Rino sudah tak punya kenyamanan hati setelah mengkhianati Vella, tapi Vella malah bersikap baik padanya. Dia sungguh merasa bersalah. Dia menatap Andin sekilas kemudian menemui nenek Lola untuk berpamitan pulang.Wazz ....Di salah satu kamar mandi, suara shower mengucur deras membasahi rambut lurus yang langsung terlihat lepek karena basah.Tatapan Vella terlihat kosong tak terarah pada apapun. Dia tengah memikirkan bagaimana mengakhiri perjodohan sialan ini?Setelah terdiam cukup lama memikirkan masalah asmara itu cukup membuat Vella sakit kepala. Dia tak ingin lagi ada laki-laki yang hanya bisa menghancurkan pikirannya.Di usianya sekarang memang rasanya tidak cocok untuk memikirkan hal tidak penting semacam itu.Saat ini Vella masih dianggap kabut suram oleh kebanyakan orang, dia harus fokus mengembalikan nama baiknya dan meraih prestasi yang gemilang untuk membuktikan diri.Dia harus menemukan laki-laki yang mencoba melecehkannya demi membuka kedok ibu tirinya. Vella yakin setela
Setelah membiarkan Vella hanyut dalam kesedihan, diam-diam anak laki-laki beranjak dari tempat duduk, bergerak perlahan menghampiri Vella kemudian duduk dengan tenang di samping gadis tersebut tanpa berucap.Memandang kesedihan Vella dengan cukup lama, hingga akhirnya dia tidak tahan untuk bertanya, "Ada apa?"Vella terkesiap dan mendongakkan wajah dengan gerakan sangat terkejut kala mendengar nada rendah di sebelahnya. "Kamu?" ucapnya.Segera Vella menghapus air matanya meski dia sangat kesulitan mengendalikan isak tangis yang mempersulit tarikan napas yang tersengal.Seperti biasa, Vella tak suka orang lain lain melihat kesedihannya. Tapi selalu saja Samudera bisa menemukannya.Vella segera membuang wajah ke arah lain untuk menghindar."Tidakkah kamu ingin berbagi?" tanya Samudera pelan.Tidak ada jawaban atas pertanyaan Samudera, hanya isak tangis yang sesekali terdengar lirih kala bahu Vella sedikit terguncang.Samudera mengembuskan napas pelan. "Jika kamu tak ingin berbagi dengan
"Kamu ingin mengajakku ke mana? Aku membawa mobil sendiri." Vella berusaha melepaskan tangannya. Namun, mana mungkin Samudera membiarkan itu terjadi."Kamu tidak punya SIM, tidak aman mengendarai mobil sendiri," ucap Samudera santai seraya menarik Vella menuju motornya."Mobilku ...."Kali ini ucapan Vella sama sekali tak digubris oleh Samudera, dia malah memakaikan helm di kepala gadis tersebut."Ayo," ajak Samudera setelah nangkring di atas motor, namun Vella masih saja bergeming dan menatapnya lekat."Paman Virgon akan mengurus mobilmu, ayo naik." Samudera menjawab kekhawatiran Vella."Ke mana?""Ck, naik saja ...."Vella terpaksa naik ke atas motor Samudera, sudah memakai helm juga."Sam ...," pekik Vella kala Samudera meraih kedua tangannya dan melingkarkan pada perut."Pegangan, biar gak jatuh."Vella menarik salah satu sudut bibirnya ke samping, sebal dengan pemaksaan yang dilakukan Samudera.Sungguh tidak tahu dengan sikap laki-laki tampan yang tengah dipeluknya ini.Kadang di
"Vella!" pekik semua orang terkejut dengan tindakan Vella, yang memukul Indina secara mendadak. Indina tersungkur lemah ke samping, namun sepertinya Vella tak ingin berhenti sampai di situ. Dia sudah menahan sejak lama amarahnya, kali ini dia tak ingin memendamnya lagi. Kembali Vella mengacungkan tinjunya dengan keras menghantam wajah perempuan jahat hingga tersungkur ke lantai. Semua orang kembali menjerit, namun tak berani mencegah Vella melakukan tindakan yang tak patut ditiru. Sejak awal Vella memang tidak suka berbasa basi, dia hanya melakukan apa yang ada di pikirannya dengan spontan, tak ingin menutupi bahwa dia kejam dan jahat, memberi ketakutan pada setiap orang yang melihatnya. Tepat pada saat itu Edgar tiba dan sudah pasti sangat terkejut melihat keributan di rumahnya. Dia berlari meraih Vella yang tampak kesetanan ingin kembali menghajar Indina yang terlihat tak berdaya di lantai. "Vella, hentikan! Ada apa denganmu sebenarnya?" Vella tidak ingin menjawab hanya menata
Sejak Vella tak ingin meredam kekakuannya, Edgar hanya bisa menghela napas kasar.Minggu sore yang redup menjadi senyum ejekan untuk Vella dari Indina dan Andin.Seberapapun nenek Lola mencegah, nyatanya Edgar tak mengurungkan niat untuk mengantar Vella menuju asrama.Edgar masih menganggap selama ini terlalu memanjakan Vella, hingga gadis itu tumbuh menjadi anak yang dingin dan arogan.Menyuruh mama tirinya untuk berlutut itu menurutnya sangat keterlaluan bagi seorang anak."Bukan papa tidak menyayangimu, Vella. Tapi papa ingin kamu belajar menjadi rendah hati dan menghargai orang lain. Papa harap kehidupan sederhana di asrama dapat mendisiplinkanmu."Ucapan Edgar sangat jelas di telinga Vella, namun gadis itu sama sekali tak menanggapi, ekspresi wajahnya datar tak menunjukkan emosi sedikitpun.Hanya menatap nyalang anak-anak seusianya keluar masuk menuju bangunan yang nanti akan menjadi tempat tinggalnya. "Ini uang sakumu, papa tidak akan memberikan kartu kredit untukmu kali ini. J
Teriakan itu membuat dua gadis yang duduk menghadap meja belajar menoleh secara serempak.Seorang gadis berambut pendek sebahu masuk diikuti dua gadis lain di belakangnya, wajahnya terlihat sombong dan meremehkan tatkala memasuki ruangan. Sedikit membeku ketika melihat Vella ada di situ, salah satu alisnya pun terangkat, kemudian dia berucap, "Oh, ternyata kamu sudah punya teman sekamar ya?"Salah satu teman yang mengikutinya tampak maju selangkah dan membisikkan sesuatu padanya.Seketika dua mata itu melebar mendengar bisikan, lantas dia pun tersenyum mencela ketika melihat Vella dengan seksama. "Oh, dia adalah Kabut Suram itu ya?"Gadis itu menjeda ucapannya sejenak kemudian kembali berkata, "Tapi ... bukankah dia putri dari keluarga kaya? Kenapa dia bisa terdampar di sini sekarang?""Pasti keluarganya sudah menyerah menangani kelakuannya yang kejam seperti itu, makannya dia dibuang ke sini." Gadis lain terdengarnya nyeletuk dengan nada cibiran kental.Vella menghela napas kasar, s
Cahaya lampu malam jatuh menerpa lima anak gadis yang tengah berdiri di hadapan dua perempuan paruh baya dengan binar ketegasan yang tak bisa dibantah.Vella sudah tahu bahwa ini akan terjadi. Dia berdiri tenang kemudian mengangguk setelah mendapatkan pertanyaan yang panjang.Tentu saja Vella mengakui jika dia memang memukul Nadia di kamarnya.Namun, rona wajahnya yang tenang tanpa rasa bersalah, malah membuat dua wanita paruh baya itu menghela napas kasar."Vella, belum ada setengah malam kamu datang ke asrama ini, tapi kamu sudah membuat keributan. Kamu tahu hukuman apa bagi siswa-siswi yang menggunakan kekerasan di sini?" tanya kepala pengurus asrama.Vella menggeleng datar, dan menjawab, "Tidak."Kepala pengurus asrama terlihat mengangguk-anggukkan kepala samar, kemungkinan besar dia memaklumi karena Vella baru datang. Tapi nyatanya perintah hukuman itu tetap Vella dengar."Meski baru datang, bukan berarti kamu lolos dari hukuman, Vella. Ayahmu menyerahkan kamu di sini, maka kami
Segera pengawas itu menoleh dan melihat Vella yang hanya berdiri menatap piring-piring kotor. "Apa kamu ingin hukuman tambahan?" tanyanya.Vella hanya menghela napas kasar, sepertinya kali ini dia memang tak bisa menghindar.Tapi sebelum menyentuh piring-piring yang ada di depannya, manik hitam dingin itu sempat melihat tiga gadis yang tersenyum mencela kepadanya. Tapi detik berikutnya tiga gadis itu kehilangan keberanian untuk tersenyum. Tatapan Vella cukup untuk menenggelamkan nyali mereka.Waktu hampir menunjukkan pukul sembilan malam, manakala keempat gadis itu menyelesaikan hukuman mereka.Vella berjalan santai menuju ke kamarnya, seorang gadis culun yang tidak lain adalah Sabrina tengah menunggunya dengan binar lemah dan ketakutan setibanya di kamar tersebut. Vella lelah, sesungguhnya dia muak melihat ketakutan itu terus-menerus.Vella mendesah kasar. Dan bergegas naik ke tempat tidur yang berada di atas. Tapi segera dia mengurungkan niat kala Sabrina tiba-tiba memegang tanganny
Di kantor Star Entertainment.Samudera masih sibuk menyelesaikan pekerjaan meski hari sudah menggelap.Kakek Baswara sama sekali tak bergerak menyentuh papanya Vella, itu sudah membuktikan jika ancaman Samudera telah berhasil menekan kakeknya.Dan itu bagus, Samudera tidak perlu repot-repot melakukan sesuatu gar Vella tidak khawatir.Samudera baru tersadar ketika ponselnya berdering.[Kamu akan terus sibuk, atau aku menyusulmu ke kantor?]Pesan Vella ini seperti perintah untuk menyuruhnya berhenti bekerja.Sambil tersenyum Samudera mengetik balasan.[Iya, aku pulang.]Saat berada di lift Samudera menerima laporan dari Virgon bahwa hari ini Vella juga ikut memeriahkan perebutan saham Kuswara Group yang bertebaran.Samudera tersenyum simpul dan berucap, "Biarkan saja, asal dia senang."Samudera memang ingin mengajak Vella kembali tinggal di apartemen permata hijau, tapi Vita melarang dan menyuruhnya tetap tinggal di vila.Tinggal di rumah mertuanya tentu saja tidak sebebas tinggal di ru
Samudera tidak mempedulikan ancaman kakeknya, ia terus berjalan santai keluar dari kediaman Baswara.Samudera yakin saat ini Vita sudah bertindak dalam senyap untuk menyeret Kuswara Group turun ke bawah.Jika kekuatan keluarga Kuswara sudah runtuh, apa kakeknya masih bersikeras menjodohkannya dengan Sandra?***Di negara Y.Sandra baru saja tiba di rumah, ia berjalan anggun yang disambut para pelayan untuk membawa barang bawaannya layaknya nona muda dari keluarga kaya.Ia terus menyusuri rumah mewah dan menemukan orang tuanya sedang bersitegang."Di mana Sandra? Suruh dia pulang. Dan berhenti menjadi murahan seperti itu!"Nada ayahnya yang meninggi menunjukkan bahwa suasana hatinya sedang tidak baik.Padahal saat Sandra pamit ingin pergi ke negara I untuk menjenguk Samudera, ayahnya tampak baik-baik saja."Ayah, aku sudah pulang. Ada apa?"Kedua orang tua Sandra menoleh, tatapan ayahnya sama sekali tak ramah seperti biasanya."Sandra, kamu ini masih muda. Laki-laki tampan di luar sana
Atas izin Vita akhirnya nyonya Baswara membawa Vella keluar dari vila. Tentu saja setelah memberi tatapan isyarat pada Samudera untuk mengingatkan bahwa ia sudah berjanji akan menjamin keselamatan Vella.Vella bisa melihat koneksi mata mamanya dengan Samudera dengan jelas.Setelah insiden di jalan Victory ia tahu mamanya melakukan penjagaan yang sangat ketat.Vella yakin Samudera sebenarnya mengetahui apa yang disembunyikan mamanya, tapi tak ingin memberitahu.Saat Vella mendesak, Samudera malah menggoda dengan senyum manis. "Karena kamu cantik, jadi banyak orang yang menginginkanmu."Vella mendengkus kesal, mana ada karena cantik malah ingin ditembak mati?"Bersenang-senanglah, nanti aku akan menjemputmu," ucap Samudera sesampainya di depan salon terkenal di kota Zaden."Kamu mau ke mana?""Ada sedikit urusan, tidak akan lama." Samudera pergi setelah mengecup pelan kening Vella.Seketika kemunculan Vel
Samudera juga langsung menghentikan jarinya ketika mendengar suara mamanya.Ia menoleh dan mendapati mamanya berjalan mendekat ke arah Vella diikuti Felis yang tampaknya kerepotan mengurusnya.Vita memberi isyarat pada Felis untuk membiarkannya masuk, dan itu membuat Samudera memijat kening.Samudera sangat hafal kebiasaan mamanya yang memaksakan kehendak dengan suara lembutnya yang ceria."Mama, bagaimana Mama tahu kami ada di sini?" Vella berdiri menyambut nyonya Baswara.Nyonya Baswara langsung memeluk Vella dan berkata, "Mama merindukanmu, sayang. Maaf dengan berita menghebohkan kemarin.""Tidak apa-apa, Ma. Lagipula Samudera juga ada di sampingku.""Mama selalu di rumah, apa tidak bisa menyuruh kakek untuk membuat berita yang benar?" Samudera akhirnya membuka suara.Tapi nyonya Baswara malah melepas salah satu flatshoes yang ia kenakan lantas melemparkannya pada Samudera."Jangan berbicara lagi pad
"Aku ingin kamu meruntuhkan kesombongan keluarga Kuswara."Samudera juga tak ingin bertele-tele menyampaikan keinginannya. Dan itu mengundang cibiran kental di wajah Vita.Seorang penjahat sekelas Alan Rein tentu saja tidak akan kesulitan hanya untuk mengepung dan memblokir perusahaan Kuswara.Dengan meminta Vita melakukan sesuatu, itu hanya akan merepotkannya saja."Aku tidak tertarik dengan urusan keluargamu," tegas Vita dengan suara datar dan dingin."Kamu tidak punya pilihan, sekarang di perut putrimu ada milikku. Apakah kamu tidak akan memberi status pada monster kecil itu?" Samudera berkata seakan ia lah yang mempunyai kendali sekarang.Tatapan Vita kembali tajam.'Dia mencoba mengendalikanku ….'"Kenapa aku harus melakukan itu? Berurusan dengan keluarga Kuswara tidak akan memberi keuntungan apapun untukku," tolak Vita, enggan menuruti keinginan Samudera hanya membuatnya mengundang masalah baru yang sangat
Suara Vita sebelumnya memang tegas dan menggelar, tapi raut wajahnya menunjukkan ketenangan yang bermartabat seorang wanita yang tidak mudah ditaklukkan. Matanya menatap tajam ke arah putrinya yang saat ini mematung di samping laki-laki yang mengenakan pakaian rumahan. Sudah bisa menebak jika selama ia pergi ternyata Vella menyimpan bandit kecil di kamarnya. Vella terlihat gugup dan terkejut, tapi Samudera masih bersikap biasa saja, hanya sedikit menyayangkan pertemuan pertamanya dengan mama mertua harus dengan cara seperti ini. Binar mata Vita yang jernih menyapu Samudera yang belum membuka suara, aura ketenangan yang tidak mengancam dapat ia lihat dari sorot mata simpanan putrinya itu. Vita enggan mengakui jika Samudera adalah suaminya Vella. "Aku yang menyuruhnya tinggal di sini. Mama tidak boleh mengusirnya," ucap Vella sedikit bergeser ke depan Samudera. Seolah ingin menjadi tameng jika mamanya hendak menyeret Samudera keluar dari kamarnya. Vita mendengkus dingin, putrinya
Di vila pinggir danau Vella tak begitu memedulikan kegaduhan di dunia maya, lagipula Samudera sudah mengurusnya, memikirkan hal yang tidak penting seperti itu hanya membuat suasana hatinya semakin buruk.Otaknya masih memikirkan bahwa ia belum mendapatkan menstruasi bulan ini, hatinya terus menerus bergemuruh karena kecemasan berlebihan.Vella terdiam menatap layar laptopnya yang masih menyala di atas meja belajar. Ia sedang membaca artikel tentang gejala awal kehamilan.Bibir Vella menipis, ada kerutan di dahinya ketika ia sama sekali tak merasakan gejala seperti mual, muntah, lemas, dan juga pusing. Bahkan ia bisa makan dengan lahap hari ini."Mungkin aku hanya terlalu khawatir," gumam Vella pelan."Apa yang kamu khawatirkan?"Seketika Vella melonjak terkejut dan langsung menutup laptopnya."Sammy, bisa gak sih jangan muncul secara mendadak begitu!" kesal Vella sambil memukul pelan lengan Samudera. Suaranya pun agak me
Tawa Sandra membahana memikirkan Vella yang terpuruk karena berusaha mendekati keluarga Baswara.Tapi kemudian muncul video pacuan kuda yang memperlihatkan Sandra memecut Vella dengan cabuk di kota barat demi memenangkan pertandingan untuk membuktikan ia lebih unggul daripada Vella.Seketika itu juga keburukan Sandra terkuak di depan publik bahwa temperamennya tak layak untuk disebut sebagai manusia.[Astaga … ternyata Sandra mengerikan sekali ya.][Gila! Kalau aku jadi Samudera, aku juga tidak akan mau dijodohkan dengan gadis yang mengerikan seperti itu.][Sudah baguslah jika menolak perjodohan itu. Meski sekaya apapun, jika temperamennya seperti itu, lengah dikit nyawa taruhannya.][Bisa-bisanya keluarga Baswara memaksa Samudera bertunangan dengan gadis semacam itu. Apakah mereka tidak takut putra mereka menjadi korban?][Itu pasti berdasarkan hubungan bisnis. Jika Samudera bersama Sandra tentu saja perusahaan Kuswara
Senyum Samudera menyambut ketika Vella membuka pintu kamar. Tapi Vella tak mempunyai hasrat untuk membalasnya. Samudera juga baru saja membaca berita terpanas siang ini, membuatnya merasa tahu apa yang merusak suasana hati gadisnya. Padahal saat ini Vella sedang memikirkan tentang datang bulan yang baru saja dibicarakan Sabrina. Samudera segera mengambil ponsel dan beranjak dari tempat duduk untuk mendekati Vella yang meletakkan ransel di meja belajar dengan lesu. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Vella terkejut dengan ciuman mendadak Samudera di pipi sembari mengambil foto selfie. Masih tersenyum, Samudera meraih jemari Vella yang mengenakan cincin pernikahan kemudian kembali mengambil gambar dan berkata, "Aku bosan menjadi simpanan, saatnya memberitahukan pada dunia siapa gadisku sebenarnya." Saat Vella masih merenung, Samudera sudah mengunggah foto yang barusan ia ambil di akun pribadinya.