" Iya saya Vania. Ada apa ya? Gimana keadaan anak saya?" tanya Vania.Sungguh perasaan vania saat ini merasa sangat begitu resah, dia tak bisa menyembunyikan perasaan bersalahnya kepada kedua buah hatinya."Silahkan ibu masuk dokter ingin bertemu dengan ibu." jawab perawat tersebut.Dan Vania pun melangkahkan kakinya mengikuti langkah dari perawat yang berjalan di depannya,Perawat tersebut menujukan ruangan dokter telah menangani anaknya.Sampailah di ruangan dokter tersebut, Vania masuk ke dalam ruangan yang berukuran 3×3."Selamat malam dok, ini orang tua dari pasien yang bernama Vero." seru perawat tersebut kepada dokter yang sedang duduk di kursi meja kerjanya.Vania pun dipersilakan oleh dokter tersebut untuk duduk."Silakan duduk ibu." seru dokter tersebut.Dan dokter pun mulai menjelaskan mengenai kondisi dari Vero."Pasien atas nama Vero keadaannya masih kurang stabil, jadi saya mohon untuk salah satu orang dewasa yang berjaga di sini. Karena kami takut jika ada apa-apa te
Hans keluar ruangan dokter...Dia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang rawat di mana ada Vero yang sedang terbaring dirawat.Hans duduk di samping ranjang dari Vero,Terlihat di sekujur badan Vero banyak luka dan di balik perban masih tersisa sedikit darah yang masih merembes,Itu yang menyebabkan dia kekurangan darah.Hans meraih tangan Vero, "Vero ayo bangun, ini ada papa, kamu cepat sembuh ya. Kalau kamu sembuh nanti kita jalan-jalan, papa janji kemana pun kamu mau" seru Hans.Namun Vero tetap terdiam, matanya masih terpejam dengan erat.Keesokan harinya.Tepat pukul jam 06. 00 pagi Vania datang bersama dengan Vino,Dia datang dengan membawa sebuah kotak yang berisi menu sarapan."Paaaa." seru Vino yang datang lalu memeluk Hans.Hans pun langsung menyambut pelukan Vino."Iya ada apa Vino?" jawab Hans dengan penuh kasih sayang.Dan Vania pun memberikan kotak makan yang berwarna biru kepada Hans,Dan hal tersebut membuat Hans melepaskan pelukan Vino dan meraih kotak makan
"Kenapa?" tanya Hans sambil melangkahkan kakinya satu langkah ke depan.Sedangkan Vania memundurkan satu langkah ke belakang.Tatapan mereka begitu sangat intens,Vania berusaha untuk menghindari yang berusaha mendekati dirinya,Vania sedikit takut, Vania takut jika dirinya jatuh cinta."Yang kedua, usia Vero dan Vino, jika aku hitung-hitung itu sangat pas dengan pertemuan kita malam itu." serunya sambil bola matanya bergerak ke atas, itu adalah sebuah tanda jika dirinya mengingat-ingat sesuatu.Hans melangkahkan kakinya satu langlah kedepan kembali sedangkan Vania memundurkan satu kali langkahnya,Vania hanya bisa terdiam dia tak bisa berkutik sedikitpun, memang itulah yang terjadi sebenarnya."Dann yang ketiga, golongan darahku itu sama dengan golongan darah Vero," lanjut Hans yang membeberkan beberapa fakta yang diketahuinya selama ini.Dan Hans mendekatkan wajahnya,"Dan satu hal yang tidak kamu ketahui ibu Vania, Vero dan Vino memiliki alergi seafood, dan itu adalah alergi yang s
" pa... ma." sahut Vero.Mata Vero terbuka. Dan dia menatap Hans dan Vania yang tengah berdiri di sampingnya,Vania yang melihat itu dia pun langsung melangkahkan kakinya menuju ranjang tempat tidur Vero."Ahh sayang akhirnya kamu bangun juga, kamu jangan buat mama khawatir dong, kamu jangan gerak dulu ya." seru Vania yang memperbaiki tangan Vero yang di balut dengan perban yang sedikit bergerak.Vero pun nenganggukkan kepalanya,Dia menatap Vania, lalu pergantian menetap Hans yang berdiri di belakang Vania."Mama sama papa gak kerja?" tanya Vero kepasa Vania dan Hans.Hans menggelengkan kepalanya, dia melangkahkan kakinya mendekati Vero dan berdiri tepat di dekat Vania."Sudah ya kamu gak usah mikirin mama sama papa, yang penting kamu sehat. Nanti jika kamu sudah sehat, papa akan ajak kalian kemana pun kalian mau." Hans yang memberikan janji manis kepada Vero.Vania yang mendengar itu dia pun memutar bola matanya.Vino masuk dan dia mendenger janji manis dari mulut Hans. "Oh iya
Ibu Lucie meraih remote tv yang berada di depannya, tepatnya di atas meja. Ia menekan tombol off.l untuk mematikan televisinya. "Bener laki-laki kebangeten, sangat mengesalkan sekali." ujarnya.Dan bu Lucie beranjak dari duduknya lalu membalikkan badannya, "Ehhh Hans, anak mama." serunya dia menyapa Hans dengan heboh karena ini sangat jarang terjadi Hans datang ke rumahnya, biasanya bu Lucie jika ingin ketemu Hans harus pergi ke kantornya.Hans yang berdiri dengan membawa sebuah tas kecil di tangan kanannya dia pun terpana melihat mamanya yang sekarang yang makin cerewet dan hebih itu."Sudah selesai ma marah-marahnya?" tanya Hans kepada bu Lucie.Bu Lucie memutarkan bola matanya, nampaknya dia masih sedikit kesal karena perasaannya terbawa oleh berita yang ditontonnya."Sudah." jawabnya ketus.Dan Hans pun melangkahkan kakinya untuk duduk di sofa, dia duduk berhadapan dengan bu Lucie."Ini buat mama." memberikan sebuah tas kecil dan diletakkan di atas meja tepat di hadapan mamanya.D
"Apa paa?" tanya Hans.Pak Bram meminum kopi yang berada di depannya."Papa sama mama ingin menjodohkan kamu dengan seorang wanita, mengingat kamu sampai seusia seperti ini belum pernah membawa seorang wanita. Jadi papa pikir papa ingin menjodohkan kamu dengan anak teman papa." ujarnya.Hans pun langsung membalikkan badannya dan dia pun kembali duduk di sofa di mana tempat duduk awalnya.Hans pun sangat terkejut, dia Tak habis pikir dengan apa yang dikatakan oleh Papanya yang sedari awal selalu menyuruhnya untuk menikah."Pa sudah lah pa jangan paksa Hans, Hans ini sudah dewasa, jadi Papa tak perlu khawatir toh kalau sudah waktunya pasti akan Hans kenalkan. Tapi sabar dulu." Jika dulu Pak Bram selalu berbicara tentang pernikahan menjodohkan dirinya dengan seorang, Hans tak pernah mengucapkan kata apapun dia langsung pergi begitu saja tanpa memberi jawaban.Namun kali ini Hans telah memberi jawaban kepada Papanya."Gini saja sudah Hans, papa kasih waktu kamu satu bulan. Jika sampai dal
Sampailah di ruangan meeting, di mana ruangan itu terdapat sebuah meja yang besar dan dikelilingi banyak kursi.Semua orang telah duduk di sana, tak terkecuali para desainer yang berada di bawah naungan Hans,Hans pun mengambil posisi duduk yang berada di depan.Sedangkan Vania melangkahkan kakinya untuk mengambil duduk di bagian tengah.Jam sudah menunjukkan pukul 08. 00 pagi, acara meeting pun dimulai.Acara meeting hari ini dipimpin oleh Andre, sang asisten dari Hans.Andre yang sedang memakai sebuah setelan jas yang berwarna hitam sedang berada di atas podium sambil membawa secarik kertas." Selamat pagi semuanya Terima kasih atas kehadiran kalian di pagi hari ini, di sini ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan dalam acara meeting hari ini." sapa Andre kepada para peserta meeting.Para peserta meeting yang sedang duduk Mereka pun mendengarkan penjelasan dari Andre secara seksama.Dan Andre pun menjelaskan rentetan demi rentetan acara yang akan dibawakannya."Di sini ada sebuah
Hans keluar dari wilayah perusahaannya dengan mengendarai mobilnya,Di dalam mobil dia mencari keberadaan dari vania.Entah mengapa Hans merasa jika Vania adalah bagian dari hidupnya,Tak ingin menyia-nyiakan, Hans berusaha mengejar Vania,Dan ternyata Vania berada di halte.Hans pun menghampiri Vania dan berhenti di depannya.Hans membuka kaca jendelanya, "Ayo masuk." seru Hans kepada Vania dari dalam mobil.Vania pun langsung masuk, dia pun duduk di damping Hans dan langsung mengajak Hans ke rumah sakit.Mereka pun kembali ke rumah sakit.Sesampai rumah sakit.Vania masuk di ikut Hans yang berjalan di belakangnya."Sayang," seru Vania yang datang menyapa Vero lalu memegang tangan Vero.Vania merasa sangat khawatir dengan keadaan Vero yang di rumah sakit, "Mana yang sakit?" tanya kembali Vania.Vero menggelengkan kepalanya, dia melihat Vania tersenyum."Ma Vino kemana?" tanya Vero.Vania pun menjelaskan jika Vino sekarang lagi ikut kegiatan olah raga di wilayah sekitar apartemen."V