Juna pun bingung.
Di luar ramai sekali tamu, bagaimana mungkin menutupi hal ini dari semua orang.Dia pun dengan cepat memutar otaknya untuk mencari jalan keluar."Pergi bawa gadis ini lewat pintu darurat! Setelah sampai di bawah langsung saja bawa dia ke kantor polisi. Aku akan menyusul nanti!" perintah Joseph cepat."Baik, Pak!" jawab mereka patuh."Lepaskan aku! Brengsek kalian semua! Kalian mau saja dibodohi pria ini! Sialan!" pekik Dinda meronta sekuat tenaganya.Juna pun dengan cepat membuka dasi yang dipakainya dan langsung mengikatnya di mulut Dinda, sehingga suara gadis itu bisa teredam.Jangan sampai orang lain mendengarnya berteriak di sepanjang jalan dan itu bisa menimbulkan kekacauan di luar sana.Beruntung juga sekarang musik sedang diputar karena penyanyi sedang menyumbangkan suaranya di panggung, jadi suara lain bisa tersamarkan."Hmmpphhh!!!"Hanya itu yang terdengar dari gadis ituPupil mata gadis itu melebar seperti tidak percaya dengan ucapan yang didengarnya barusan. Dia pun menggenggam jeruji besi itu dengan erat. Menatap pria itu dengan kilatan api kebencian yang menyala. Baginya Juna sama saja dengan Sam. Membuatnya menderita. Dia mencoba untuk tetap kelihatan kuat. "Kau tidak akan bisa melakukan hal itu! Pria brengsek! Sialan kalian semua!" makinya dengan berteriak kencang. Juna pun tersenyum miring dengan menatap remeh pada gadis itu. "Apa kau lupa sedang berhadapan dengan siapa Nona cantik? Dengan semua kekayaan yang Tuan Sam miliki, sekarang juga aku bisa memerintahkan mereka untuk mengeksekusi dirimu! Paham!" desis Juna dengan geram. Lagi-lagi dia harus mengepalkan kedua tangannya dengan erat untuk menahan emosinya yang sudah sampai di ubun-ubun. Gadis yang dianggapnya sudah gila ini benar-benar menguji kesabarannya. Dinda pun terdiam mendengar ancaman yang diucapk
(ada adegan dewasa, harap pembaca bijak!) "Shit! Siapa yang berani datang kemari?!" desisnya sambil mengatupkan rahang. Sarah pun berusaha untuk menenangkan suaminya. "Sam, sabar. Siapa tahu itu penting atau Mama yang datang," ucapnya lembut. Sam pun akhirnya mengalah dan mengikuti ucapan istrinya. "Oke, tunggu sebentar!" ujarnya sedikit ketus. Sam pun mengambil bathrobe di kamar mandi lalu pergi keluar untuk melihat siapa yang sudah berani mengganggu kegiatan pentingnya malam ini. Ketukan pintu pun kembali terdengar. Hal itu semakin membuat Sam kesal saja. Dia berjalan cepat dan membuka pintu dengan sedikit kasar. "Selamat malam, Tuan. Maaf mengganggu, aku ingin melaporkan tentang gadis gila tadi," ucapnya datar tanpa rasa bersalah. "Juna!!!" pekik Sam kesal sambil mengepalkan tangan kanannya. Juna pun mengernyitkan dahinya dan juga sedikit heran melihat penampilan Sam.
Besok paginya…. Matahari sudah mulai menampakkan diri dengan sinar cerahnya. Kedua pasangan pengantin baru itu masih tidur dengan sangat nyenyak. Sprei yang terlihat berantakan dan pakaian yang berserakan di lantai.Sam yang memeluk Sarah dari belakang dengan erat menjadi pemandangan indah pagi hari ini. Tubuh mereka hanya ditutupi dengan selimut tebal berwarna putih. Beberapa menit kemudian Sarah terbangun. Matanya perlahan terbuka dan mengerjap beberapa kali. Dia merasa tubuhnya menahan beban berat, ternyata ada tangan Sam yang melingkar di perutnya. Dia pun kaget sampai terduduk. "Aakhhh!!!" pekiknya spontan lalu menutup mulutnya. Dia pun melihat sekeliling dan akhirnya baru sadar kalau berada di kamar hotel dan saat menoleh ke samping, wajah tampan suaminya yang tertidur pulas menyejukkan matanya. Sarah pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia masih malu kalau mengingat kejadian semalam. Apalagi penampilannya sangat berantakan dengan rambut yang sudah tidak be
Wira pun melongo. "A-apa? Maksud Kakak? Apa hubungannya semua ini dengan Kak Reno? Apa dia juga ikut terlibat?" berondongnya dengan berbagai macam pertanyaan. Dia pikir mereka kembali bekerja sama untuk melakukan rencana penyerangan itu. Dinda hanya mengangkat kedua bahunya. Terlihat sangat acuh. "Tidak kok! Aku bekerja sendirian, tapi aku yakin kalau Sam akan mencarinya. Dia tidak tahu kalau aku sudah putus dari pria sialan itu!" ucapnya kesal karena mengingat lagi saat diusir paksa dari rumah mantan pacarnya itu. Wira pun menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, Kak. Setelah ini aku akan pindah dan semoga saja tidak ada yang tahu tentang masa lalu keluarga kita!" ungkapnya dengan kilatan mata sedih. Sudahlah sekarang hidup miskin dengan pekerjaan sederhana, dia juga harus menahan malu pada orang-orang di sekitar mereka yang tahu saat Dinda kembali masuk penjara.
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma