Dony tersentak mendengarnya.
"Dipecat?" Tanya Dony tak percaya."Iya. Ini sisa upah gajimu selama bekerja di sini." Pak Beni melemparkan sebuah amplop coklat tipis ke atas meja. Dony mengambil amplop tersebut, dan menatap datar Pak Beni."Kembalikan seragam itu." Pak Beni menunjuk baju yang dipakai Dony. Lelaki itu menurut, dibukanya seragam itu untungnya dia memakai kaos lain di dalamnya. Kan tidak lucu jika dia harus keluar restoran dengan setengah telanjang.Dony meletakkan seragam itu di atas meja Pak Beni."Okey. Terima kasih, Pak Beni. Saya permisi." Ucapnya Dony datar dan beranjak dari duduknya keluar dari ruangan itu."Pegawai baru, tapi tingkahnya sudah macam-macam." Umpat Pak Beni.Dony keluar ruangan Pak Beni dengan wajah ditekuk."Dony!" Temannya yang tadi memanggil kembali."Kamu...?" Pemuda itu memandang heran ke arah Dony yang sudah berganti baju."Aku dipecat, aku permisi. Senang bisa bekerja sama walaupun hanya dalam waktu singkat." Pamitnya. Tanpa menunggu jawaban, Dony kembali melanjutkan langkahnya.Di luar restoran Anna masih setia menunggu suaminya walaupun tempatnya sedikit panas, gadis itu tidak beranjak sedikitpun. Karena takut jika Dony keluar dari sana dan dirinya tidak ada, malah nanti ditinggalkan.Tak lama kemudian Dony terlihat berjalan keluar, pria itu langsung menghampiri istrinya."Kak Dony, sudah selesai? Kenapa ganti baju?" Tanya Anna bingung."Aku dipecat, dan itu gara-gara dirimu!" Jawab Dony ketus."Kak Dony dipecat?" Gadis itu tersentak, berarti kabar tentang dirinya dan Dony sudah didengar atasan Dony.Kenapa dirinya hanya membuat masalah untuk lelaki itu?"Ya sudah, aku bicara saja pada atasan Kak Dony. Aku akan menjelaskan kalau semua ini salah paham." Anna hendak beranjak, tapi Dony menarik lengannya."Ck, tidak perlu. Aku masih bisa mencari pekerjaan yang lain." Tukas Dony."Tapi, Kak...""Sudahlah." Dony mengibaskan tangannya, menghentikan ucapan Anna. Lelaki itu kembali naik ke atas motor maticnya."Anna, kalau kamu tidak naik, aku akan meninggalkanmu." Ucap Dony kesal karena Anna hanya diam saja."Iya, Kak." Anna kembali naik ke atas motor Dony. Mereka meninggalkan restoran itu, tempat kerja Dony selama satu bulan ini.Motor matic Dony melaju dengan kecepatan sedang, cuaca siang itu cukup panas."Kenapa aku harus terus-terusan menyebabkan masalah pada Kak Dony? Kami tidak saling mengenal, tapi tiba-tiba harus menikah karena kesalahpahaman. Dan sekarang Kak Dony dipecat dari pekerjaannya gara-gara diriku..." Batin Anna, ada kilat bening di mata sendunya.*****Motor matic yang mereka tumpangi berhenti di sebuah rumah petak. Anna turun dari sana dan memandangi rumah petak itu."Aku tinggal di sini." Kata Dony sambil melepas helmnya."Oh..." Anna mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia hendak melepaskan helm yang terpasang di kepalanya, tapi kenapa susah sekali?"Ck, melepas helm saja tidak bisa." Celetuk Dony yang sedari tadi memperhatikan istrinya."Bukan tidak bisa, Kak. Tapi ini sepertinya tersangkut." Kata Anna yang kesulitan membuka pengait helmnya. Dony memutar bola matanya, tapi kemudian ia membantu Anna untuk melepas helm tersebut.Dua pasang mata itu bertemu, keduanya terdiam dan saling menatap."Cantik juga gadis ini." Batin Dony."Mata Kak Dony tajam sekali, aku jadi takut." Batin Anna."Ehm!" Dony menyudahi acara pandang-pandangan dengan istrinya. Sedangkan Anna nampak salah tingkah."Ayo masuk." Ajak Dony."Iya, Kak." Anna mengikuti langkah Donny sambil membawa kopernya.Anna mengedarkan pandangannya begitu Dony membuka pintu. Gadis itu tercengang, kamar itu terlihat sangat rapi dan bersih walaupun hanya ada meja lesehan di atas tikar dan juga kipas angin yang menempel di plafon."Anna! Kenapa diam di depan pintu saja? Apa kamu tidak mau masuk?" Tanya Dony yang sudah ada di depan pintu kamar yang kedua. Kontrakan itu terdiri dari tiga kamar sebagaimana kontrakan pada umumnya."Eh, iya Kak." Anna melangkah masuk mengikuti suaminya. Di kamar kedua ada sebuah kasur berukuran cukup besar tanpa ranjang dan juga sebuah lemari plastik kecil. Dan kamar itupun sama bersihnya dengan kamar depan tadi."Lemariku kecil, dan itu sudah penuh dengan bajuku. Mungkin untuk sementara pakaianmu di simpan di dalam koper saja." Ujar Dony."Tidak apa, Kak." Sahut Anna. Dulu juga pakaiannya hanya di simpan di atas lantai karena orang tua angkatnya tidak memberi lemari untuknya."Simpan saja kopermu di situ." Dony menunjuk ke tempat samping lemarinya. Anna menurut, diletakannya koper itu di sana. Mereka berdua menuju dapur. Lagi, gadis itu kembali tercengang.Dapur kecil itu sangat rapi dan bersih. Ada beberapa peralatan masak di sana dan juga beberapa macam bumbu. Sepertinya suaminya itu suka memasak."Kamu sudah makan?" Tanya Dony."Belum." Cicit Anna.Sedari tadi mereka sibuk menjadi pengantin dadakan hingga melupakan makan siang."Aku sedang tidak ada stok makanan. Siang ini kita makan mie instan saja." Ucap Dony yang kemudian mengambil dua bungkus mie instan dan dua butir telur dari lemari dapur. Sepertinya itu stok telur terakhir."Aku saja yang masak, Kak." Tawar Anna."Memangnya kamu bisa?" Tanya Dony ragu. Biasanya gadis zaman sekarang kan jarang ada yang bisa masak walau hanya sekedar masak mie instan."Aku sudah biasa masak dari kecil, Kak." Sahut Anna."Kak Dony kasih tau saja di mana peralatan masaknya." Lanjutnya."Baiklah."Dony menunjukkan di mana saja peralatan masak dan bumbu apa saja yang ada di sana."Ya sudah, Kak Dony tunggu saja di depan. Aku mau masak dulu." Kata Anna."Okey. Oh ya, tolong buatkan teh panas untukku." Pinta Dony."Manis atau tawar?" Tanya Anna."Tawar saja." Jawab Dony."Siap."Dony beranjak keluar dari dapur dan menuju ruang depan. Pria itu duduk di lantai yang beralaskan tikar. Ia menghembuskan nafas beratnya dan memijat keningnya yang terasa berdenyut."Tiba-tiba saja aku harus menikah dengan gadis asing dan sekarang aku dipecat? Sungguh hari yang sangat sial untukku." Pria itu menggerutu dalam hati.Walaupun Dony sudah siap untuk menikah, tapi tidak seperti ini caranya. Ia ingin menikah dengan wanita yang benar-benar mencintainya dan bisa menerima dirinya apa adanya, bukan karena terpaksa apalagi disangka berbuat mesum di toilet.Ada-ada saja, dan itu sungguh memalukan!Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Dony, diangkatnya panggilan itu."Untuk apa meneleponku?" Sahutnya ketus."Maaf Tuan, aku..." Suara Juan tersendat-sendat di ujung telepon."Semuanya sudah terlambat." Tukas Dony."Maaf, Tuan...""Berhenti meminta maaf, Juan!"Dony langsung mematikan panggilan itu dan melepar ponselnya ke atas meja. Pria itu kembali memijat keningnya. Dua bulan yang lalu Dony memutuskan untuk menjalankan misi menemukan wanita yang benar-benar tulus mencintainya. Bukan karena harta ataupun kedudukan. Maka dari itu Dony menyamar sebagai pria biasa dan bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran cepat saji di daerah pinggiran kota. Pekerjaannya di perusahaan? Dony serahkan sepenuhnya pada Juan.Meski awalnya agak sulit, tapi lama kelamaan Dony mulai menikmati peran barunya. Di sini dia banyak belajar tentang kehidupan rakyat biasa. Bagaimana untuk mendapatkan uang adalah hal yang cukup sulit, sedangkan dirinya selama ini dengan mudahnya menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Terutama jika Vita sudah merengek meminta ini dan itu.Siang tadi Dony mengantarkan pesanan makanan ke sebuah area perkantoran. Setelah selesai, Dony mendapat panggilan alam. Karena tidak mampu untuk menahannya, Dony menanyakan pada security di sa
"Mela, apa Pak RT ada?" Tanya Dony."Ayah? Ada." Jawab gadis yang bernama Mela tersebut."Bisa tolong panggil kan?" Tanya Dony lagi, Mela mengangguk. "Tentu saja. Silakan duduk, aku panggil Ayah dulu." Mela masuk kembali ke dalam rumahnya. Sedangkan Dony dan Anna duduk di kursi teras."Tidak biasanya Dony siang-siang kemari, ada apa ya? Apa jangan-jangan dia mau melamarku?" Gumam Mela sambil terkikik, fikiran gadis itu sudah melayang ke mana-mana."Perempuan tadi siapa, Kak?" Tanya Anna."Mela, anak Pak RT." Jawab Dony singkat."Pacar Kak Dony?" Tanya Anna lagi, Dony langsung menatap tajam pada Anna. Anna menelan salivanya melihat tatapan tajam suaminya."Aku kan cuma tanya, Kak." Cicit Anna."Tapi pertanyaanmu aneh." Timpal Dony."Aneh? Aneh di mananya? Aku cuma tanya, apa Mela pacar Kak Dony?" Tanya Anna bingung. Melihat ekspresi Mela yang berseri-seri seperti tadi, tidak heran jika Anna beranggapan seperti itu."Mela bukan pacarku, lagipula aku belum lama tinggal di sini. Jelas?"J
Ia menghujani tubuh Anna dengan kecupannya. Dan Anna hanya pasrah menerima serangan Dony, gadis itu menggeliat dengan suara desahan yang sesekali keluar dari mulutnya.Dirasa siap, pria itu kemudian membuka lebar kaki Anna dan mulai memposisikan diri, terlihat wajah Anna menegang."Tidak perlu takut, Anna. Aku akan melakukannya dengan perlahan." Bisik Dony di telinganya. Anna memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya saat Dony memulai penyatuannya. Rasa sakit, perih dan malu berkumpul jadi satu. Anna memeluk leher suaminya saat merasa milik Dony semakin melesak masuk dan menyakitinya di bawah sana."Akh!" Anna memekik dan semakin erat memeluk Dony saat suaminya itu berhasil menembus segel penghalang miliknya. Dony terdiam sejenak membiarkan Anna melepas rasa sakitnya. Dipandanginya wajah polos yang berada di bawah kuasanya, Dony mendaratkan kecupan hangat di kening Anna dan kembali menyatukan bibir mereka berdua.Kedua akhirnya larut dalam kegiatan panas sore itu. Anna mencengkram
Di tempat tersembunyi, seseorang tengah mengintai target incarannya, di saat yang tepat jari telunjuknya menarik pelatuk revolver.DOR! DOR!Dua tembakan melesat tepat mengenai sepasang suami istri, tubuh mereka langsung terkapar di atas tanah. Senyum miring tersungging di bibir, secepat kilat sang pelaku pergi dari tempat itu sebelum ada yang mengetahui keberadaannya."Tuan Morgan dan istrinya tertembak! Cepat telepon ambulans dan cari pelakunya!"Keriuhan dan kepanikkan seketika terjadi, beberapa orang berpencar mencari pelaku, sementara yang lainnya sibuk mencari pertolongan."Papa! Mama!" Seorang anak laki-laki langsung berlari menghampiri kedua orang tuanya. Dengan tangan bergetar ia meraih tubuh ibunya yang sudah bersimbah darah karena tembakan tadi tepat mengenai jantung."Mama, bangun! Papa, ayo bangun!" Anak laki-laki itu menangis, mengguncang dua raga yang sepertinya sudah tidak bernyawa."Tuan Muda ayo kita pergi, sangat berbahaya jika Tuan Muda masih berada di sini." Seor
"Gio, sampai kapan kita akan menjalin hubungan sembunyi-sembunyi seperti ini? Aku ingin kita segera menikah." Tanya Vita manja, ia menyandarkan kepalanya di dada Gio yang masih berpeluh."Sabar, sayang. Sekarang kamu kan baru diberi apartemen saja, nanti setelah mansion dan perusahaan Morgan Grup jatuh ke tanganmu baru kita menikah." Jawab Gio yang menghujani pucuk kepala Vita dengan kecupannya."Jadi aku masih harus berpura-pura mencintai Dony?" Vita mengerucutkan bibirnya."Iya, Vita. Kamu harus terus memanfaatkannya. Lagipula dia tidak pernah berbuat macam-macam kan?" "Ya memang. Aku pun tak sudi jika disentuh lebih olehnya." Rahang Dony mengeras, dadanya bergemuruh, jadi selama ini Vita hanya menipu dan memanfaatkannya saja? Padahal Dony setulus hati mencintai Vita.Selama menjalin hubungan, Dony memang tidak pernah sekalipun berbuat kurang ajar. Karena bagi Dony, mencintai artinya menjaga bukan merusak. Tapi bodohnya Vita tidak bisa melihat hal itu.Vita memainkan jemarinya di d
"Mau apa dia?" Tanya Dony datar."Nona Vita memaksa untuk bertemu dengan Tuan. Nona Vita juga memohon sambil menangis di bawah sana." Juan menirukan laporan yang dia terima. Dony membuang nafasnya kasar, mau apalagi wanita itu menemuinya?"Biarkan dia masuk, aku ingin tau apa yang mau dia lakukan." Jawab Dony. Juan segera memerintahkan bawahannya untuk melaksanakan perintah Dony.Tak lama, Vita datang dan langsung masuk begitu saja ke ruangan Dony."Dony..." Lirihnya.Kening Dony berkerut heran melihat penampilan Vita yang sangat berantakan. Rambut dan pakaian gadis itu begitu kusut dan ada beberapa memar di wajah cantiknya."Nona Vita, mohon jaga jarak anda." Juan memperingatkan karena Vita semakin mendekat ke arah Dony."Apa maumu?" Tanya Dony yang menatap datar pada mantan kekasihnya yang baru ia putuskan kemarin."Dony, aku mohon maafkan aku. Aku ingin kembali padamu." Pinta Vita memelas."Hah, apa kamu bilang?" Dony bangkit dari kursi kebesarannya, melangkah menatap ke luar jendel
Di sebuah rumah mewah kediaman keluarga Ferdian.Tatapan tajam terarah kepada pria dan juga gadis muda yang duduk berdampingan."Kamu benar-benar buat malu, Anna!" Bentak seorang pria paruh baya yang bernama Roy. Dia baru saja mendapat laporan dari security tempat Anna bekerja kalau Anna dan seorang pria melakukan tindakan tak senonoh di toilet, dan mereka memergokinya sendiri.Anna dan pria itu langsung dibawa ke rumah Anna untuk diadili."Papa, kejadiannya...""Diam! Jangan panggil aku Papa, karena kamu bukan anakku!" Sergah Roy. Anna hanya menunduk, benar yang dikatakan lelaki itu dirinya memang bukan anak kandung di keluarga ini. "Heh kamu, siapa namamu?" Tanya Roy pada pria di samping Anna."Dony." Jawab pria itu singkat."Kalian harus mempertanggung jawabkan perbuatan kalian. Kalian harus menikah hari ini juga!" Tegas Roy sambil menatap keduanya. Netra Dony kontan membulat."Menikah? Aku tidak melakukan apa-apa padanya, kenapa harus menikahinya?" Dony langsung melayangkan prote
"Untuk apa aku menemui kalian? Aku juga tidak akan pernah menganggap kalian keluargaku." Sahut Dony begitu acuh. Roy yang mendengarnya terlihat emosi dan mengepalkan tangannya, kurang ajar sekali sikap pria itu terhadap orang yang lebih tua. Padahal dia juga hanya seorang pelayan restoran."Sudah Papa abaikan saja jangan didengar, lebih baik kita pulang." Ajak Lea yang enggan ribut sambil menarik lengan suaminya dan pergi dari sana.Kini tinggallah Dony dan Anna berdua. "Lihat, gara-gara menolongmu aku malah harus terjebak pernikahan konyol ini!" Seru Dony yang menatap tajam pada Anna."Maaf. Aku juga tidak tau kalau akan seperti ini kejadiaannya." Lirih Anna."Akh, sudahlah!" Dony mengibaskan tangannya, rumit sekali hidup yang harus ia jalani. Pria itu beranjak pergi dan menuju parkiran. Sedangkan Anna masih terdiam di tempatnya berdiri. Nasib buruk apalagi yang akan menimpanya kali ini? Tiba-tiba saja harus menikah dengan orang asing. Dan sepertinya lelaki yang menjadi suaminya itu
Ia menghujani tubuh Anna dengan kecupannya. Dan Anna hanya pasrah menerima serangan Dony, gadis itu menggeliat dengan suara desahan yang sesekali keluar dari mulutnya.Dirasa siap, pria itu kemudian membuka lebar kaki Anna dan mulai memposisikan diri, terlihat wajah Anna menegang."Tidak perlu takut, Anna. Aku akan melakukannya dengan perlahan." Bisik Dony di telinganya. Anna memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya saat Dony memulai penyatuannya. Rasa sakit, perih dan malu berkumpul jadi satu. Anna memeluk leher suaminya saat merasa milik Dony semakin melesak masuk dan menyakitinya di bawah sana."Akh!" Anna memekik dan semakin erat memeluk Dony saat suaminya itu berhasil menembus segel penghalang miliknya. Dony terdiam sejenak membiarkan Anna melepas rasa sakitnya. Dipandanginya wajah polos yang berada di bawah kuasanya, Dony mendaratkan kecupan hangat di kening Anna dan kembali menyatukan bibir mereka berdua.Kedua akhirnya larut dalam kegiatan panas sore itu. Anna mencengkram
"Mela, apa Pak RT ada?" Tanya Dony."Ayah? Ada." Jawab gadis yang bernama Mela tersebut."Bisa tolong panggil kan?" Tanya Dony lagi, Mela mengangguk. "Tentu saja. Silakan duduk, aku panggil Ayah dulu." Mela masuk kembali ke dalam rumahnya. Sedangkan Dony dan Anna duduk di kursi teras."Tidak biasanya Dony siang-siang kemari, ada apa ya? Apa jangan-jangan dia mau melamarku?" Gumam Mela sambil terkikik, fikiran gadis itu sudah melayang ke mana-mana."Perempuan tadi siapa, Kak?" Tanya Anna."Mela, anak Pak RT." Jawab Dony singkat."Pacar Kak Dony?" Tanya Anna lagi, Dony langsung menatap tajam pada Anna. Anna menelan salivanya melihat tatapan tajam suaminya."Aku kan cuma tanya, Kak." Cicit Anna."Tapi pertanyaanmu aneh." Timpal Dony."Aneh? Aneh di mananya? Aku cuma tanya, apa Mela pacar Kak Dony?" Tanya Anna bingung. Melihat ekspresi Mela yang berseri-seri seperti tadi, tidak heran jika Anna beranggapan seperti itu."Mela bukan pacarku, lagipula aku belum lama tinggal di sini. Jelas?"J
Dony langsung mematikan panggilan itu dan melepar ponselnya ke atas meja. Pria itu kembali memijat keningnya. Dua bulan yang lalu Dony memutuskan untuk menjalankan misi menemukan wanita yang benar-benar tulus mencintainya. Bukan karena harta ataupun kedudukan. Maka dari itu Dony menyamar sebagai pria biasa dan bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran cepat saji di daerah pinggiran kota. Pekerjaannya di perusahaan? Dony serahkan sepenuhnya pada Juan.Meski awalnya agak sulit, tapi lama kelamaan Dony mulai menikmati peran barunya. Di sini dia banyak belajar tentang kehidupan rakyat biasa. Bagaimana untuk mendapatkan uang adalah hal yang cukup sulit, sedangkan dirinya selama ini dengan mudahnya menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. Terutama jika Vita sudah merengek meminta ini dan itu.Siang tadi Dony mengantarkan pesanan makanan ke sebuah area perkantoran. Setelah selesai, Dony mendapat panggilan alam. Karena tidak mampu untuk menahannya, Dony menanyakan pada security di sa
Dony tersentak mendengarnya."Dipecat?" Tanya Dony tak percaya."Iya. Ini sisa upah gajimu selama bekerja di sini." Pak Beni melemparkan sebuah amplop coklat tipis ke atas meja. Dony mengambil amplop tersebut, dan menatap datar Pak Beni."Kembalikan seragam itu." Pak Beni menunjuk baju yang dipakai Dony. Lelaki itu menurut, dibukanya seragam itu untungnya dia memakai kaos lain di dalamnya. Kan tidak lucu jika dia harus keluar restoran dengan setengah telanjang.Dony meletakkan seragam itu di atas meja Pak Beni."Okey. Terima kasih, Pak Beni. Saya permisi." Ucapnya Dony datar dan beranjak dari duduknya keluar dari ruangan itu."Pegawai baru, tapi tingkahnya sudah macam-macam." Umpat Pak Beni.Dony keluar ruangan Pak Beni dengan wajah ditekuk."Dony!" Temannya yang tadi memanggil kembali."Kamu...?" Pemuda itu memandang heran ke arah Dony yang sudah berganti baju."Aku dipecat, aku permisi. Senang bisa bekerja sama walaupun hanya dalam waktu singkat." Pamitnya. Tanpa menunggu jawaban, Do
"Untuk apa aku menemui kalian? Aku juga tidak akan pernah menganggap kalian keluargaku." Sahut Dony begitu acuh. Roy yang mendengarnya terlihat emosi dan mengepalkan tangannya, kurang ajar sekali sikap pria itu terhadap orang yang lebih tua. Padahal dia juga hanya seorang pelayan restoran."Sudah Papa abaikan saja jangan didengar, lebih baik kita pulang." Ajak Lea yang enggan ribut sambil menarik lengan suaminya dan pergi dari sana.Kini tinggallah Dony dan Anna berdua. "Lihat, gara-gara menolongmu aku malah harus terjebak pernikahan konyol ini!" Seru Dony yang menatap tajam pada Anna."Maaf. Aku juga tidak tau kalau akan seperti ini kejadiaannya." Lirih Anna."Akh, sudahlah!" Dony mengibaskan tangannya, rumit sekali hidup yang harus ia jalani. Pria itu beranjak pergi dan menuju parkiran. Sedangkan Anna masih terdiam di tempatnya berdiri. Nasib buruk apalagi yang akan menimpanya kali ini? Tiba-tiba saja harus menikah dengan orang asing. Dan sepertinya lelaki yang menjadi suaminya itu
Di sebuah rumah mewah kediaman keluarga Ferdian.Tatapan tajam terarah kepada pria dan juga gadis muda yang duduk berdampingan."Kamu benar-benar buat malu, Anna!" Bentak seorang pria paruh baya yang bernama Roy. Dia baru saja mendapat laporan dari security tempat Anna bekerja kalau Anna dan seorang pria melakukan tindakan tak senonoh di toilet, dan mereka memergokinya sendiri.Anna dan pria itu langsung dibawa ke rumah Anna untuk diadili."Papa, kejadiannya...""Diam! Jangan panggil aku Papa, karena kamu bukan anakku!" Sergah Roy. Anna hanya menunduk, benar yang dikatakan lelaki itu dirinya memang bukan anak kandung di keluarga ini. "Heh kamu, siapa namamu?" Tanya Roy pada pria di samping Anna."Dony." Jawab pria itu singkat."Kalian harus mempertanggung jawabkan perbuatan kalian. Kalian harus menikah hari ini juga!" Tegas Roy sambil menatap keduanya. Netra Dony kontan membulat."Menikah? Aku tidak melakukan apa-apa padanya, kenapa harus menikahinya?" Dony langsung melayangkan prote
"Mau apa dia?" Tanya Dony datar."Nona Vita memaksa untuk bertemu dengan Tuan. Nona Vita juga memohon sambil menangis di bawah sana." Juan menirukan laporan yang dia terima. Dony membuang nafasnya kasar, mau apalagi wanita itu menemuinya?"Biarkan dia masuk, aku ingin tau apa yang mau dia lakukan." Jawab Dony. Juan segera memerintahkan bawahannya untuk melaksanakan perintah Dony.Tak lama, Vita datang dan langsung masuk begitu saja ke ruangan Dony."Dony..." Lirihnya.Kening Dony berkerut heran melihat penampilan Vita yang sangat berantakan. Rambut dan pakaian gadis itu begitu kusut dan ada beberapa memar di wajah cantiknya."Nona Vita, mohon jaga jarak anda." Juan memperingatkan karena Vita semakin mendekat ke arah Dony."Apa maumu?" Tanya Dony yang menatap datar pada mantan kekasihnya yang baru ia putuskan kemarin."Dony, aku mohon maafkan aku. Aku ingin kembali padamu." Pinta Vita memelas."Hah, apa kamu bilang?" Dony bangkit dari kursi kebesarannya, melangkah menatap ke luar jendel
"Gio, sampai kapan kita akan menjalin hubungan sembunyi-sembunyi seperti ini? Aku ingin kita segera menikah." Tanya Vita manja, ia menyandarkan kepalanya di dada Gio yang masih berpeluh."Sabar, sayang. Sekarang kamu kan baru diberi apartemen saja, nanti setelah mansion dan perusahaan Morgan Grup jatuh ke tanganmu baru kita menikah." Jawab Gio yang menghujani pucuk kepala Vita dengan kecupannya."Jadi aku masih harus berpura-pura mencintai Dony?" Vita mengerucutkan bibirnya."Iya, Vita. Kamu harus terus memanfaatkannya. Lagipula dia tidak pernah berbuat macam-macam kan?" "Ya memang. Aku pun tak sudi jika disentuh lebih olehnya." Rahang Dony mengeras, dadanya bergemuruh, jadi selama ini Vita hanya menipu dan memanfaatkannya saja? Padahal Dony setulus hati mencintai Vita.Selama menjalin hubungan, Dony memang tidak pernah sekalipun berbuat kurang ajar. Karena bagi Dony, mencintai artinya menjaga bukan merusak. Tapi bodohnya Vita tidak bisa melihat hal itu.Vita memainkan jemarinya di d
Di tempat tersembunyi, seseorang tengah mengintai target incarannya, di saat yang tepat jari telunjuknya menarik pelatuk revolver.DOR! DOR!Dua tembakan melesat tepat mengenai sepasang suami istri, tubuh mereka langsung terkapar di atas tanah. Senyum miring tersungging di bibir, secepat kilat sang pelaku pergi dari tempat itu sebelum ada yang mengetahui keberadaannya."Tuan Morgan dan istrinya tertembak! Cepat telepon ambulans dan cari pelakunya!"Keriuhan dan kepanikkan seketika terjadi, beberapa orang berpencar mencari pelaku, sementara yang lainnya sibuk mencari pertolongan."Papa! Mama!" Seorang anak laki-laki langsung berlari menghampiri kedua orang tuanya. Dengan tangan bergetar ia meraih tubuh ibunya yang sudah bersimbah darah karena tembakan tadi tepat mengenai jantung."Mama, bangun! Papa, ayo bangun!" Anak laki-laki itu menangis, mengguncang dua raga yang sepertinya sudah tidak bernyawa."Tuan Muda ayo kita pergi, sangat berbahaya jika Tuan Muda masih berada di sini." Seor