Dony langsung mematikan panggilan itu dan melepar ponselnya ke atas meja. Pria itu kembali memijat keningnya.
Dua bulan yang lalu Dony memutuskan untuk menjalankan misi menemukan wanita yang benar-benar tulus mencintainya. Bukan karena harta ataupun kedudukan. Maka dari itu Dony menyamar sebagai pria biasa dan bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran cepat saji di daerah pinggiran kota. Pekerjaannya di perusahaan? Dony serahkan sepenuhnya pada Juan.Meski awalnya agak sulit, tapi lama kelamaan Dony mulai menikmati peran barunya. Di sini dia banyak belajar tentang kehidupan rakyat biasa. Bagaimana untuk mendapatkan uang adalah hal yang cukup sulit, sedangkan dirinya selama ini dengan mudahnya menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Terutama jika Vita sudah merengek meminta ini dan itu.Siang tadi Dony mengantarkan pesanan makanan ke sebuah area perkantoran. Setelah selesai, Dony mendapat panggilan alam. Karena tidak mampu untuk menahannya, Dony menanyakan pada security di sana di mana letak toilet. Kemudian security itu menunjukkan toilet bassment yang memang jaraknya paling dekat dari tempatnya sekarang.Begitu selesai dengan urusannya dan hendak pergi dari sana, tiba-tiba Dony mendengar suara teriakan namun cukup lemah dan juga suara pintu yang digedor dari dalam.Karena sepi, Dony memberanikan diri ke tempat sebelah yang merupakan toilet wanita tempat suara itu berasal. Dirinya melihat satu toilet yang terkunci dari luar dengan kunci yang masih menggantung. Tanpa fikir panjang Dony langsung membuka kunci pintu tersebut.Begitu pintu terbuka, tiba-tiba saja seorang gadis keluar dan memeluknya begitu erat. Tubuh gadis itu gemetar hebat, mungkin ketakutan. Dony yang bingung dan juga sedikit terkejut, mematung beberapa saat. Ketika hendak menenangkan gadis itu mendadak ada dua security yang memergoki mereka dan menyangka mereka melakukan hal yang tidak-tidak."Huft!" Dony membuang nafas berat. Berniat menolong malah terjebak pernikahan dengan gadis belia yang tidak dikenalnya."Sepertinya aku harus menyelidiki gadis itu, aku harus tau bagaimana latar belakang Anna." Gumamnya. Dony mengambil kembali ponselnya, menghubungi sang asisten."Selidiki siapa Anna. Aku mau semua informasi lengkap tentangnya." Kata Dony begitu panggilannya terhubung, namun dengan suara pelan."Baik, Tuan." Seperti biasa, Juan selalu patuh dengan apapun perintah dari Tuannya.Dony kembali mematikan panggilannya. Tak lama Anna datang dengan semangkuk mie dan juga satu gelas teh panas di masing-masing tangannya."Kenapa tidak memanggilku?" Dony beranjak berdiri mengambil alih mangkuk dan juga gelas dari tangan Anna."Aku masih bisa membawanya, Kak." Jawab Anna. Gadis itu kembali ke dapur untuk mengambil mie instan miliknya.Sepasang suami istri dadakan itu tengah menikmati makan siang dengan menu mie instan bersama.Dony sesekali melirik ke arah Anna yang duduk di depannya. Gadis itu nampak begitu lahap menikmati makanannya seperti tidak makan berhari-hari."Seharusnya kamu tadi masak dua bungkus untukmu." Celetuk Dony yang memperhatikan betapa lahapnya Anna makan."Aku belum makan dari kemarin, Kak." Sahut Anna dengan mulut penuh makanan."Uhuk, uhuk!" Dony langsung tersedak mendengarnya. Anna segera memberikan minum pada suaminya."Kamu belum makan dari kemarin? Kenapa tadi tidak bilang?" Tanya Dony, lelaki itu sepertinya khawatir. Andai dia tau, tadi lebih baik membawa istrinya ke warteg saja daripada hanya makan mie instan begini."Aku sudah terbiasa tidak makan, Kak." Sahut Anna dengan tenangnya. Dony menatapnya tak percaya, sepertinya orang tua Anna tadi bisa dibilang orang kaya. Tapi kenapa Anna jarang makan?"Apa kamu diet?"Biasanya kan gadis muda akan diet ketat untuk menjaga berat badannya, fikir Dony."Untuk apa diet, Kak? Untuk mendapat makanan saja itu sulit buatku." Jawab Anna."Apa orang tuamu tidak memberimu makan?" Tanya Dony lagi, tatapannya berubah curiga."Oh, itu..." Anna seperti baru tersadar akan ucapannya, tidak seharusnya ia mengatakan hal seperti tadi."Itu... Mereka..." Anna terbata-bata, Dony semakin menatap curiga padanya."Tidak perlu dijawab. Habiskan makananmu, setelah ini kita ke rumah Pak RT." Tukas Dony."Iya, Kak." Anna kembali fokus pada mie instannya.*****Sebagai warga yang baik, harus melapor jika ada sesuatu pada RT setempat. Rumah Pak RT tidak begitu jauh, Dony dan Anna jalan kaki ke sana. Anna berjalan di belakang Dony, menatap punggung tegak lelaki itu."Apa dia pria yang baik? Bagaimana kalau Kak Dony sama saja dengan yang lainnya? Tidak menyukai keberadaanku dan hanya senang menyiksaku saja?" Pertanyaan itu tiba-tiba melesak dalam fikiran Anna membuatnya menghentikan langkah.Selama ini Anna tak pernah mendapat perlakuan menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya. Entah apa yang salah dengannya? Semua orang seakan tidak menyukai keberadaan dirinya.Sadar akan Anna yang tidak mengikuti langkahnya, Dony berhenti dan menoleh ke belakang. Dilihatnya istrinya itu sedang melamun sambil berdiri. Dony menggeram kesal, dan menghampiri istri kecilnya kembali."Anna!"Anna tersadar dari lamunannya, Dony sudah berdiri di hadapannya dengan wajah datar."Kenapa berhenti?" Tanya Dony."Tidak apa-apa, Kak." Jawab Anna."Ck, kamu ini. Ayo jalannya cepat sedikit, panas ini." Dony menarik tangan istrinya agar tidak berhenti di tengah jalan lagi.Akhirnya mereka sampai di sebuah rumah bercat putih dan memiliki halaman asri yang cukup luas.Tok. Tok. Tok.Dony mengetuk pintu rumah Pak RT sementara Anna berdiri di belakangnya. Tidak lama kemudian pintu itu terbuka. Seorang gadis cantik yang membukanya."Dony?" Mata gadis itu terlihat berbinar dan senyum lebar terbit di bibirnya melihat Dony yang berdiri di ambang pintu."Mela, apa Pak RT ada?" Tanya Dony."Ayah? Ada." Jawab gadis yang bernama Mela tersebut."Bisa tolong panggil kan?" Tanya Dony lagi, Mela mengangguk. "Tentu saja. Silakan duduk, aku panggil Ayah dulu." Mela masuk kembali ke dalam rumahnya. Sedangkan Dony dan Anna duduk di kursi teras."Tidak biasanya Dony siang-siang kemari, ada apa ya? Apa jangan-jangan dia mau melamarku?" Gumam Mela sambil terkikik, fikiran gadis itu sudah melayang ke mana-mana."Perempuan tadi siapa, Kak?" Tanya Anna."Mela, anak Pak RT." Jawab Dony singkat."Pacar Kak Dony?" Tanya Anna lagi, Dony langsung menatap tajam pada Anna. Anna menelan salivanya melihat tatapan tajam suaminya."Aku kan cuma tanya, Kak." Cicit Anna."Tapi pertanyaanmu aneh." Timpal Dony."Aneh? Aneh di mananya? Aku cuma tanya, apa Mela pacar Kak Dony?" Tanya Anna bingung. Melihat ekspresi Mela yang berseri-seri seperti tadi, tidak heran jika Anna beranggapan seperti itu."Mela bukan pacarku, lagipula aku belum lama tinggal di sini. Jelas?"J
Ia menghujani tubuh Anna dengan kecupannya. Dan Anna hanya pasrah menerima serangan Dony, gadis itu menggeliat dengan suara desahan yang sesekali keluar dari mulutnya.Dirasa siap, pria itu kemudian membuka lebar kaki Anna dan mulai memposisikan diri, terlihat wajah Anna menegang."Tidak perlu takut, Anna. Aku akan melakukannya dengan perlahan." Bisik Dony di telinganya. Anna memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya saat Dony memulai penyatuannya. Rasa sakit, perih dan malu berkumpul jadi satu. Anna memeluk leher suaminya saat merasa milik Dony semakin melesak masuk dan menyakitinya di bawah sana."Akh!" Anna memekik dan semakin erat memeluk Dony saat suaminya itu berhasil menembus segel penghalang miliknya. Dony terdiam sejenak membiarkan Anna melepas rasa sakitnya. Dipandanginya wajah polos yang berada di bawah kuasanya, Dony mendaratkan kecupan hangat di kening Anna dan kembali menyatukan bibir mereka berdua.Kedua akhirnya larut dalam kegiatan panas sore itu. Anna mencengkram
Di tempat tersembunyi, seseorang tengah mengintai target incarannya, di saat yang tepat jari telunjuknya menarik pelatuk revolver.DOR! DOR!Dua tembakan melesat tepat mengenai sepasang suami istri, tubuh mereka langsung terkapar di atas tanah. Senyum miring tersungging di bibir, secepat kilat sang pelaku pergi dari tempat itu sebelum ada yang mengetahui keberadaannya."Tuan Morgan dan istrinya tertembak! Cepat telepon ambulans dan cari pelakunya!"Keriuhan dan kepanikkan seketika terjadi, beberapa orang berpencar mencari pelaku, sementara yang lainnya sibuk mencari pertolongan."Papa! Mama!" Seorang anak laki-laki langsung berlari menghampiri kedua orang tuanya. Dengan tangan bergetar ia meraih tubuh ibunya yang sudah bersimbah darah karena tembakan tadi tepat mengenai jantung."Mama, bangun! Papa, ayo bangun!" Anak laki-laki itu menangis, mengguncang dua raga yang sepertinya sudah tidak bernyawa."Tuan Muda ayo kita pergi, sangat berbahaya jika Tuan Muda masih berada di sini." Seor
"Gio, sampai kapan kita akan menjalin hubungan sembunyi-sembunyi seperti ini? Aku ingin kita segera menikah." Tanya Vita manja, ia menyandarkan kepalanya di dada Gio yang masih berpeluh."Sabar, sayang. Sekarang kamu kan baru diberi apartemen saja, nanti setelah mansion dan perusahaan Morgan Grup jatuh ke tanganmu baru kita menikah." Jawab Gio yang menghujani pucuk kepala Vita dengan kecupannya."Jadi aku masih harus berpura-pura mencintai Dony?" Vita mengerucutkan bibirnya."Iya, Vita. Kamu harus terus memanfaatkannya. Lagipula dia tidak pernah berbuat macam-macam kan?" "Ya memang. Aku pun tak sudi jika disentuh lebih olehnya." Rahang Dony mengeras, dadanya bergemuruh, jadi selama ini Vita hanya menipu dan memanfaatkannya saja? Padahal Dony setulus hati mencintai Vita.Selama menjalin hubungan, Dony memang tidak pernah sekalipun berbuat kurang ajar. Karena bagi Dony, mencintai artinya menjaga bukan merusak. Tapi bodohnya Vita tidak bisa melihat hal itu.Vita memainkan jemarinya di d
"Mau apa dia?" Tanya Dony datar."Nona Vita memaksa untuk bertemu dengan Tuan. Nona Vita juga memohon sambil menangis di bawah sana." Juan menirukan laporan yang dia terima. Dony membuang nafasnya kasar, mau apalagi wanita itu menemuinya?"Biarkan dia masuk, aku ingin tau apa yang mau dia lakukan." Jawab Dony. Juan segera memerintahkan bawahannya untuk melaksanakan perintah Dony.Tak lama, Vita datang dan langsung masuk begitu saja ke ruangan Dony."Dony..." Lirihnya.Kening Dony berkerut heran melihat penampilan Vita yang sangat berantakan. Rambut dan pakaian gadis itu begitu kusut dan ada beberapa memar di wajah cantiknya."Nona Vita, mohon jaga jarak anda." Juan memperingatkan karena Vita semakin mendekat ke arah Dony."Apa maumu?" Tanya Dony yang menatap datar pada mantan kekasihnya yang baru ia putuskan kemarin."Dony, aku mohon maafkan aku. Aku ingin kembali padamu." Pinta Vita memelas."Hah, apa kamu bilang?" Dony bangkit dari kursi kebesarannya, melangkah menatap ke luar jendel
Di sebuah rumah mewah kediaman keluarga Ferdian.Tatapan tajam terarah kepada pria dan juga gadis muda yang duduk berdampingan."Kamu benar-benar buat malu, Anna!" Bentak seorang pria paruh baya yang bernama Roy. Dia baru saja mendapat laporan dari security tempat Anna bekerja kalau Anna dan seorang pria melakukan tindakan tak senonoh di toilet, dan mereka memergokinya sendiri.Anna dan pria itu langsung dibawa ke rumah Anna untuk diadili."Papa, kejadiannya...""Diam! Jangan panggil aku Papa, karena kamu bukan anakku!" Sergah Roy. Anna hanya menunduk, benar yang dikatakan lelaki itu dirinya memang bukan anak kandung di keluarga ini. "Heh kamu, siapa namamu?" Tanya Roy pada pria di samping Anna."Dony." Jawab pria itu singkat."Kalian harus mempertanggung jawabkan perbuatan kalian. Kalian harus menikah hari ini juga!" Tegas Roy sambil menatap keduanya. Netra Dony kontan membulat."Menikah? Aku tidak melakukan apa-apa padanya, kenapa harus menikahinya?" Dony langsung melayangkan prote
"Untuk apa aku menemui kalian? Aku juga tidak akan pernah menganggap kalian keluargaku." Sahut Dony begitu acuh. Roy yang mendengarnya terlihat emosi dan mengepalkan tangannya, kurang ajar sekali sikap pria itu terhadap orang yang lebih tua. Padahal dia juga hanya seorang pelayan restoran."Sudah Papa abaikan saja jangan didengar, lebih baik kita pulang." Ajak Lea yang enggan ribut sambil menarik lengan suaminya dan pergi dari sana.Kini tinggallah Dony dan Anna berdua. "Lihat, gara-gara menolongmu aku malah harus terjebak pernikahan konyol ini!" Seru Dony yang menatap tajam pada Anna."Maaf. Aku juga tidak tau kalau akan seperti ini kejadiaannya." Lirih Anna."Akh, sudahlah!" Dony mengibaskan tangannya, rumit sekali hidup yang harus ia jalani. Pria itu beranjak pergi dan menuju parkiran. Sedangkan Anna masih terdiam di tempatnya berdiri. Nasib buruk apalagi yang akan menimpanya kali ini? Tiba-tiba saja harus menikah dengan orang asing. Dan sepertinya lelaki yang menjadi suaminya itu
Dony tersentak mendengarnya."Dipecat?" Tanya Dony tak percaya."Iya. Ini sisa upah gajimu selama bekerja di sini." Pak Beni melemparkan sebuah amplop coklat tipis ke atas meja. Dony mengambil amplop tersebut, dan menatap datar Pak Beni."Kembalikan seragam itu." Pak Beni menunjuk baju yang dipakai Dony. Lelaki itu menurut, dibukanya seragam itu untungnya dia memakai kaos lain di dalamnya. Kan tidak lucu jika dia harus keluar restoran dengan setengah telanjang.Dony meletakkan seragam itu di atas meja Pak Beni."Okey. Terima kasih, Pak Beni. Saya permisi." Ucapnya Dony datar dan beranjak dari duduknya keluar dari ruangan itu."Pegawai baru, tapi tingkahnya sudah macam-macam." Umpat Pak Beni.Dony keluar ruangan Pak Beni dengan wajah ditekuk."Dony!" Temannya yang tadi memanggil kembali."Kamu...?" Pemuda itu memandang heran ke arah Dony yang sudah berganti baju."Aku dipecat, aku permisi. Senang bisa bekerja sama walaupun hanya dalam waktu singkat." Pamitnya. Tanpa menunggu jawaban, Do
Ia menghujani tubuh Anna dengan kecupannya. Dan Anna hanya pasrah menerima serangan Dony, gadis itu menggeliat dengan suara desahan yang sesekali keluar dari mulutnya.Dirasa siap, pria itu kemudian membuka lebar kaki Anna dan mulai memposisikan diri, terlihat wajah Anna menegang."Tidak perlu takut, Anna. Aku akan melakukannya dengan perlahan." Bisik Dony di telinganya. Anna memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya saat Dony memulai penyatuannya. Rasa sakit, perih dan malu berkumpul jadi satu. Anna memeluk leher suaminya saat merasa milik Dony semakin melesak masuk dan menyakitinya di bawah sana."Akh!" Anna memekik dan semakin erat memeluk Dony saat suaminya itu berhasil menembus segel penghalang miliknya. Dony terdiam sejenak membiarkan Anna melepas rasa sakitnya. Dipandanginya wajah polos yang berada di bawah kuasanya, Dony mendaratkan kecupan hangat di kening Anna dan kembali menyatukan bibir mereka berdua.Kedua akhirnya larut dalam kegiatan panas sore itu. Anna mencengkram
"Mela, apa Pak RT ada?" Tanya Dony."Ayah? Ada." Jawab gadis yang bernama Mela tersebut."Bisa tolong panggil kan?" Tanya Dony lagi, Mela mengangguk. "Tentu saja. Silakan duduk, aku panggil Ayah dulu." Mela masuk kembali ke dalam rumahnya. Sedangkan Dony dan Anna duduk di kursi teras."Tidak biasanya Dony siang-siang kemari, ada apa ya? Apa jangan-jangan dia mau melamarku?" Gumam Mela sambil terkikik, fikiran gadis itu sudah melayang ke mana-mana."Perempuan tadi siapa, Kak?" Tanya Anna."Mela, anak Pak RT." Jawab Dony singkat."Pacar Kak Dony?" Tanya Anna lagi, Dony langsung menatap tajam pada Anna. Anna menelan salivanya melihat tatapan tajam suaminya."Aku kan cuma tanya, Kak." Cicit Anna."Tapi pertanyaanmu aneh." Timpal Dony."Aneh? Aneh di mananya? Aku cuma tanya, apa Mela pacar Kak Dony?" Tanya Anna bingung. Melihat ekspresi Mela yang berseri-seri seperti tadi, tidak heran jika Anna beranggapan seperti itu."Mela bukan pacarku, lagipula aku belum lama tinggal di sini. Jelas?"J
Dony langsung mematikan panggilan itu dan melepar ponselnya ke atas meja. Pria itu kembali memijat keningnya. Dua bulan yang lalu Dony memutuskan untuk menjalankan misi menemukan wanita yang benar-benar tulus mencintainya. Bukan karena harta ataupun kedudukan. Maka dari itu Dony menyamar sebagai pria biasa dan bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran cepat saji di daerah pinggiran kota. Pekerjaannya di perusahaan? Dony serahkan sepenuhnya pada Juan.Meski awalnya agak sulit, tapi lama kelamaan Dony mulai menikmati peran barunya. Di sini dia banyak belajar tentang kehidupan rakyat biasa. Bagaimana untuk mendapatkan uang adalah hal yang cukup sulit, sedangkan dirinya selama ini dengan mudahnya menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Terutama jika Vita sudah merengek meminta ini dan itu.Siang tadi Dony mengantarkan pesanan makanan ke sebuah area perkantoran. Setelah selesai, Dony mendapat panggilan alam. Karena tidak mampu untuk menahannya, Dony menanyakan pada security di sa
Dony tersentak mendengarnya."Dipecat?" Tanya Dony tak percaya."Iya. Ini sisa upah gajimu selama bekerja di sini." Pak Beni melemparkan sebuah amplop coklat tipis ke atas meja. Dony mengambil amplop tersebut, dan menatap datar Pak Beni."Kembalikan seragam itu." Pak Beni menunjuk baju yang dipakai Dony. Lelaki itu menurut, dibukanya seragam itu untungnya dia memakai kaos lain di dalamnya. Kan tidak lucu jika dia harus keluar restoran dengan setengah telanjang.Dony meletakkan seragam itu di atas meja Pak Beni."Okey. Terima kasih, Pak Beni. Saya permisi." Ucapnya Dony datar dan beranjak dari duduknya keluar dari ruangan itu."Pegawai baru, tapi tingkahnya sudah macam-macam." Umpat Pak Beni.Dony keluar ruangan Pak Beni dengan wajah ditekuk."Dony!" Temannya yang tadi memanggil kembali."Kamu...?" Pemuda itu memandang heran ke arah Dony yang sudah berganti baju."Aku dipecat, aku permisi. Senang bisa bekerja sama walaupun hanya dalam waktu singkat." Pamitnya. Tanpa menunggu jawaban, Do
"Untuk apa aku menemui kalian? Aku juga tidak akan pernah menganggap kalian keluargaku." Sahut Dony begitu acuh. Roy yang mendengarnya terlihat emosi dan mengepalkan tangannya, kurang ajar sekali sikap pria itu terhadap orang yang lebih tua. Padahal dia juga hanya seorang pelayan restoran."Sudah Papa abaikan saja jangan didengar, lebih baik kita pulang." Ajak Lea yang enggan ribut sambil menarik lengan suaminya dan pergi dari sana.Kini tinggallah Dony dan Anna berdua. "Lihat, gara-gara menolongmu aku malah harus terjebak pernikahan konyol ini!" Seru Dony yang menatap tajam pada Anna."Maaf. Aku juga tidak tau kalau akan seperti ini kejadiaannya." Lirih Anna."Akh, sudahlah!" Dony mengibaskan tangannya, rumit sekali hidup yang harus ia jalani. Pria itu beranjak pergi dan menuju parkiran. Sedangkan Anna masih terdiam di tempatnya berdiri. Nasib buruk apalagi yang akan menimpanya kali ini? Tiba-tiba saja harus menikah dengan orang asing. Dan sepertinya lelaki yang menjadi suaminya itu
Di sebuah rumah mewah kediaman keluarga Ferdian.Tatapan tajam terarah kepada pria dan juga gadis muda yang duduk berdampingan."Kamu benar-benar buat malu, Anna!" Bentak seorang pria paruh baya yang bernama Roy. Dia baru saja mendapat laporan dari security tempat Anna bekerja kalau Anna dan seorang pria melakukan tindakan tak senonoh di toilet, dan mereka memergokinya sendiri.Anna dan pria itu langsung dibawa ke rumah Anna untuk diadili."Papa, kejadiannya...""Diam! Jangan panggil aku Papa, karena kamu bukan anakku!" Sergah Roy. Anna hanya menunduk, benar yang dikatakan lelaki itu dirinya memang bukan anak kandung di keluarga ini. "Heh kamu, siapa namamu?" Tanya Roy pada pria di samping Anna."Dony." Jawab pria itu singkat."Kalian harus mempertanggung jawabkan perbuatan kalian. Kalian harus menikah hari ini juga!" Tegas Roy sambil menatap keduanya. Netra Dony kontan membulat."Menikah? Aku tidak melakukan apa-apa padanya, kenapa harus menikahinya?" Dony langsung melayangkan prote
"Mau apa dia?" Tanya Dony datar."Nona Vita memaksa untuk bertemu dengan Tuan. Nona Vita juga memohon sambil menangis di bawah sana." Juan menirukan laporan yang dia terima. Dony membuang nafasnya kasar, mau apalagi wanita itu menemuinya?"Biarkan dia masuk, aku ingin tau apa yang mau dia lakukan." Jawab Dony. Juan segera memerintahkan bawahannya untuk melaksanakan perintah Dony.Tak lama, Vita datang dan langsung masuk begitu saja ke ruangan Dony."Dony..." Lirihnya.Kening Dony berkerut heran melihat penampilan Vita yang sangat berantakan. Rambut dan pakaian gadis itu begitu kusut dan ada beberapa memar di wajah cantiknya."Nona Vita, mohon jaga jarak anda." Juan memperingatkan karena Vita semakin mendekat ke arah Dony."Apa maumu?" Tanya Dony yang menatap datar pada mantan kekasihnya yang baru ia putuskan kemarin."Dony, aku mohon maafkan aku. Aku ingin kembali padamu." Pinta Vita memelas."Hah, apa kamu bilang?" Dony bangkit dari kursi kebesarannya, melangkah menatap ke luar jendel
"Gio, sampai kapan kita akan menjalin hubungan sembunyi-sembunyi seperti ini? Aku ingin kita segera menikah." Tanya Vita manja, ia menyandarkan kepalanya di dada Gio yang masih berpeluh."Sabar, sayang. Sekarang kamu kan baru diberi apartemen saja, nanti setelah mansion dan perusahaan Morgan Grup jatuh ke tanganmu baru kita menikah." Jawab Gio yang menghujani pucuk kepala Vita dengan kecupannya."Jadi aku masih harus berpura-pura mencintai Dony?" Vita mengerucutkan bibirnya."Iya, Vita. Kamu harus terus memanfaatkannya. Lagipula dia tidak pernah berbuat macam-macam kan?" "Ya memang. Aku pun tak sudi jika disentuh lebih olehnya." Rahang Dony mengeras, dadanya bergemuruh, jadi selama ini Vita hanya menipu dan memanfaatkannya saja? Padahal Dony setulus hati mencintai Vita.Selama menjalin hubungan, Dony memang tidak pernah sekalipun berbuat kurang ajar. Karena bagi Dony, mencintai artinya menjaga bukan merusak. Tapi bodohnya Vita tidak bisa melihat hal itu.Vita memainkan jemarinya di d
Di tempat tersembunyi, seseorang tengah mengintai target incarannya, di saat yang tepat jari telunjuknya menarik pelatuk revolver.DOR! DOR!Dua tembakan melesat tepat mengenai sepasang suami istri, tubuh mereka langsung terkapar di atas tanah. Senyum miring tersungging di bibir, secepat kilat sang pelaku pergi dari tempat itu sebelum ada yang mengetahui keberadaannya."Tuan Morgan dan istrinya tertembak! Cepat telepon ambulans dan cari pelakunya!"Keriuhan dan kepanikkan seketika terjadi, beberapa orang berpencar mencari pelaku, sementara yang lainnya sibuk mencari pertolongan."Papa! Mama!" Seorang anak laki-laki langsung berlari menghampiri kedua orang tuanya. Dengan tangan bergetar ia meraih tubuh ibunya yang sudah bersimbah darah karena tembakan tadi tepat mengenai jantung."Mama, bangun! Papa, ayo bangun!" Anak laki-laki itu menangis, mengguncang dua raga yang sepertinya sudah tidak bernyawa."Tuan Muda ayo kita pergi, sangat berbahaya jika Tuan Muda masih berada di sini." Seor