Feli tersenyum remeh dan berkata, "Tentu saja, kenapa tidak? Andin bisa membayarmu, tentu saja dia berhak sombong."
Senyum Vella juga tak kalah menyebalkan, dengan santai dia malah balik bertanya, "Memangnya uang siapa yang dia gunakan untuk membayarku?"
"Entah itu uang siapa, yang jelas dia bisa membayarmu bukan? Sementara kamu hanya bisa memeras."
"Memangnya kenapa jika aku memeras uangku sendiri? Sementara kalian sangat bodoh, sudah uang milik orang lain, masih saja berlagak sok kaya dengan menghambur-hamburkan uang tanpa memikirkan ke depannya. Apa kamu tidak kasihan melihat temanmu? Lihatlah matanya yang sembab itu, kamu pikir dia tidak mendapatkan kemarahan papa?"
"Kenapa kamu menyalahkanku? Jelas-jelas kamu yang menerima hasil belanjaan Andin. Kamu yang membuatnya dimarahi paman Edgar."
"Bukan karena aku. Tapi karena kebodohannya, dan kamu paling mendukung kebodohan itu, cukup tahu jika kepintaranmu tidak jauh menyedihkan daripada adikku."
"Apa-apaan ini???" pekik tuan Mahendra terkejut mengetahui kelakuan tidak pantas putranya dengan Andin.Semua orang melunjak berdiri, termasuk Andin dan Rino yang wajahnya memucat.Para tamu undangan mulai berbisik dan bergunjing mencela. Memalukan sekali, kelakuan anak muda yang seharusnya menjadi kakak beradik ternyata mulutnya malah saling menumbuk dengan penuh hasrat di layar videotron di depan sana."Matikan! Matikan video itu!" Nyonya Mahendra juga memekik tak terkendali, malu dengan kelakuan putranya.Seketika video mati, tapi ketegangan dan gunjingan semua orang semakin menjadi.Nuansa romantis akibat lagu yang dimainkan Vella sirna digantikan dengan celaan dari semua orang pada pasangan tidak tahu malu, Rino dan Andin."Itu 'kan calon adik iparnya, astaga ... anak sekarang seperti ini kelakuannya.""Adiknya itu juga tak tahu malu, sudah tahu itu tunangan kakaknya masih saja diembat!""Menjijikkan!""Kelihatannya
Di satu sisi Samudera diam-diam menempatkan seseorang untuk mengawasi Vella. Bukan karena tidak percaya, hanya saja gadis itu selalu ingin bertindak sendirian hingga kekhawatiran mulai muncul di hatinya. Namun, senyum Samudera melengkung samar kala mengetahui jika Vella benar-benar membatalkan pertunangannya dengan Rino. "Antar aku ke sana, aku ingin menjemput calon nyonya muda Baswara," titahnya dengan enteng pada Virgon yang langsung mengangguk. Sementara saat ini Vella sedikit pusing lantaran anggur yang dia minum, langkahnya gontai kala berjalan menyusuri koridor hotel. Vella tahu Rino sedang mengikutinya, karena itu dia mencoba mempercepat langkahnya. "Vella, kamu sedang mabuk, tidak baik pergi sendirian. Biar aku antar kamu pulang," ucap Rino ingin merengkuh Vella dalam pelukan. "Enyahlah dari hidupku!" Vella mendorong Rino agar menjauh. "Vella, jangan keras kepala. Kondisimu tidak memungkinkan untuk pergi sendirian. Biarkan aku membantumu." Rino masih bersikeras. "Aku bi
Minggu pagi kembali hadir, senyum Samudera mengembang indah setelah keluar dari dalam kamar.Meski tadi malam sedikit mabuk, nyatanya Vella sudah bergelut dengan cucian kotor di pagi hari.Mesin pembersih lantai juga sudah bergerak pelan menyusuri lantai.Bukan tanpa alasan, kemarin Vella sudah mendapatkan undangan untuk melakukan audisi ajang kompetisi menyanyi hari ini.Tentu saja dia harus menyelesaikan pekerjaan rumah dulu agar tidak menjadi beban.Vella sedikit terkejut, usai memasukkan semua pakaian kotor di mesin cuci dia baru mengetahui jika Samudera ternyata memperhatikannya."Selamat pagi," sapa Vella sedikit canggung, tadi malam jelas dia sangat merepotkan Samudera.Kalau dipikir-pikir, mungkin dia adalah asisten yang paling tak tahu diri sedunia. Bisa-bisanya dia malah digendong oleh majikannya saat dia mabuk. Memalukan."Pagi," jawab Samudera datar, lantas pergi ke dapur. "Siapkan sarapan. Aku lapar, tadi malam aku
Dua orang akhirnya duduk tenang di dalam mobil kala Samudera mengantar Vella ke tempat audisi.Tidak ada percakapan, hanya ada keheningan yang melingkupi atmosfer dalam mobil.Dua makhluk kaku berjajar, tapi Samudera sangat tahu saat ini Vella sangat menjaga jarak darinya.Tidak heran, gadis lurus yang sebelumnya sangat waspada terhadap tindakan lawan jenisnya, tiba-tiba dihabisi begitu saja, gadis mana yang tidak syok?Tapi jika Samudera tidak bertindak seperti itu, bagaimana mungkin sekarang dia menyandang gelar kekasih dari seorang Vella?Gadis yang mempunyai luka akan masalah percintaan, tidak akan mudah mempercayai seorang laki-laki begitu saja, Samudera sangat paham itu."Aku akan pulang malam, aku akan menyuruh seseorang untuk menjemputmu setelah selesai audisi," ucap Samudera tenang seperti sebelumnya tidak pernah terjadi apa-apa antara dia dan Vella.Sementara Vella sendiri, sekarang malah merasa sedang ditekan oleh seorang s
Di kediaman Mahendra, suasana masih sangat suram karena kejadian tadi malam.Meski hari ini hari minggu, papanya Rino tidak mempunyai keinginan untuk pergi menghirup udara segar.Nyonya Mahendra sendiri juga tak mempunyai keinginan untuk ke luar dari rumah setelah ingat kejadian tadi malam.Kehilangan calon menantu yang sangat luar biasa, hatinya mulai dirundung kesedihan.Rasanya sangat kesal mengetahui kebodohan putranya sendiri, bagaimana dia tergoda dengan putri seorang pelakor?Rasanya dia ingin merendam putranya dengan air suci, untuk mencuci kesialan yang menimpa otak putranya."Tuan, nyonya Arganta datang berkunjung." Seorang pelayan datang melapor.Senyum sengit hinggap di bibir tuan Mahendra, wajahnya terlihat kaku dan mencela."Setelah putrinya merusak nama baik keluarga Mahendra, beraninya dia datang ke mari," caci Tuan Mahendra tampak enggan menerima kedatangan Indina di kediamannya."Jangan pernah memberi m
Vella menelan kembali rasa penasaran setelah salah satu coach mempersilahkannya.Semua berjalan lancar dan sesuai dengan harapan, Vella lolos audisi. Dan mengucapkan terima kasih pada para coach.Sebelum pergi sudut matanya sempat melirik sosok bertopeng yang tampak dingin dan acuh tak acuh.'Mungkin bukan dia,' batin Vella membuang jauh asumsinya.Saat ini pukul tiga sore. Sangat membosankan jika berdiam diri sendirian di apartemen.Vella mengeluarkan ponsel, dan mengirim pesan pada seseorang.[Tidak perlu menyuruh orang untuk menjemputku.][Aku ingin pergi dengan Sabrina.]Baru saja Vella menyimpan ponselnya, mobil sudah berhenti di depannya."Nona Vella, tuan muda menugaskan saya untuk mengantar kemanapun Anda pergi," ucap seorang laki-laki yang baru saja keluar dari dalam mobil.Vella mengembuskan napas kasar, dan membatin, 'Tentu saja, penjahat itu tak akan membiarkanku pergi tanpa CCTV.'"Antar aku ke
Seketika Indina merasa terancam setelah mendengar pertanyaan nyonya Mahendra. Dia sudah bersusah payah merendah agar keluarga Mahendra mau membujuk Edgar tentang pertunangan Rino dan Andin. Jika nyonya Mahendra terpengaruh dengan kata-kata Vella tentu saja ini adalah kerugian besar. "Vella, jangan bicara sembarangan, kami tahu kamu sakit hati dengan hubungan Rino dan Andin. Tapi bukan berarti kamu harus merendahkan keluargamu sendiri." Indina menjeda ucapannya sejenak, dan beralih pada nyonya Mahendra. "Nyonya Mahendra, tidak perlu menganggap serius apa yang dikatakan Vella. Sekarang kami yang berada di kediaman Arganta, jadi sudah jelas siapa yang mempunyai kedudukan di hati Edgar." Rona wajah nyonya Mahendra tidak terlihat membaik, bahkan dia mengucapkan kata sinis. "Jangan coba membodohi kami, jika kamu tidak bisa memberi keuntungan pada keluarga Mahendra jangan harap putrimu bisa masuk di keluarga kami." Alis Vella sedikit terangkat, masih ada ketenangan saat sudut bibirnya se
Aroma harum menu makan malam sudah menyebar menggugah selera. Sabrina juga baru saja diantar oleh sopir kembali ke asrama. Beberapa kali Vella menilik jam melalui ponselnya. Saat ini sudah pukul sembilan malam. Samudera belum juga pulang. Tentu saja, bukankah tadi pagi dia sudah mengatakan bahwa akan pulang terlambat? Tapi usahanya untuk belajar memasak selama berjam-jam pasti akan sia-sia jika Samudera tidak segera pulang. Ingin mengirim pesan pada Samudera, tapi kenapa rasanya begitu berat. Vella tidak terbiasa menjadi penjilat. Bahkan saat ini dia juga belum bisa menerima seutuhnya jika Samudera adalah kekasihnya. Mengirim pesan dan menanyakan kapan dia akan pulang, kenapa malah seperti istri yang mendamba suami? Vella langsung sakit kepala ketika berpikir, 'Apa itu pantas?' 'Sial! Sepertinya aku akan mempermalukan diriku sendiri malam ini.' Vella mengembuskan napas kesal. Tapi dengan cepat dia mulai menelpon Samudera, dia tidak mau menyia-nyiakan jerih payahnya. Setelah b
Vella tidak menjawab, ia hanya tersenyum lantas keluar dari dalam mobil sembari melambaikan tangan dengan ceria pada papanya. Melihat putrinya tampak ceria dan sama sekali tidak terpuruk dengan berita yang beredar di internet. Edgar sendiri tidak mau berpikir pusing. Edgar hanya menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum lantas membawa mobilnya pergi dari vila milik Vita. Setelah itu Vella sudah tak terlihat lagi di kota Zaden. Kakek Baswara mencari keberadaannya, tapi tak bisa menemukannya. Kata-kata Vella yang ingin memberinya kejutan masih terngiang di benak kakek Baswara. Ia takut gadis kecil itu tiba-tiba memberi gebrakan untuk menghancurkan rencana perjodohan Samudera dengan Sandra. "Di mana Samudera sekarang?" tanya kakek Baswara, khawatir cucunya masih berhubungan dengan Vella. "Tuan muda masih berada di negara M, Tuan." "Gadis itu?" "Sampai saat ini keberadaan nona Vella tidak diketahui. Sepertinya juga tidak menyusul tuan muda ke negara M." Kakek Baswara mengh
Berita tentang Samudera yang membantu perusahaan Kuswara dari keterpurukan sudah tersebar dengan cepat di internet dan sampailah ditelinga kakek Baswara. Senyum orang tua itu merekah puas melihat potret cucunya berdiri di samping mobil bersama Sandra. "Bagus …," ucapnya pelan. Kakek Baswara sudah dapat menebak, pada akhirnya Samudera pasti akan menurut, anak itu tidak akan membiarkan orang tuanya kehilangan kuasa atas Baswara Group yang nantinya akan diwariskan padanya. Kakek Baswara menoleh pada orang kepercayaannya dan bertanya, "Di mana anak itu sekarang?" "Tuan muda pergi ke negara M, setelah datang ke negara Y. Sepertinya tuan muda akan melanjutkan pendidikannya di negara tersebut sembari menjalankan bisnisnya di sana." Kakek Baswara menggangguk-anggukan kepalanya dengan bangga. "Bagus, sebagai calon pewaris Baswara, Samudera memang sangat produktif. Memang itu yang aku harapkan." "Tuan, sepertinya tuan muda sudah setuju dengan pertunangannya dengan nona Sandra. Apakah seka
Sandra terkejut mendengar ucapan Samudera.Ia merebut berkas di tangan ayahnya, dan mendapati dana yang cukup untuk membuat perusahaannya kembali bangkit.Sandra mendongak menatap Samudera ada haru di matanya ketika melihat laki-laki itu sama sekali tak ingin melihatnya.Tapi dengan pasokan dana ini, bukankah berarti Samudera peduli dengan keluarganya?"Kamu ingin mengambil alih perusahaan ini?" tanya tuan Kuswara, ada kepahitan di setiap nadanya."Aku sangat sibuk, kamu bisa mengelolanya."Sandra semakin tak bisa menahan tersenyum girang, mendengar jawaban Samudera."Ayah, Samudera sudah bermurah hati membantu kita, terima saja, lagipula kedepannya Samudera juga akan menjadi menantu keluarga Kuswara. Apa salahnya menerima uluran tangan darinya?"Melihat kebaikan Samudera, Sandra sangat percaya diri jika Samudera akan tetap menjadi pendamping masa depannya sebentar lagi.Berbeda dengan Sandra yang sanga
Di kantor Star Entertainment. Samudera masih sibuk menyelesaikan pekerjaan meski hari sudah menggelap. Kakek Baswara sama sekali tak bergerak menyentuh papanya Vella, itu sudah membuktikan jika ancaman Samudera telah berhasil menekan kakeknya. Dan itu bagus, Samudera tidak perlu repot-repot melakukan sesuatu agar Vella tidak khawatir. Samudera baru tersadar ketika ponselnya berdering. [Kamu akan terus sibuk, atau aku menyusulmu ke kantor?] Pesan Vella ini seperti perintah untuk menyuruhnya berhenti bekerja. Sambil tersenyum Samudera mengetik balasan. [Iya, aku pulang.] Saat berada di lift Samudera menerima laporan dari Virgon bahwa hari ini Vella juga ikut memeriahkan perebutan saham Kuswara Group yang bertebaran. Samudera tersenyum simpul dan berucap, "Biarkan saja, asal dia senang." Samudera memang ingin mengajak Vella kembali tinggal di apartemen permata hijau, tapi Vita melarang dan menyuruhnya tetap tinggal di vila. Tinggal di rumah mertuanya tentu saja tidak sebebas t
Samudera tidak mempedulikan ancaman kakeknya, ia terus berjalan santai keluar dari kediaman Baswara.Samudera yakin saat ini Vita sudah bertindak dalam senyap untuk menyeret Kuswara Group turun ke bawah.Jika kekuatan keluarga Kuswara sudah runtuh, apa kakeknya masih bersikeras menjodohkannya dengan Sandra?***Di negara Y.Sandra baru saja tiba di rumah, ia berjalan anggun yang disambut para pelayan untuk membawa barang bawaannya layaknya nona muda dari keluarga kaya.Ia terus menyusuri rumah mewah dan menemukan orang tuanya sedang bersitegang."Di mana Sandra? Suruh dia pulang. Dan berhenti menjadi murahan seperti itu!"Nada ayahnya yang meninggi menunjukkan bahwa suasana hatinya sedang tidak baik.Padahal saat Sandra pamit ingin pergi ke negara I untuk menjenguk Samudera, ayahnya tampak baik-baik saja."Ayah, aku sudah pulang. Ada apa?"Kedua orang tua Sandra menoleh, tatapan ayahnya sama sekali tak ramah seperti biasanya."Sandra, kamu ini masih muda. Laki-laki tampan di luar sana
Atas izin Vita akhirnya nyonya Baswara membawa Vella keluar dari vila. Tentu saja setelah memberi tatapan isyarat pada Samudera untuk mengingatkan bahwa ia sudah berjanji akan menjamin keselamatan Vella.Vella bisa melihat koneksi mata mamanya dengan Samudera dengan jelas.Setelah insiden di jalan Victory ia tahu mamanya melakukan penjagaan yang sangat ketat.Vella yakin Samudera sebenarnya mengetahui apa yang disembunyikan mamanya, tapi tak ingin memberitahu.Saat Vella mendesak, Samudera malah menggoda dengan senyum manis. "Karena kamu cantik, jadi banyak orang yang menginginkanmu."Vella mendengkus kesal, mana ada karena cantik malah ingin ditembak mati?"Bersenang-senanglah, nanti aku akan menjemputmu," ucap Samudera sesampainya di depan salon terkenal di kota Zaden."Kamu mau ke mana?""Ada sedikit urusan, tidak akan lama." Samudera pergi setelah mengecup pelan kening Vella.Seketika kemunculan Vel
Samudera juga langsung menghentikan jarinya ketika mendengar suara mamanya.Ia menoleh dan mendapati mamanya berjalan mendekat ke arah Vella diikuti Felis yang tampaknya kerepotan mengurusnya.Vita memberi isyarat pada Felis untuk membiarkannya masuk, dan itu membuat Samudera memijat kening.Samudera sangat hafal kebiasaan mamanya yang memaksakan kehendak dengan suara lembutnya yang ceria."Mama, bagaimana Mama tahu kami ada di sini?" Vella berdiri menyambut nyonya Baswara.Nyonya Baswara langsung memeluk Vella dan berkata, "Mama merindukanmu, sayang. Maaf dengan berita menghebohkan kemarin.""Tidak apa-apa, Ma. Lagipula Samudera juga ada di sampingku.""Mama selalu di rumah, apa tidak bisa menyuruh kakek untuk membuat berita yang benar?" Samudera akhirnya membuka suara.Tapi nyonya Baswara malah melepas salah satu flatshoes yang ia kenakan lantas melemparkannya pada Samudera."Jangan berbicara lagi pad
"Aku ingin kamu meruntuhkan kesombongan keluarga Kuswara."Samudera juga tak ingin bertele-tele menyampaikan keinginannya. Dan itu mengundang cibiran kental di wajah Vita.Seorang penjahat sekelas Alan Rein tentu saja tidak akan kesulitan hanya untuk mengepung dan memblokir perusahaan Kuswara.Dengan meminta Vita melakukan sesuatu, itu hanya akan merepotkannya saja."Aku tidak tertarik dengan urusan keluargamu," tegas Vita dengan suara datar dan dingin."Kamu tidak punya pilihan, sekarang di perut putrimu ada milikku. Apakah kamu tidak akan memberi status pada monster kecil itu?" Samudera berkata seakan ia lah yang mempunyai kendali sekarang.Tatapan Vita kembali tajam.'Dia mencoba mengendalikanku ….'"Kenapa aku harus melakukan itu? Berurusan dengan keluarga Kuswara tidak akan memberi keuntungan apapun untukku," tolak Vita, enggan menuruti keinginan Samudera hanya membuatnya mengundang masalah baru yang sangat
Suara Vita sebelumnya memang tegas dan menggelar, tapi raut wajahnya menunjukkan ketenangan yang bermartabat seorang wanita yang tidak mudah ditaklukkan. Matanya menatap tajam ke arah putrinya yang saat ini mematung di samping laki-laki yang mengenakan pakaian rumahan. Sudah bisa menebak jika selama ia pergi ternyata Vella menyimpan bandit kecil di kamarnya. Vella terlihat gugup dan terkejut, tapi Samudera masih bersikap biasa saja, hanya sedikit menyayangkan pertemuan pertamanya dengan mama mertua harus dengan cara seperti ini. Binar mata Vita yang jernih menyapu Samudera yang belum membuka suara, aura ketenangan yang tidak mengancam dapat ia lihat dari sorot mata simpanan putrinya itu. Vita enggan mengakui jika Samudera adalah suaminya Vella. "Aku yang menyuruhnya tinggal di sini. Mama tidak boleh mengusirnya," ucap Vella sedikit bergeser ke depan Samudera. Seolah ingin menjadi tameng jika mamanya hendak menyeret Samudera keluar dari kamarnya. Vita mendengkus dingin, putrinya