(ada adegan dewasa, harap pembaca bijak!)
"Shit! Siapa yang berani datang kemari?!" desisnya sambil mengatupkan rahang.Sarah pun berusaha untuk menenangkan suaminya."Sam, sabar. Siapa tahu itu penting atau Mama yang datang," ucapnya lembut.Sam pun akhirnya mengalah dan mengikuti ucapan istrinya."Oke, tunggu sebentar!" ujarnya sedikit ketus.Sam pun mengambil bathrobe di kamar mandi lalu pergi keluar untuk melihat siapa yang sudah berani mengganggu kegiatan pentingnya malam ini.Ketukan pintu pun kembali terdengar.Hal itu semakin membuat Sam kesal saja.Dia berjalan cepat dan membuka pintu dengan sedikit kasar."Selamat malam, Tuan. Maaf mengganggu, aku ingin melaporkan tentang gadis gila tadi," ucapnya datar tanpa rasa bersalah."Juna!!!" pekik Sam kesal sambil mengepalkan tangan kanannya.Juna pun mengernyitkan dahinya dan juga sedikit heran melihat penampilan Sam.Besok paginya…. Matahari sudah mulai menampakkan diri dengan sinar cerahnya. Kedua pasangan pengantin baru itu masih tidur dengan sangat nyenyak. Sprei yang terlihat berantakan dan pakaian yang berserakan di lantai.Sam yang memeluk Sarah dari belakang dengan erat menjadi pemandangan indah pagi hari ini. Tubuh mereka hanya ditutupi dengan selimut tebal berwarna putih. Beberapa menit kemudian Sarah terbangun. Matanya perlahan terbuka dan mengerjap beberapa kali. Dia merasa tubuhnya menahan beban berat, ternyata ada tangan Sam yang melingkar di perutnya. Dia pun kaget sampai terduduk. "Aakhhh!!!" pekiknya spontan lalu menutup mulutnya. Dia pun melihat sekeliling dan akhirnya baru sadar kalau berada di kamar hotel dan saat menoleh ke samping, wajah tampan suaminya yang tertidur pulas menyejukkan matanya. Sarah pun menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia masih malu kalau mengingat kejadian semalam. Apalagi penampilannya sangat berantakan dengan rambut yang sudah tidak be
Wira pun melongo. "A-apa? Maksud Kakak? Apa hubungannya semua ini dengan Kak Reno? Apa dia juga ikut terlibat?" berondongnya dengan berbagai macam pertanyaan. Dia pikir mereka kembali bekerja sama untuk melakukan rencana penyerangan itu. Dinda hanya mengangkat kedua bahunya. Terlihat sangat acuh. "Tidak kok! Aku bekerja sendirian, tapi aku yakin kalau Sam akan mencarinya. Dia tidak tahu kalau aku sudah putus dari pria sialan itu!" ucapnya kesal karena mengingat lagi saat diusir paksa dari rumah mantan pacarnya itu. Wira pun menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Aku benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiranmu, Kak. Setelah ini aku akan pindah dan semoga saja tidak ada yang tahu tentang masa lalu keluarga kita!" ungkapnya dengan kilatan mata sedih. Sudahlah sekarang hidup miskin dengan pekerjaan sederhana, dia juga harus menahan malu pada orang-orang di sekitar mereka yang tahu saat Dinda kembali masuk penjara.
Juna pun menautkan kedua alisnya mendengar permintaan Sam. Dia pikir Tuannya itu akan membicarakan soal pekerjaan atau sebuah proyek baru, tapi ternyata malah mencari pria yang sudah seharusnya mereka lupakan. "Maaf, Tuan. Kalau boleh saya tahu, untuk apa Tuan mencari pria itu? Bukankah kita tidak ada urusan lagi dengannya?" Juna memberanikan diri untuk bertanya. Sam pun membuka kancing jasnya dengan cepat dan duduk di kursi kebesarannya. "Juna, apa kamu lupa? Bukankah gadis gila itu bilang kalau ada yang membantunya bebas? Mereka bebas bersama dari penjara dan bisa saja kan pacarnya itu membantunya dalam penyerangan kemarin! Kau harus cari tahu hal itu!" ucapnya tegas. Juna pun buru-buru mengatupkan mulutnya. Dia malu, kenapa bisa sebodoh ini dan tidak terpikirkan ke arah sana.Padahal dialah yang seharusnya memikirkan hal itu, bukannya Sam. Juna pun mengangguk cepat sebelum Sam jadi marah, "Maafkan saya, Tuan! Saya ak
Kedua mata Reno pun terbelalak lebar. Entah kenapa dia merasa sangat takut kalau sudah menyangkut nama Papanya. Kali ini Juna berhasil membuatnya semakin kehilangan kendali. Tapi dia sudah bicara jujur dan mengungkapkan segala sesuatu yang Juna inginkan. Reno pun memutuskan untuk melunak dan mengikuti apa yang pria itu mau. Demi papanya!"Ja-jangan! Aku mohon jangan ganggu Papaku! To-tolong dengarkan aku! Aku bicara jujur dan sudah mengatakan semuanya padamu. Aku tidak tahu menahu tentang apa yang gadis itu lakukan! Percayalah!" ucapnya dengan mengiba. Sorot matanya terlihat sangat ketakutan sekaligus sedih. Reno tidak ingin Papanya susah lagi karena ulahnya. Uang mereka sudah banyak habis untuk menebusnya dari penjara. Dia tentu saja tidak ingin jatuh miskin. Saat ini saja mereka masih cukup kesulitan untuk mengembalikan harta kekayaan yang hampir terkuras habis. Demi menyelamatkan perusahaan dan nama ba
Johan pun tersenyum menyeringai dan menjawab dengan santai. "Tentu saja! Jangan panggil aku Johan kalau tidak bisa melakukan hal itu!" ujarnya dengan menepuk dada sebelah kirinya, terkesan bangga. Mereka berdua pun tertawa bersama dan sangat terlihat akrab dengan merangkul pundak masing-masing. "Ayo! Aku traktir minum sepuasnya! Hahaha!" serunya dengan bersemangat. Mereka pun masuk ke dalam mobil untuk pergi ke klub miliknya. Hari ini khusus untuk merayakan kebebasannya setelah beberapa waktu merasakan dinginnya tidur di balik dinding sempit dan pengap. Pria itu adalah Rio. Ya, Johan memenuhi janjinya untuk menolong temannya itu ke luar dari penjara. Tentu saja dengan uang Rio miliki saat ini cukup untuk membuatnya bebas dengan syarat tetap harus ada penjamin yang mewakilinya. Meskipun Sam sudah meminta pihak kepolisian untuk memberatkan hukumannya tapi pria itu tidak gentar dan putus asa.Dia sudah banyak melakukan segala cara untuk bisa bebas. Dan akhirnya setelah lama men
"A-apa?! Untuk apa, Tuan?" kening Juna langsung berkerut bingung. Sam pun menyandarkan punggungnya ke kursi. Terlihat tidak ada beban dan rileks. "Tenanglah, Juna. Aku punya rencana lain kali ini," ucap Sam santai. Juna pun mendengarkan apa yang Tuannya itu katakan tentang rencananya. Meskipun sedikit berbelit dan rumit tapi Sam akan berpura-pura tidak tahu perihal kebebasan Rio. "Tapi aku sedang tidak ingin membicarakan mereka saat ini, Juna. Nanti saja kita urus mereka. Fokus dulu pada jadwal pekerjaan kita ke depan. Lagipula aku tidak mau mereka mengambil alih semua pikiranku. Mereka itu hanya tikus kecil!" ujar Sam sambil mengibaskan tangan kanannya. Juna mengangguk setuju, tapi baginya tetap saja hal itu mengganggu pikirannya dan membuatnya tidak tenang. Bagaimanapun juga mereka sekarang akan terang-terangan menjadi musuh setelah kejadian ini. Entah kenapa perasaannya yakin akan hal itu. Dia juga ma
Rio tersenyum senang mendengar itu. Keduanya pun bergegas menghampiri meja tempat pria itu sedang duduk. Johan pun mulai mengenalkan Rio dengan temannya itu secara langsung. Pria itu pun berdiri untuk menerima jabatan tangan dari Rio. "Aku Rio! Senang bertemu denganmu!" ucapnya mulai duluan. Dia pun tersenyum tipis, "Aku Damar! Senang bertemu denganmu juga!" jawabnya dengan suara berat yang khas. Terdengar sangat jantan dan pria sekali. Tubuh tinggi, tegap dengan kulit sawo matang semakin menambah kesan kalau dia orang yang pekerja keras. "Oke, Tuan-tuan. Cukup basa basinya! Mari kita lanjutkan obrolan ini dengan hal yang lebih serius!" ujar Johan terlihat bersemangat. Mereka pun duduk di kursi masing-masing, melingkari meja kaca yang ada di tengah. Tentu saja, Johan akan membahas soal masalah yang sudah menimpa Rio karena satu kesalahannya. Sekarang mereka ingin meminta bantuan pada Damar untuk menyaingi Sam. Ya, Damar Suseno adalah pengusaha yang sukses.Sama seperti Sam
Kening Sam berkerut mendengar ucapan Sarah. Dia melepaskan genggaman tangannya di pundak istrinya yang cantik itu secara perlahan. Kali ini Sam benar-benar memasang wajah mode serius. "What? Bisnis apa, Sarah?" Sam sedikit bingung kemana arah pembicaraan ini. Sarah sudah menduga reaksi yang akan Sam berikan saat dia mengutarakan keinginannya itu. Dia pun mengatur napas dan kembali berkata, "Aku kan sangat suka memasak, apalagi membuat cake. Jadi aku mau buka toko kue sendiri, Sam. Aku mau punya kegiatan juga daripada … hanya duduk bengong di rumah," jelasnya sedikit takut dengan wajah tertunduk. "A-apa? Hahaha!"Tidak seperti dugaan Sarah, Sam malah menertawakannya. "Loh, kenapa kamu ketawa? Apa ada yang lucu?" Sarah bertanya dengan polosnya. Sam menggelengkan kepalanya lalu menjawab, "Aku pikir kamu akan mengatakan sesuatu yang aneh atau apalah yang membuatku khawatir, ternyata hanya itu. Kenapa tidak la