiam untuk beberapa menit."Bagaimana? Kita hanya melakukannya sekali saat itu," keluh Sean."Apa kamu gila? Aku sampai izin pulang cep
"Tentu saja aku sangat waras, aku sampai menyiapkan banyak pengawal untuk menjaga Kelvin saat berkemah nanti jawab Sean yang merasa jika idenya sangatlah cemerlang "Tapi ini tidak masuk akal! Bagaimana mungkin anak yang baru saja masuk sekolah, secara tiba-tiba mengadakan kemah, bahkan hampir dua Minggu lamanya." Evelyn menganga sambil menatap Sean yang sejak tadi terus tersenyum penuh kemenangan."Memangnya kenapa? Aku sudah memesan paket bulan madu selama dua minggu. Jadi kemah itu pun harus kubuat selama dua minggu," ungkap Sean.Lagi-lagi Evelyn hanya bisa dibuat menggelengkan kepala, tidak menyangka jika ternyata sang suami sampai berbuat sejauh itu hanya demi bisa berbulan madu. Ternyata Sean yang sudah tidak bisa menahan gejolak di dadanya itu sampai membayar pihak sekolah agar mengadakan acara kemah, meski hal tersebut sedikit tidak masuk akal untuk anak-anak kecil.Kelvin sejak tadi hanya memperhatikan kedua orang tuanya. Bocah itu benar-benar tidak mengerti dengan apa yang
"Tentu saja, memang kenapa?" Sean mengerutkan alis."Tidak ada, hanya saja. Aku tidak terbiasa melakukan perjalanan di laut," ungkap Evelyn sambil tersenyum canggung."Aku tahu, makanya sengaja membawamu kemari agar terbiasa menaiki kapal pesiar." Sean menggenggam tangan Evelyn erat.Evelyn yang semula sempat ragu dan gelisah saat melihat kapal pesiar mendadak menjadi memiliki keberanian saat Sean menggenggam tangannya dengan erat.Keduanya segera menuju kapal pesiar yang hanya bisa dinaiki oleh para miliarder kelas dunia. Semua fasilitas terbaik ada di sana, wajar saja jika hanya untuk sekali trip Sean sampai harus mengeluarkan uang $20.000 per orangnya.Evelyn yang sama sekali tidak pernah menaiki kapal pesiar dibuat takjub melihat bagian dalamnya. Benar-benar seperti tidak sedang berada di dalam kapal.Saat keduanya melintas di bagian restoran, seorang pria dari kejauhan memanggil Sean dengan begitu lantangnya."Pak Sean! Kemarilah!" ucap pria itu seraya melambai ke arah Sean.Sean
Hallo, jadi bab sebelumnya tuh sempet ada yang eror, tapi sudah diperbaiki ya. Nah, karena itu author mau kasih spesial buat bab ini gratis … so stay terus di novel ini ya. ***Sean terus menguping dan berusaha memastikan siapa orang di luar kamar dengan berjalan sambil berjinjit menuju ke pintu untuk melihat seseorang diluar dari lubang intip."Siapa?" tanya Evelyn dengan suara sangat pelan.Namun, saat sedang mengintip ke luar, Sean sama sekali tak melihat siapa pun di depan pintu."Tidak ada siapa-siapa," sahut Sean sambil mengangkat bahunya sekilas. "Mungkin kita salah dengar."Evelyn menghela napas dalam, mendadak merasa tidak nyaman dengan situasi yang membuat mereka harus terus menghindar dari kejaran atasan Daren."Sayang, aku tidak nyaman dengan situasi ini," ungkap Evelyn yang dari wajahnya terlihat jika ia sedang merasa tidak senang."Apa katamu barusan?" tanya Sean seraya mendekatkan telinganya pada Evelyn."Aku tidak nyaman dengan situasi ini." Evelyn mengulanginya lagi.