"Sam ...."Vella memegang tangan Samudera yang hendak pergi."Tunggulah di sini," ucap Samudera datar berusaha melepas tangan Vella."Tuan, mereka hanya ingin bertemu dengan nyonya."Mata Vella berputar tajam mendengar keterangan Virgon. Jika ini berhubungan dengannya. Tidak mungkin dia hanya berdiam diri."Maka sertai aku menemui mereka." Tak menunggu pendapat Samudera, Vella mendahului Virgon keluar dari ruangan tersebut.Samudera tak lantas berdiam diri melihat Vella yang sudah mengambil keputusan, mencegahnya hanya akan membuat keributan.Di bawah, sekelompok orang berpakaian hitam dengan persenjataan lengkap mengepung Vella dan Samudera yang baru saja tiba.Sebelumnya Vella tidak pernah melihat orang-orang ini. Tapi dengan melihat mereka, Vella mulai sadar, Samudera bukan hanya seorang musisi dan pengusaha muda. Kemungkinan besar Samudera memang mempunyai pekerjaan tersembunyi yang tidak dapat dia bayangkan.Dada Vella berdebar, bertanya-tanya, suami seperti apa yang telah dia ni
Meski Samudera tak menginginkannya, pada akhirnya Eky tetap terseret arus. Dia masih yakin bisa melindungi gadisnya sendiri tanpa melibatkan orang lain, tapi Vella berkata 'iya' mana mungkin dia bisa menolak? Meski pada akhirnya di sepanjang perjalanan wajah Samudera terus diselimuti mendung hitam.Vella benar-benar tak tahan melihat makhluk kaku di sampingnya."Sam, bisakah kamu berhenti menunjukkan wajah buruk itu di depanku? Kamu ingin mengajakku bersenang-senang atau sedang menghukumku?""Dia memberimu bunga," jawab Samudera datar tanpa menoleh ke arah Vella, dan sudah pasti lengkap dengan wajah muramnya."Sam, itu hanya bunga. Kenapa kamu mempermasalahkannya?" kesal Vella, nada datar yang diucapkan Samudera itu benar-benar sangat menjengkelkan."Kamu menerima bunganya." Lagi Samudera berkata tanpa nada."Tapi aku juga sudah membuangnya 'kan? Lagi pula aku juga memilihmu. Kita sudah menikah sekarang.""Aku belum pernah memberimu bunga.""Ya sudah, nanti belikan aku bunga.""Dia ya
Kakek Baswara mulai menggertakkan gigi. Ternyata Vella tak sesederhana yang dia kira. Bahkan dia berani mengucapkan kalimat bernada ancaman kepadanya.Kakek Baswara pikir, bisa menguasai cucu sulungnya telah membuat Vella menjadi sangat sombong untuk berbicara dengannya.Arah pandang kakek Baswara beralih pada Samudera. Dan berkata, "Samudera, apa penglihatanmu sangat buruk hingga memilih gadis macam ini?""Kakek sedang mengutukku atau diri Kakek sendiri?" tanya Samudera setenang laut yang tak bergolak."Tentu saja kamu! Dibesarkan dengan susah payah malah hanya memilih putri pengusaha air mineral. Lain kali jangan membawa orang luar di acara keluarga kita. Kakek tidak mengizinkan!"Samudera sedikit mendesah dan menjawab, "Sepertinya kakek kebanyak makan pantat ayam akhir-akhir ini, hingga mulai sedikit pikun. Dua gadis di samping Kakek itu siapa?""Pfff ...." Nyonya Baswara sungguh tak bisa menahan tawa yang hampir meledak mendengar kata sederhana Samudera. Bukan apa-apa, sebenarnya
Vella menarik napas dalam sembari sedikit mengangkat dagu, dia baru sadar ada gadis licik yang mirip dengan adik tirinya di sini.Dengan mengatakan bahwa Vella telah menantangnya berarti memaksa Vella untuk tetap tinggal. Jika dia pergi tentu saja Vella akan dianggap sebagai pengecut rendahan yang tak punya kualifikasi."Ah!"Vella terkejut manakala mendengar Sandra memekik kesakitan."Samudera! Berani sekali kamu memperlakukan Sandra seperti itu!" Suara kakek Baswara menghardik garang dari kejauhan, namun tak membuat Samudera mengurangi kadar kekejaman dari gestur tubuhnya.Sandra menegakkan wajah seraya memegangi pipi yang baru saja dihantam oleh Samudera."Sam, kenapa kamu memperlakukan ini padaku? Apa salahku?" Sandra yang sangat teraniaya mencoba meminta penjelasan."Apa kualifikasimu untuk bisa menindas gadisku? Mengatur siapa yang berhak berada di sisiku, kamu sama sekali tak pantas," timpal Samudera dengan suara rendah yang sangat dingin."Aku ... aku ... hanya ...." Sandra ge
Suara tembakan masih menggema dengan sangat berisik. Virgon melempar senjata api ke arah Samudera, dan laki-laki itu mulai menembaki lawan untuk mengamankan gadisnya.Sofa single tempatnya berlindung terlalu kecil untuk menampung dua orang. Vella tidak akan aman jika terus dekat dengannya."Mumu, jaga kakak iparmu!" teriak Samudera sambil mendorong Vella ke sofa besar yang saat ini sedang digunakan adik-adiknya untuk berlindung.Tanpa berkata Samuel menarik Vella dengan cepat untuk berlindung di sampingnya.Di tempat lain Sandra masih menjerit-jerit ketakutan meski sudah ditarik Zio ke tempat yang aman.Penyerangan mendadak ini memang membuat para wanita ketakutan. Evi dan Sabrina terus menutup telinga sembari berlinang air mata meski tak seberisik Sandra.Di sisi lain kakek Baswara juga bersembunyi di belakang sofa tanpa ada orang yang mengawalnya. Sementara musuh sudah semakin mendekat.Vella memperhatikan Samudera, Virgon, dan Eky sibuk berbaku tembak untuk melumpuhkan lawan.Pasuk
"Sandra!"Kecuali Evi dan kakek Baswara, tidak ada yang peduli dengan Sandra. Dua orang itu segera memeriksa keadaan gadis yang ambruk di rerumputan.Sementara yang lain masih tertawa terbahak-bahak, mengingat bagaimana Sandra menjerit tidak karuan sembari melindungi kepalanya ketika di tangan ada senjata untuk melindungi diri.Masih meragukan Vella yang hanya bisa membawa beban untuk Samudera, jelas itu sangat lucu.Sejak Vella menembak dua musuh yang hendak menyakiti kakek Baswara, itu saja sudah membuat semua orang tahu jika Vella adalah pemenangnya.Menembak target hidup jelas lebih sulit dari pada papan bundar yang jelas hanya benda mati. Tapi nyatanya Vella bisa melakukan itu dengan sempurna.Kecepatan tangan dan keefektifan membidik target sudah Vella tunjukkan dengan gamblang di depan semua orang.Meragukannya? Cih ....Tidak ingin melihat drama lagi, anak-anak beranjak pergi dari arena olahraga tembak."Vella, sini ikut mama," panggil nyonya Baswara.Vella pun menurut dan lan
"Keluar!" titah Samudera, membuat Sabrina melonjak dari tempat tidur.Gadis itu terlalu takut membantah ucapan Samudera."Ini sudah malam, kamu menyuruh Sabrina ke mana?"Vella hendak menyusul asisten sekaligus sahabatnya, namun ia malah terempas ke tempat tidur kala Samudera menariknya dan membungkus dalam pelukan"Sam, kamu ini apa-apaan? Lepaskan, kasihan Sabrina di luar sendirian." Vella tidak bisa berkutik dengan dekapan tangan dan kaki secara bersamaan."Ssttt ... diamlah! Zoya sudah menunggunya di depan pintu, sekarang kita tidur," bisik Samudera di belakang kepala Vella.Saat itu juga mata Vella melebar, dia terkejut, tapi juga ada sedikit kemarahan di matanya. "Karena itu kamu menyelinap seperti pencuri?""Apa boleh masuk secara terang-terangan?"Pertanyaan Samudera langsung membuat Vella terkesiap. Mereka sudah sepakat untuk menyembunyikan status pernikahan mereka. Apalagi saat ini ada Sandra dan Evi di vila, tidur bersama secara terang-terangan hanya akan memberi tahu pada
"Vella, kamu sudah bangun, Nak? Ayo kita sarapan dulu." Nyonya Baswara mengejutkan Vella yang melamun.Mendengar suara mamanya kakak beradik yang ada di teras juga menoleh."Sam, Mumu, ayo sarapan," ajak nyonya Baswara pada dua putranya.Vella duduk di sebelah Samudera tanpa berkata-kata. Sementara Samudera selalu bersikap tenang seperti biasanya tanpa memperlihatkan kegelisahan sedikitpun di wajah.Samuel, dan kedua orang tuanya juga tampak biasa saja. Vella tahu keluarga barunya ini memang sangat menjaga hatinya meski saat ini mereka sedang terdesak karena dia.Vella jadi merasa bersalah. Sebagai menantu yang baik mana mungkin dia hanya bisa menerima semua kebaikan ini dengan cuma-cuma. Dia harus memperjuangkan diri agar pantas untuk Samudera.Dia melihat Sandra juga tak lagi ada di meja makan. Kabarnya pagi-pagi sekali dia sudah keluar dari vila bersama Evi.Tentu saja, orang yang mempermalukan dirinya sendiri, kulit wajahnya pasti seperti dikelupas untuk bisa bertemu dengan keluar
Di vila pinggir danau Vella tak begitu memedulikan kegaduhan di dunia maya, lagipula Samudera sudah mengurusnya, memikirkan hal yang tidak penting seperti itu hanya membuat suasana hatinya semakin buruk.Otaknya masih memikirkan bahwa ia belum mendapatkan menstruasi bulan ini, hatinya terus menerus bergemuruh karena kecemasan berlebihan.Vella terdiam menatap layar laptopnya yang masih menyala di atas meja belajar. Ia sedang membaca artikel tentang gejala awal kehamilan.Bibir Vella menipis, ada kerutan di dahinya ketika ia sama sekali tak merasakan gejala seperti mual, muntah, lemas, dan juga pusing. Bahkan ia bisa makan dengan lahap hari ini."Mungkin aku hanya terlalu khawatir," gumam Vella pelan."Apa yang kamu khawatirkan?"Seketika Vella melonjak terkejut dan langsung menutup laptopnya."Sammy, bisa gak sih jangan muncul secara mendadak begitu!" kesal Vella sambil memukul pelan lengan Samudera. Suaranya pun agak me
Tawa Sandra membahana memikirkan Vella yang terpuruk karena berusaha mendekati keluarga Baswara.Tapi kemudian muncul video pacuan kuda yang memperlihatkan Sandra memecut Vella dengan cabuk di kota barat demi memenangkan pertandingan untuk membuktikan ia lebih unggul daripada Vella.Seketika itu juga keburukan Sandra terkuak di depan publik bahwa temperamennya tak layak untuk disebut sebagai manusia.[Astaga … ternyata Sandra mengerikan sekali ya.][Gila! Kalau aku jadi Samudera, aku juga tidak akan mau dijodohkan dengan gadis yang mengerikan seperti itu.][Sudah baguslah jika menolak perjodohan itu. Meski sekaya apapun, jika temperamennya seperti itu, lengah dikit nyawa taruhannya.][Bisa-bisanya keluarga Baswara memaksa Samudera bertunangan dengan gadis semacam itu. Apakah mereka tidak takut putra mereka menjadi korban?][Itu pasti berdasarkan hubungan bisnis. Jika Samudera bersama Sandra tentu saja perusahaan Kuswara
Senyum Samudera menyambut ketika Vella membuka pintu kamar. Tapi Vella tak mempunyai hasrat untuk membalasnya. Samudera juga baru saja membaca berita terpanas siang ini, membuatnya merasa tahu apa yang merusak suasana hati gadisnya. Padahal saat ini Vella sedang memikirkan tentang datang bulan yang baru saja dibicarakan Sabrina. Samudera segera mengambil ponsel dan beranjak dari tempat duduk untuk mendekati Vella yang meletakkan ransel di meja belajar dengan lesu. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Vella terkejut dengan ciuman mendadak Samudera di pipi sembari mengambil foto selfie. Masih tersenyum, Samudera meraih jemari Vella yang mengenakan cincin pernikahan kemudian kembali mengambil gambar dan berkata, "Aku bosan menjadi simpanan, saatnya memberitahukan pada dunia siapa gadisku sebenarnya." Saat Vella masih merenung, Samudera sudah mengunggah foto yang barusan ia ambil di akun pribadinya.
Sandra yang belum mengetahui tentang pernikahan tersembunyi antara Vella dan Samudera, merasa sangat iri dan jengkel secara bersamaan.Sebagai nona muda Kuswara, Sandra masih merasa lebih baik dari pada Vella dalam segi apapun.Lagipula kecacatan di tangannya juga tidak permanen, ia yakin masih bisa pulih dengan pengobatan intens."Kakek, ini bagaimana? Lihatlah mereka semua pergi, tolong cegah mereka, Kek. Aku tidak mau memecah belah keluarga Baswara. Aku hanya ingin Samudera." Sandra menunjukkan kepedulian palsu, padahal hatinya sangat bangga ketika kata-kata tuan dan nyonya rumah tidak berarti apa-apa dibanding dengannya.Kakek Baswara sendiri juga merasa getir melihat anak dan cucunya meninggalkannya seperti ini. Bahkan Samuel si bocah imut itu juga sudah tak terlihat di kediaman Baswara sejak Sandra tiba.Tapi ia sudah berjanji akan memberi Sandra kedudukan di keluarga Baswara, menjilat ludahnya sendiri hanya akan membuatnya kehilangan muka.Kakek Baswara mulai menarik napas bera
Sepertinya Vita tidak cukup tertarik untuk membahas tentang Samudera, itu hanya membuat putrinya semakin mengingat bandit kecil itu saja.Hari ini Vita sudah cukup bersyukur melihat semangat Vella kembali hadir. Menyinggung tentang bandit kecil adalah sebuah kecelakaan lidah.Vita meluruskan wajah dan kembali bersikap acuh tak acuh. "Mama tidak ingin membahasnya lagi, itu tidak ada kaitannya denganmu. Yang paling penting kamu belajar dengan giat sampai ujian akhir selesai."Vella mendengkus dingin, ia pikir mamanya hanya ingin lempar batu dan sembunyi tangan setelah ketahuan merahasiakan sesuatu darinya."Bagaimana bisa tak ada kaitannya denganku? Pada kenyataannya dia adalah suamiku. Mama tidak perlu melimpahkan semua kesalahan padanya untuk menutupi keburukan Mama." Vella tak ingin berbasa-basi dia melontarkan apapun yang ada di pikirannya.Vita pun menelan saliva dengan berat, sekali lagi ia menyesali kedekatan Vella dengan bandit kecil itu.Vita sangat tahu bagaimana mengerikan Sa
'Tidak cukup tenaga' kata itu terdengar sangat ironi ketika apa yang terjadi setelahnya bukanlah kegiatan seorang pasien lemah.Mendung, badai, dan hujan lebat bergelut di ruangan feminim milik Vella. Menerbangkan helaian pakaian di udara yang kemudian jatuh tak berdaya.Melelahkan penghuni di ranjang princess warna merah muda yang kemudian mengundang Vella mencibir di pagi harinya."Tidak cukup tenaga apa? Kamu ini pasien apa bandit sialan?" rutuk Vella sembari membuka plester perban di dada dan pinggang Samudera yang kembali berdarah akibat gerakan yang tidak terkendali tadi malam.Sementara yang dirawat saat ini terus bergeming sembari memejamkan mata, ia sama sekali tak berniat untuk bangun atau menimpali ucapan Vella.Vella juga tidak ingin memaksa, saat ini Samudera memang seharusnya banyak beristirahat. Jadi usai membubuhkan obat dan membalut lukanya dengan plester perban yang baru, Vella kembali menarik selimut dan membiarkan laki-laki itu kembali tidur dengan nyaman.Lantas
Di atas bukit, sebuah vila megah memancarkan cahaya terang yang gemerlap dari kejauhan. Seorang gadis tampak duduk termenung di depan dinding kaca menatap kegelapan danau di bawah sana. Samar-samar matanya menangkap pergerakan daun willow di seberang, mengingatkannya pada wajah tampan yang rambutnya bergerak-gerak karena tiupan angin saat tubuhnya bersandar di pagar pengaman pinggir jalan. Itu memang tempat yang asik untuk melepas penat, kala jenuh dengan suasana apartemen dan hinggar binggar kota. Vella dan Samudera sering kali mengunjunginya sembari meniup botol dan menekan piano digital dari ponsel. Sangat tenang dan indah, menciptakan lengkungan senyum di bibir Vella yang bernostalgia, namun itu tak bertahan lama manakala ketenangan itu berubah menjadi kesunyian saat ingat dua hari ini Vella tak tahu bagaimana kabar Samudera. Sekelebat matanya melihat Sian Roster miliknya melintas pada jalanan dan berhenti di depan gerbang untuk menjalani pemeriksaan. Vella mengembuskan napas
Dokter tampak terkejut mendengar bentakan Samudera, begitu pula dengan Samuel dan Sandra. Mereka terbengong sesaat melihat penolakan Samudera terhadap perawatan dokter.Tapi beberapa saat kemudian Sandra kembali bersuara. "Sam, biarkan dokter memeriksa keadaanmu kamu baru sadar setelah dua hari tak sadarkan diri.""Siapa yang menyuruhmu berbicara? Aku sudah menyuruhmu pergi, apa kamu benar-benar gadis tak tahu malu?" Samudera selalu bisa menyakiti Sandra dengan kata-kata hingga membuat gadis itu terhina dan berharap secara bersamaan."Aku … aku hanya ingin bersamamu, Sam," ucap Sandra berharap Samudera memberinya sedikit hati untuk tetap tinggal."Belum cukup jera ternyata, apa rasa sakit itu belum cukup untuk untuk menghentikanmu?" Pertanyaan Samudera langsung membuat Sandra merinding dan memegangi tangan kanannya yang tak bergerak.Di kota barat beberapa bulan yang lalu, rasa sakit benar-benar Sandra terima akibat mencambuk Vella di pacuan kuda.Tangannya dicambuk berkali-kali oleh
Cahaya malam membias dari lampu neon di bawah plafon rumah sakit yang putih bersih. Kelopak mata Samudera bergerak lemah sembari menyesuaikan retina setelah terlelap dengan waktu yang lama."Vella …," gumamnya pelan nyaris tak terdengar.Namun, sedikit pergerakannya mengundang gadis cantik yang sejak kemarin pulang pergi untuk melihat keadaannya.Tubuh kecilnya melonjak berdiri dan berjalan cepat menuju ke arah Samudera, dan berkata, "Sam, kamu sudah sadar. Aku senang sekali."Suara yang tidak diharapkan mengembalikan kesadaran Samudera seutuhnya. Alisnya menaut rapat ketika mata kelam yang jernih terbuka sempurna.Tangannya yang diinfus bergerak cepat meraih leher Sandra dan bertanya, "Kenapa kamu?"Keterkejutan sudah pasti dirasakan Sandra, rasa sakit juga ia rasakan di lehernya. Namun, yang lebih menyakitinya sebenarnya pertanyaan Samudera."Aku adalah jodoh masa depanmu, aku di sini hanya untukmu, Sam …." Sandra membuka suara dengan susah payah. Batinnya sangat kesal, setelah kema