Setelah membiarkan Vella hanyut dalam kesedihan, diam-diam anak laki-laki beranjak dari tempat duduk, bergerak perlahan menghampiri Vella kemudian duduk dengan tenang di samping gadis tersebut tanpa berucap.Memandang kesedihan Vella dengan cukup lama, hingga akhirnya dia tidak tahan untuk bertanya, "Ada apa?"Vella terkesiap dan mendongakkan wajah dengan gerakan sangat terkejut kala mendengar nada rendah di sebelahnya. "Kamu?" ucapnya.Segera Vella menghapus air matanya meski dia sangat kesulitan mengendalikan isak tangis yang mempersulit tarikan napas yang tersengal.Seperti biasa, Vella tak suka orang lain lain melihat kesedihannya. Tapi selalu saja Samudera bisa menemukannya.Vella segera membuang wajah ke arah lain untuk menghindar."Tidakkah kamu ingin berbagi?" tanya Samudera pelan.Tidak ada jawaban atas pertanyaan Samudera, hanya isak tangis yang sesekali terdengar lirih kala bahu Vella sedikit terguncang.Samudera mengembuskan napas pelan. "Jika kamu tak ingin berbagi dengan
"Kamu ingin mengajakku ke mana? Aku membawa mobil sendiri." Vella berusaha melepaskan tangannya. Namun, mana mungkin Samudera membiarkan itu terjadi."Kamu tidak punya SIM, tidak aman mengendarai mobil sendiri," ucap Samudera santai seraya menarik Vella menuju motornya."Mobilku ...."Kali ini ucapan Vella sama sekali tak digubris oleh Samudera, dia malah memakaikan helm di kepala gadis tersebut."Ayo," ajak Samudera setelah nangkring di atas motor, namun Vella masih saja bergeming dan menatapnya lekat."Paman Virgon akan mengurus mobilmu, ayo naik." Samudera menjawab kekhawatiran Vella."Ke mana?""Ck, naik saja ...."Vella terpaksa naik ke atas motor Samudera, sudah memakai helm juga."Sam ...," pekik Vella kala Samudera meraih kedua tangannya dan melingkarkan pada perut."Pegangan, biar gak jatuh."Vella menarik salah satu sudut bibirnya ke samping, sebal dengan pemaksaan yang dilakukan Samudera.Sungguh tidak tahu dengan sikap laki-laki tampan yang tengah dipeluknya ini.Kadang di
"Vella!" pekik semua orang terkejut dengan tindakan Vella, yang memukul Indina secara mendadak. Indina tersungkur lemah ke samping, namun sepertinya Vella tak ingin berhenti sampai di situ. Dia sudah menahan sejak lama amarahnya, kali ini dia tak ingin memendamnya lagi. Kembali Vella mengacungkan tinjunya dengan keras menghantam wajah perempuan jahat hingga tersungkur ke lantai. Semua orang kembali menjerit, namun tak berani mencegah Vella melakukan tindakan yang tak patut ditiru. Sejak awal Vella memang tidak suka berbasa basi, dia hanya melakukan apa yang ada di pikirannya dengan spontan, tak ingin menutupi bahwa dia kejam dan jahat, memberi ketakutan pada setiap orang yang melihatnya. Tepat pada saat itu Edgar tiba dan sudah pasti sangat terkejut melihat keributan di rumahnya. Dia berlari meraih Vella yang tampak kesetanan ingin kembali menghajar Indina yang terlihat tak berdaya di lantai. "Vella, hentikan! Ada apa denganmu sebenarnya?" Vella tidak ingin menjawab hanya menata
Sejak Vella tak ingin meredam kekakuannya, Edgar hanya bisa menghela napas kasar.Minggu sore yang redup menjadi senyum ejekan untuk Vella dari Indina dan Andin.Seberapapun nenek Lola mencegah, nyatanya Edgar tak mengurungkan niat untuk mengantar Vella menuju asrama.Edgar masih menganggap selama ini terlalu memanjakan Vella, hingga gadis itu tumbuh menjadi anak yang dingin dan arogan.Menyuruh mama tirinya untuk berlutut itu menurutnya sangat keterlaluan bagi seorang anak."Bukan papa tidak menyayangimu, Vella. Tapi papa ingin kamu belajar menjadi rendah hati dan menghargai orang lain. Papa harap kehidupan sederhana di asrama dapat mendisiplinkanmu."Ucapan Edgar sangat jelas di telinga Vella, namun gadis itu sama sekali tak menanggapi, ekspresi wajahnya datar tak menunjukkan emosi sedikitpun.Hanya menatap nyalang anak-anak seusianya keluar masuk menuju bangunan yang nanti akan menjadi tempat tinggalnya. "Ini uang sakumu, papa tidak akan memberikan kartu kredit untukmu kali ini. J
Teriakan itu membuat dua gadis yang duduk menghadap meja belajar menoleh secara serempak.Seorang gadis berambut pendek sebahu masuk diikuti dua gadis lain di belakangnya, wajahnya terlihat sombong dan meremehkan tatkala memasuki ruangan. Sedikit membeku ketika melihat Vella ada di situ, salah satu alisnya pun terangkat, kemudian dia berucap, "Oh, ternyata kamu sudah punya teman sekamar ya?"Salah satu teman yang mengikutinya tampak maju selangkah dan membisikkan sesuatu padanya.Seketika dua mata itu melebar mendengar bisikan, lantas dia pun tersenyum mencela ketika melihat Vella dengan seksama. "Oh, dia adalah Kabut Suram itu ya?"Gadis itu menjeda ucapannya sejenak kemudian kembali berkata, "Tapi ... bukankah dia putri dari keluarga kaya? Kenapa dia bisa terdampar di sini sekarang?""Pasti keluarganya sudah menyerah menangani kelakuannya yang kejam seperti itu, makannya dia dibuang ke sini." Gadis lain terdengarnya nyeletuk dengan nada cibiran kental.Vella menghela napas kasar, s
Cahaya lampu malam jatuh menerpa lima anak gadis yang tengah berdiri di hadapan dua perempuan paruh baya dengan binar ketegasan yang tak bisa dibantah.Vella sudah tahu bahwa ini akan terjadi. Dia berdiri tenang kemudian mengangguk setelah mendapatkan pertanyaan yang panjang.Tentu saja Vella mengakui jika dia memang memukul Nadia di kamarnya.Namun, rona wajahnya yang tenang tanpa rasa bersalah, malah membuat dua wanita paruh baya itu menghela napas kasar."Vella, belum ada setengah malam kamu datang ke asrama ini, tapi kamu sudah membuat keributan. Kamu tahu hukuman apa bagi siswa-siswi yang menggunakan kekerasan di sini?" tanya kepala pengurus asrama.Vella menggeleng datar, dan menjawab, "Tidak."Kepala pengurus asrama terlihat mengangguk-anggukkan kepala samar, kemungkinan besar dia memaklumi karena Vella baru datang. Tapi nyatanya perintah hukuman itu tetap Vella dengar."Meski baru datang, bukan berarti kamu lolos dari hukuman, Vella. Ayahmu menyerahkan kamu di sini, maka kami
Segera pengawas itu menoleh dan melihat Vella yang hanya berdiri menatap piring-piring kotor. "Apa kamu ingin hukuman tambahan?" tanyanya.Vella hanya menghela napas kasar, sepertinya kali ini dia memang tak bisa menghindar.Tapi sebelum menyentuh piring-piring yang ada di depannya, manik hitam dingin itu sempat melihat tiga gadis yang tersenyum mencela kepadanya. Tapi detik berikutnya tiga gadis itu kehilangan keberanian untuk tersenyum. Tatapan Vella cukup untuk menenggelamkan nyali mereka.Waktu hampir menunjukkan pukul sembilan malam, manakala keempat gadis itu menyelesaikan hukuman mereka.Vella berjalan santai menuju ke kamarnya, seorang gadis culun yang tidak lain adalah Sabrina tengah menunggunya dengan binar lemah dan ketakutan setibanya di kamar tersebut. Vella lelah, sesungguhnya dia muak melihat ketakutan itu terus-menerus.Vella mendesah kasar. Dan bergegas naik ke tempat tidur yang berada di atas. Tapi segera dia mengurungkan niat kala Sabrina tiba-tiba memegang tanganny
Entahlah, rasanya begitu tidak terima saat Vella tersenyum hangat sembari menyambut lambaian tangan Samuel. Dengan penuh emosi dia menyahut tangan Vella dan mengajaknya pergi. "Ish, lepaskan aku tidak perlu menyeretku seperti ini." Vella mengibaskan tangannya. "Vella, berhenti ya, aku tidak suka kamu terlalu dekat dengan anak kelas sepuluh itu!" Senyum seringai terbit begitu mendengar keluhan Rino. "Lalu bagaimana denganmu? Apa yang kamu lakukan baru-baru ini, ha? Aku tidak menamparmu saja itu sudah bagus." "Vella, kenapa kamu masih secemburu itu dengan adikmu? Sudah aku bilang cuma ada kamu satu-satunya." "Menjijikkan!" Segera Vella meninggalkan Rino usai mengucapkan kata ketus. "Vella ... jangan marah terus seperti itu. Oke, aku tidak akan menjemput Andin lagi mulai sekarang," ucap Rino sembari mengejar langkah lebar Vella. "Terserah!" "Vella ...." Dari sudut yang berbeda Samudera tengah memperhatikan bagaimana cara Rino mengejar-ngejar Vella. Wajah tampannya menunjukkan ron
Tidak sampai lima menit. Surat nikah sudah ada di tangan Vella dan Samudera.Entah bagaimana Samudera mengatur segalanya hingga semua berjalan dengan sangat mudah tanpa ada kendala.Pasangan pengantin baru tersebut berjalan santai menuju ke dalam mobil dengan langkah ringan.Vella tidak membuka percakapan sedikitpun. Semua seperti mimpi, dia sendiri sebenarnya tidak yakin dengan keputusan yang dia ambil secara mendadak ini.Tapi jika tidak menikah, bagaimana dia bisa mendapatkan akses kekayaan mamanya? Dia hanya akan menjadi bahan celaan semua orang jika tidak mengambil tindakan.Apa yang sudah dia perjuangkan agar tidak disebut kabut suram akan sia-sia, Vella tidak mungkin membiarkan itu terjadi.Terlebih acara puncak final ajang kompetisi menyanyi akan diselenggarakan akhir pekan ini, dia tidak ingin tersisih dengan cara menyedihkan.Di mobil Vella duduk tenang di samping Samudera, sebelum dia merasakan tangannya dira
Andin dan Feli sempat terbengong sesaat mendengar ujaran Samudera. Mereka terpaku menatap punggung tegap dan lurus yang salah satu tangannya tengah memeluk dan menuntun Vella menjauh dari mereka.Tapi setelah Vella dan Samudera hendak menaiki motor keren, Feli baru sadar dan meledak bagai plutonium yang tersulut api."Anjing?! Siapa yang kamu sebut anjing, ha?! Kamu yang anjing, memelihara gadis murahan seperti Kabut Suram! Aneh sekali, kelihatannya tenang bagai angin malam, gak tahunya sama saja dengan mulut pisau Vella. Kalian itu memang cocok, sama-sama jahat dan penindas! Kalian yang anjing!"Teriakan Feli menggema menarik perhatian orang-orang di pinggir danau, tapi nyatanya yang dicaci sama sekali tak peduli. Mereka berlalu dengan santai dengan motor keren yang mereka tunggangi.Sementara Andin menurunkan ponsel yang dia gunakan untuk mengambil beberapa foto Vella dan Samudera yang dia ambil secara ilegal.Rahangnya mengerat tajam,
"Tetaplah tenang dan jangan menoleh ke belakang."Seketika Samudera menaikan alisnya setelah mendengar ucapan Vella.Tidak jauh dari mereka berdiri, Andin dan Feli tengah menatap Vella dengan penuh selidik.Saat ini mereka sedang membeli jajanan street food di seberang jalan."Iblis Kabut Suram sedang bersama siapa?" Feli bertanya.Posisi Samudera yang membelakangi mereka tentu saja sangat sulit untuk dikenali oleh dua gadis tersebut."Entahlah, mungkin pacar kak Vella yang baru." Andin juga memperhatikan postur tubuh tinggi yang kelihatan keren dari belakang."Aneh, katanya dia simpanan om-om berperut gendut, masih ada saja yang mau sama dia." Feli mencela sekaligus iri dengan Vella."Mungkin cowok itu tidak tahu tabiat kak Vella sebenarnya.""Kalau begitu, ayo kita beri tahu." Feli langsung menarik tangan Andin begitu saja.Sebenarnya ini sangat canggung, tapi Andin juga penasaran siapa cowok
Kompetisi menyanyi kian menuju ke arah final. Sudah banyak peserta yang tereliminasi.Namun, Vella masih bertahan begitu juga dengan Andin.Andin cukup geram dengan pertempuran ini. Dari waktu ke waktu Vella terus mengalami peningkatan, pendukungnya juga semakin banyak, dan kepopulerannya makin tersebar ke tanah air.Meskipun penilaian kompetisi sepenuhnya berada di tangan juri, tapi Andin cukup was-was, takut dikalahkan Vella dalam kompetisi menyanyi ini.Terlebih keinginan tak terpuji yang selalu menguasai benak Andin. Vella menjadi terkenal, itu sudah seperti tusukan duri bagi ketenangannya.Bagaimanapun caranya Andin berusaha mematahkan semangat Vella.Andin cukup tahu meski pendukungnya banyak, tapi sebenarnya dia sendirian. Tak ada orang terdekat yang menyertainya acap kali dia melakukan kompetisi.Sementara Andin, selalu ditemani Edgar, Indina, Rino, dan Feli yang selalu bersorak dan mengangkat papan namannya ting
Berjam-jam mansion 7 hanya membuat semua orang dongkol, tapi tak ada satupun berani menggertak.Sampai semuanya berakhir, Sandra baru mendekati Samuel."Mumu, apa hubungan mereka sungguhan?"Samuel menatap Sandra dengan acuh tak acuh dan berkata, "Menurutmu? Apa kamu pikir ada yang bisa mencegah keinginan kak Sam?"Sandra menelan saliva, dia sangat tahu bagaimana tabiat Samudera sejak kecil, tak ada yang berani melawannya.Saat umur 12 tahun dia merobek mulut anjing kesangannya hidup-hidup hanya demi mengambil liontin giok pemberian dari mamanya yang ditelan anjing tersebut.Pada umur 15 tahun Samudera juga menabrak 4 geng motor masuk ke dalam jurang gara-gara mengejek Samuel di depannya.Samudera tidak pandang bulu untuk memuaskan keinginanannya, apa yang dia inginkan selalu dia dapatkan, entah itu jalur kekerasan ataupun jalan damai.Samudera sangat mengerikan, tapi juga sangat memesona, kejahatannya tak membu
Langkah Vella gontai saat berjalan kembali ke mansion 7. Ingatan mengerikan yang dia alami saat laki-laki merobek pakaiannya dengan paksa, terbersit dan menggoyahkan langkah saat ini.Keringat halus muncul di keningnya melalui pori-pori, Vella bersandar pada dinding sejenak, guna mengembalikan tenaganya yang sempat mengikis.Sayang sekali, hari ini bajingan itu lolos dari pandangan, Indina juga tak sedikitpun memberi informasi yang membantu meski Vella sudah berusaha menekan.Malah Vella sendiri yang nyaris diseret keluar oleh keamanan yang tengah berjaga lantaran telah mengakibatkan kegaduhan.Jika tidak ada Virgon yang membelanya, mungkin dia tak akan bisa kembali ke mansion 7, meski sesungguhnya dia sudah tak ada minat untuk kembali bersenang-senang dengan anak-anak para konglomerat.Jika tidak ingat Samudera telah menitipkannya pada Samuel, mungkin Vella sudah kabur dari tempat tersebut, dia hanya tak ingin memberi masalah pada anak i
Sampai di mansion 7 seseorang membukakan pintu suara berisik dari hinggar binggar musik segera menyakiti pendengaran Vella.Tapi begitu salah satu dari mereka melihat kedatangan Samudera, segera musik pun dimatikan."Kak Sam, akhirnya dia datang membawa kakak ipar." Zio berseru dengan gembira, membuat Vella terkejut.'Apa aku sepopuler itu hingga mereka semua tahu hubunganku dengan Samudera?' gumam Vella dalam hati.Vella hanya tahu dia anak kelas sebelas, tapi sebelumnya dia belum pernah bertegur sapa dengannya."Selamat datang, Kakak ipar." Samuel menyapa dengan wajah imutnya, kali ini Vella tidak bisa menyembunyikan senyum manis. Wajah adik kandung Samudera itu memang terlihat menyenangkan.Sementara Zoya yang tadinya duduk dengan anak laki-laki yang sebelumnya tidak pernah Vella lihat segera berlari menghampiri dengan ceria."Kakak ipar, aku Zoya adik kelasmu, kamu tahu 'kan?"Pertanyaan Zoya hanya membuat V
Di saat ibu dan adik tirinya sedang gundah gulana, Vella malah terlihat lebih santai sekarang.Meski di sekolah Andin sering membully melalui mulut Feli. Nyatanya itu tak begitu mengganggu hari-hari Vella. Sementara Andin terus berakting teraniaya setiap bertemu dengannya.Selalu ada saja akal busuk untuk menyudutkan Vella, agar dia dipandang kejam oleh semua orang."Vella, apa kamu kecanduan menjadi seorang penjahat? Bisa-bisanya kamu memaksa Andin meminum kopi panas, dimana otakmu?" pekik Feli sambil menenangkan Andin yang terisak pilu.Vella hanya mencibir sengit, jelas sebelumnya Andin ingin menumpahkan kopi itu di seragamnya, tapi dengan sigap dia bisa menebak pergerakan Andin. Dan tanpa ampun dia merebut kopi dari tangan adiknya, lantas menuangkan di mulut gadis penuh kepalsuan itu dengan paksa.Jiwa penindasnya memang berkembang dengan baik sejak dia keluar dari rumah.Anak-anak sampai bergidik ngeri kala melihatnya. Mereka hanya berb
Deru mobil bertenaga monster yang mengundang perhatian para siswa siswi sesampainya di sekolah.Decak kagum bersahut-sahutan mengumandangkan siapa pemiliknya.Saat mobil tersebut berhenti sempurna di tempat parkir sekolah yang luas, semua mata terpaku menunggu siapa yang keluar dari dalamnya.Alam seakan ikut andil menyemarakkan suasana pagi.Tepat saat pintu mobil terbuka, angin berembus menyibak lembut gadis cantik dengan temperamen dingin yang baru saja keluar dari dalam mobil.Rambut Vella yang tergerai panjang berayun mengikuti arah mata angin yang membelai.Cantik elegan tanpa dibuat-buat.Gadis berpostur tinggi berjalan santai mengabaikan mata yang menatap kagum dengan rona wajah acuh tak acuh.Andin yang baru saja tiba berdiri di samping Rino yang menatap Vella dengan binar ketertarikan lekat.Hatinya mulai memanas, tapi tak bisa berkata-kata, jika menyangkal pesona Vella jelas dia tampak buruk.Dia hanya